Full of Felix
Suara monitor vital sign berbunyi nyaring di sebuah ruangan operasi. Gelombang hijau yang pada umumnya dikenal sebagai gelombang jejak jantung, pada monitor itu, berubah menjadi garis lurus. Demikian dengan gelombang penunjuk kondisi vital lainnya. Lurus.
Bunyi nyaring dan garis lurus yang tertera pada monitor merupakan sebuah pertanda. Pertanda bahwa pemilik sinyal vital itu telah berpulang kepada Tuhan atau kata lainnya telah meninggal dunia. Sosok itu merupakan salah satu pasien Felix yang sedang terbaring di bangsal operasi. Sosok yang sedang diselamatkan itu sudah tak bernyawa ketika operasi hampir berakhir.
"Pasien kehilangan detak jantungnya, dokter." sahut salah satu perawat yang ikut dalam operasi besar tersebut.
"Ambil defribilator! Lalu pasangkan di dada tengah dan punggung. Atur pada energi rendah." titah Felix masih dalam kepanikannya. Perawat itu langsung mengambil alat yang diminta oleh sang dokter. Begitu dapat, sang perawat gerak cepat untuk menempelkan kabel khusus di dada tengah dan punggung anak itu.
Sementara Felix sedang bersiap dengan lead sensor di tangannya. Begitu siap, ia menempelkan di dada sang pasien. Kejut pertama, tubuh pasiennya terhentak sekali namun belum ada sinyal jantungnya berdetak kembali. Felix menempelkan lead sensor itu kembali, namun sayang sinyal jantungnya tidak kunjung ketemu. Lelaki yang terbalut baju kebesarannya itupun menaruh lead-nya asal dan menaiki bangsal operasi di depannya. Ia memposisikan diri di depan pasiennya lalu melakukan resusitasi jantung paru untuk mengembalikan detak jantung sang pasien.
Hasilnya sia-sia. Jantung pasiennya tidak berdetak kembali. Dalam artian, sang pasien sudah benar-benar tak bernyawa.
Dengan lesu, Felix turun dari bangsal operasi itu. Ditatapnya anak perempuan berusia tujuh tahun yang kini tinggal jasadnya saja. Matanya mulai memburam. Sementara tangannya mulai bergetar hebat. Ia terguncang melihat pasiennya gagal untuk diselamatkan dari penyakitnya. Meski operasi yang ia lakukan saat ini sudah dapat persetujuan dari keluarga-mengingat operasi ini sangat beresiko dilakukan-ia tetap merasa bersalah akan hilangnya nyawa anak tersebut.
"Senter," kata Felix sambil menengadahkan tangan. Seorang perawat di depannya segera mengambil sebuah senter kecil di meja khusus alat medis.
Begitu senter didapatinya, Felix segera mengecek kedua mata pasiennya yang tertutup rapat. "Pupilnya berdilatasi. Ia sudah meninggal."
"Lepaskan semua alat medisnya. Segera pindahkan pasien ke ruang jenazah." titah Junho-sang dokter senior yang turut menjadi tim operasi.
Para perawat segera melakukan hal yang diminta dokter senior itu. Mereka melepaskan semua alat medis yang terpasang di tubuh pasien lalu memindahkan pasien ke sebuah bangsal khusus. Selanjutnya mereka membawa bangsal berisi pasien itu keluar dari ruang operasi. Tersisalah Felix dan Junho.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)
FanfictionBagi Felix, gue adalah nebula. Tidak terlihat. Sebagian scene dihapus untuk proses terbit