"Kondisi dokter Alen sudah membaik. Kondisinya berubah sangat signifikan. Yang semula kritis, sekarang menjadi stabil." kata seorang dokter yang menangani Felix di pagi hati. Dokter itu datang seperti biasa untuk memantau kondisi dokter Alen.
Dirinya dibuat terkejut saat mendapati lelaki yang kerap dipanggil Alen dapat duduk di kasurnya. Padahal kan kemarin dia kembali ke masa kritisnya. Jangankan si dokter yang bernama Jacob itu, kembaran Felix dan mamanya saja heran sewaktu membesuk Felix di pagi hari mendapati si bungsu dengan penyangga lehernya duduk selonjor di kasurnya.
Ajaib.
"Boleh pulang gak?" sambar Felix yang baru selesai diperiksa.
Jacob tersenyum kecil mendapati dokter spesialis jantung itu langsung minta pulang. Ah, Felix belum tau kalau osteon tibia-nya mengalami fraktur yang memungkinkan dirinya tidak dapat berjalan selama beberapa waktu. Jacob tidak dapat berspekulasi macam-macam karena kecelakaan yang menimpa Felix itu menyebabkan fraktur pada tungkainya. Sedikit tidak masuk akal, sih. Kecelakaan mobil dapat menyebabkan patah tulang tungkai yang cukup serius.
"Kondisi anda tidak memungkinkan untuk saya izinkan anda pulang. Anda harus rawat inap dan menjalani fisioterapi." jawab dokter Jacob kemudian. "Mungkin habis ini anda akan dipindahkan ke ruang rawat inap,"
"Kenapa harus?"
"Anda mengalami fraktur pada tungkai."
"Pantas. Mau duduk rasanya berat." dumel Felix. Dokter Jacob hanya kembali tersenyum mendengarnya.
"Sehabis ini anda harus makan. Obatnya juga diminum. Semoga lekas sembuh dokter Alen."
Selesai berucap, dokter Jacob pamit undur diri. Menyisakan Felix yang masih duduk berselonjor, Chaewon dan juga mama. Kedua manusia bergender wanita itu masih tidak menyangka Felixnya terlihat sangat sehat. Jelas-jelas kemarin Felixnya sudah diambang sekarat. Pucat dan terbaring tak berdaya. Sudah sangat cocok dikatai mayat hidup.
"Mana Ai?" tanya Felix saat menyadari kembarannya dan mamanya (masih dalam mode mencerna situasi) hanya berada di ruangan ini.
"Kok Ai gak diajak?" tanya Felix sekali lagi. Ada gejolak aneh padanya saat tidak melihat kamu hari ini. Padahal semalam ia mendengar kamu memanggilnya, berbicara dengannya dan juga tendangan di kembar yang ia rasakan melalui tangannya.
"Ai gak bisa ikut. Masih senam sama Junkyu," jawab Chaewon selang beberapa detik pertanyaan Felix mengambang di udara.
"Gimana perasaan kamu sekarang, Len?" ganti mama yang bertanya. Wanita cantik itu berjalan mendekati sang anak. Ia bahkan mendudukkan dirinya di depan Felix dan mengusap lembut surainya.
"Kangen Ai. Pengen ketemu Ai."
Mamanya tersenyum. Sedangkan Chaewon mendengus. Kembarannya ini kiranya akan mengatakan bahwa dia baik-baik saja setelah terbangun dari tidur panjangnya selama sepuluh hari. Tapi ternyata dia malah merindukan istrinya. Chaewon sih maklum, Felix kan luar biasa bucin. Kalau dulu sewaktu kecil, yang dia cari pertama kali adalah mamanya. Bukan gadis kecil yang menemaninya di ranjang rumah sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)
Fiksi PenggemarBagi Felix, gue adalah nebula. Tidak terlihat. Sebagian scene dihapus untuk proses terbit