Pembaca sekalian kan pinter-pinter sampek aku merasa 'boom' kalau kalian memecahkan teori :)
Jalanan kompleks terlalu sepi mengingat bulan sudah begitu tinggi dan bersinar di langit kelabu. Tidak ada masyarakat berlalu lalang di jalanan kompleks. Demikian dengan para peronda malam. Ah, masih jam dua dini hari mereka akan meronda. Pantas saja sepi karena sekarang baru tengah malam.
Sebuah mobil avanza berwara grey, melintas di jalanan kompleks. Tak lama, mobil itu berhenti di depan sebuah rumah. Pengemudinya segera turun. Felix, tersebutlah ia yang baru pulang dari shift malam, keluar dari mobilnya untuk membuka gerbang rumahnya. Ia masuk kembali lalu memarkirkan mobilnya di samping teras rumahnya. Tidak sekalian ia masukkan ke garasi, karena esok hari ia masih kembali ke rumah sakit untuk kontrol pasien.
Setelah mematikan mesin mobilnya dan menutup pintu gerbang rumahnya, Felix bergegas masuk ke dalam rumahnya. Ia merasa agak aneh sejak menapaki teras rumahnya. Angin malam berhembus menerpa tengkuknya dengan lembut. Lampu berkedip remang-remang. Suara jangkrik semula ramai, tiba-tiba senyap. Tak ayal, pemuda itu mempercepat gerakannya membuka pintu rumah yang terkunci (seperti biasa dia akan menyuruh kamu mengunci pintu jika ia telat pulang dari rumah sakit).
Pintu terbuka.
Suasana rumah terasa begitu hangat saat ia membukanya. Cahaya lampu ruang tamu—entah sejak kapan—berwarna kuning hangat. Pula dengan sofa ruang tamu. Bukannya berwarna coklat yang biasanya, melainkan berwarna hitam. Ia seribu persen yakin ini adalah rumahnya. Lantas kenapa berbeda?
Aneh.
Namun yang lebih aneh adalah saat ia melihat kamu duduk di sofa itu. Kamu tidak terlihat sedang sakit (seingatnya—saat ini), tetapi kamu sedang hamil besar. Tampaknya baik-baik saja. Gurat wajahmu menampakkan kebahagiaan. Kamu cantik. Sangat cantik.
Felix tentu tidak paham dengan apa yang sedang terjadi. Sejak kapan kamu hamil sebesar itu? Mustahil. Yang ia ingat, kamu masih sakit dan tidak hamil. Kenapa malah seperti ini?
"Ai..." Felix hendak menghampiri kamu. Namun urung saat melihat dua anak kecil—mereka kembar—berlari menuju arahnya. Bukan. Bukan arahnya. Tapi kamu. Mereka berlari menuju kamu dan duduk di samping kamu seraya mengelus perut kamu.
Felix terkejut. Anak itu, kedua anak itu, wajahnya mirip dengannya. Seolah dirinya waktu kecil.
"Mama, dedeknya kapan keluar? Ryan mau lihat dedek!" seru anak cowok di sisi kiri kamu. Senyumnya mengembang. Persis sekali dengannya.
Apa katanya? Mama?
"Sebentar lagi dedeknya lahir. Ryan sama Rony harus jadi kakak yang sigap ya," ucap kamu. Keduanya mengangguk. Lantas memberikan pelukan besar dengan kedua tangan mereka yang mungil di antara perut kamu.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)
FanfictionBagi Felix, gue adalah nebula. Tidak terlihat. Sebagian scene dihapus untuk proses terbit