Recommended song is Loveship by Paul Kim ft Kim Chungha
Gue baru selesai mengganti baju gue dengan piyama berwarna baby pink dengan motif panda, sehabis beribadah. Tadinya gue mau pakai baju yang seharian ini gue pakai soalnya masih harum—gue gak keringetan sama sekali mengingat ruangan Felix ber-AC. Cuma gue pengen kembaran sama piyama yang dipakai Felix. Kemarin mama bawain Felix piyama. Karena dia udah pakai baju rumah sakit sejak koma.
Sementara gue melipat baju gue dan menaruhnya di dalam tas tadi, Felix diam di bangsalnya seraya main ponsel milik gue. Dia main game yang pernah gue download beberapa hari yang lalu. Gue sih kelupaan minta ponselnya dia sendiri. Makanya dari tadi Felix main ponsel gue. Untungnya tidak ada pesan masuk dari Jisung saat ponsel gue digenggamannya. Kalaupun ada, gue yakin ponsel baru gue akan wafat lagi di tangannya.
Jangan dong. Lima juta itu. Seandainya diuangkan, pasti bisa buat beli susunya si kembar selama beberapa bulan.
"Asyik banget ya, pa." gue berceletuk ketika jari jempol tangan Felix menarik-nari di atas layar ponsel gue. Mana ekspresinya serius banget kayak lagi ujian semester aja.
Ia tidak menjawab celetukan gue. Fokusnya kepada ponsel di tangannya. Ide jahil langsung terlintas dipikiran gue. Gue berniat untuk mengganggunya, dengan bergerak ke arahnya kemudian melayangkan sebuah kecupan di pipinya.
Sayangnya, dia terlalu fokus sampai tidak terganggu dengan kecupan yang gue beri. Alhasil gue bertindak sedikit binal dengan mencium bibirnya. Felix langsung mendelik. Gue pun melepaskannya seraya tersenyum penuh kemenangan.
"Ih, mama! Game over kan!" protes Felix sambil menunjukkan ponsel yang di layarnya terdapat tulisan game over, sedangkan gue tertawa.
"Lagian serius banget." cibir gue usai puas menertawai dia yang meratapi kekalahannya.
"Ini tuh susah banget, ma. Tinggal dikit lagi dapet tiga mahkota. Ah, mama bikin kalah. Males deh."
Felix mengeluarkan aplikasinya dan memberikan ponsel gue kembali dengan raut wajah cemberut. Lelaki itu terus menyebikkan bibirnya, merasa tak terima dengan kekalahannya. Bukannya merasa bersalah, gue malah merasa senang telah mengacaukan permainan Felix. Gue kan kesal dari tadi siang dirinya main game melulu selagi waktunya untuk istirahat. Dia memilih menekan-nekan jempolnya pada tuts-tuts piamo yang bergerak dengan cepat, ketimbang istirahat.
Dia seharusnya memulihkan diri biar bisa lekas sembuh. Meskipun dia baru dua hari sadar dari koma, dia butuh banyak istirahat.
"Ngambek ya?"
"Gak tau." ketusnya.
Gue pun berusaha naik ke atas kasurnya. Terdengar gesekan saat gue baru duduk di bangsal miliknya. Ternyata Felix baru saja bergeser untuk memberikan gue tempat. Secara perlahan, gue memposisikan diri miring kemudian merebahkan diri. Gue agak susah karena perut gue yang harus menyentuh permukaan kasur baru tubuh bagian atas dan kepala gue. Gue akhirnya rebahan menghadap ke arah Felix.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)
FanfictionBagi Felix, gue adalah nebula. Tidak terlihat. Sebagian scene dihapus untuk proses terbit