[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)

十四 | Ubud and A Young Boy #2

Mohon maaf sebelumnya kalau ada yang salah. Maaf juga late update...

Haruto sedang menelpon seseorang di pagi hari. Sementara gue sedang mengamati kolam di homestay sambil menunggu Haruto selesai menghubungi seseorang itu.

Ini hari kedua gue di Ubud. Gue lagi-lagi diajak Haruto ke Pura Saren Agung-katanya tadi sehabis sarapan. Untuk mengisi jam gabut gue dan juga untuk mengenal sekitar Ubud, gue pun mengiyakan ajakan Haruto.

Dia (Haruto) masih menelpon seorang temannya yang asli dari Bali. Katanya jadi tour guide kita ke tempat itu. Dia gak mau menyewa seorang tour guide asli. Dengan embel-embel biar menghemat uang, dia minta temannya datang ke homestay. Hitung-hitung temu kangennya dia sama temennya juga.

Gue bisa apa selain berkata 'iya'? Rasanya tidak ada.

Gue baru kenal Haruto dua puluh empat jam. Tetapi ia menunjukkan kepribadiannya secara terang-terangan dan anehnya gue merasa aman berada di dekat Haruto. Kepribadian yang ia tunjukkan ke gue adalah suka ngomong ceplas-ceplos, sopan, humoris dan dewasa dari yang gue kira (dia dua tahun di bawah gue).

Kemarin ketika gue bersama Haruto satu hari, gue lupa akan semua masalah gue, hidup gue yang sebenarnya, dan terutama Felix. Gue merasa seperti gadis belia yang baru bertemu seorang pemuda. Berbunga-bunga dan ceria. Gue bahkan lupa kalau gue udah menikah.

"Gungde mau ke sini lima menit lagi," suara bariton Haruto mulai memasuki indra pendengaran gue.

Gue yang masih fokus dengan ikan-ikan koi di kolam, segera memberikan atensi kepada Haruto. Ia terlihat tampan dengan mengenakan jaket biru dipadu kaos kuning di dalamnya, jeans hitam di kakinya dan sepatu convers hitam dengan sol putih.

Beda sama gue. Kaos lengan panjang warna tan dan celana olahraga ditambah sendal jepit. Tipikal style masyarakat lokal. Emang gue gak modis. Lah gue gak dikasih uang sama Felix untuk beli baju bagus yang mahal.

"Temen kamu?" tanya gue. Haruto mengangguk.

"Kita bakal jalan-jalan sampai malem. Lo gak papa kan?" Haruto balik bertanya.

"Gak papa kok. Emang kenapa?"

Haruto menggaruk tengkuknya. Sambil memasang ekspresi kikuk.

"Takut suami lo marah,"

Yah, jadi ingat Felix.