Aku cuma mau mengulur waktu sebelum konflik terakhir. Maaf kalo bertele-tele.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mobil yang dikendarai Junkyu mendadak penuh akan suara isak tangis kamu. Kamu menangis tak henti-hentinya sejak baru masuk ke dalam mobilnya dengan raut wajah tak terbaca. Usut punya usut kamu menangis lantaran baru mengetahui kondisi suami kamu yang ternyata koma di rumah sakit di luar kota. Junkyu sendiri tidak tau kamu mengetahuinya dari mana, tetapi lelaki itu berspekulasi bahwa kamu tau dari dokter yang memeriksa kandunganmu.
Sepanjang jalan menuju rumah, tak hentinya kamu memarahi sekaligus menyalahkan semua orang yang terlibat dalam drama pembohongan kondisi Felix. Kamu marah, saking marahnya kamu hampir menampar Junkyu yang ternyata sekongkol menutupi berita kecelakaan Felix juga. Selain marah, kamupun terus menangis tersedu-sedu.
Junkyu bingung. Dia bingung harus melakukan apa. Secara tumbuh bersama selama sembilan belas tahun, Junkyu tidak pernah menenangkan kamu ketika kamu menangis. Pastinya Jisung yang melakukannya. Namun Jisung tidak ada di mobil. Jadi yang bisa Junkyu lakukan hanyalah terdiam dan menyimak.
Yang lebih tua menginjak tuas rem begitu lampu merah menyala. Ia lalu menoleh ke arahmu yang duduk di sampingnya. Kamu masih menangis sembari mengusap perut. Wajah kamu memerah layaknya saus tomat, bahkan make up yang kamu pakai tadi pagi sudah luntur karena air mata.
Junkyu mendadak iba.
"Ai, udah dong. Jangan nangis terus. Lo nanti kelaparan," ujar Junkyu. Setelahnya ia menyesali perkataannya lantaran kamu tambah terisak.
"Lo mau beli es teler dulu gak? Yang di perempatan fakultas itu." Junkyu kembali berujar dengan bodohnya—mengimi-imingi kamu minuman favorit kalian. Ya maklum, dia tidak sejago Jisung untuk membuat kamu berhenti menangis.
"Ai," panggil Junkyu. Kamu tidak menyahut. Sibuk mengusap pipi yang penuh air mata kemudian menangis lagi.
Junkyu merasa menjadi kakak berdosa untuk kamu.
"Kita ke es teler dulu ya. Si Jijin soalnya titip. Maksa banget nih anaknya."
Lelaki yang duduk di bangku kemudi itu menginjak pedal gas kembali untuk menjalankan mobilnya tatkala lampu merah berganti hijau. Masih dengan suasana dalam mobil yang penuh kesedihan, Junkyu membawa kamu sekalian ke es teler di perempatan dekat fakultas. Bukannya Junkyu tidak peka kalau kamu masih bersedih mengenai kondisi Felix. Hanya saja lelaki itu mengulur waktu agar Jisung yang berbicara denganmu.
Seandainya kamu tidak sedang dalam kondisi hamil besar, dan ia terikat dalam perintah Krystal, Junkyu pasti akan membawa kamu menemui Felix. Karena bagaimanapun Junkyu mengerti status kamu. Kamu juga berhak atas Felix.
Tak butuh waktu lama bagi Junkyu untuk tiba di restoran es teler—tempat kalian nongkrong waktu masih berada di semester dua kuliah. Dia menepikan mobilnya agak jauh dari restorannya. Mengingat ia harus menenangkan kamu sejenak sebelum pergi ke sana. Takutnya tiba-tiba kamu kabur.