Cukup hari ini ya aku double update...
Gue saat ini sedang berada di pantai Kuta. Berdua dengan Felix. Tangan gue melingkar di lehernya, sementara tangannya berada di lipatan paha gue.
Gue digendong Felix selama menuju ke pantai Kuta sampai menyusuri bibir pantai di sore hari. Ditemani suara bising para bule yang berbikini, deburan ombak, dan angin sepoi-sepoi di sekitar pantai.
Tadinya gue mau menggelung diri di bawah selimut karena nyeri di pangkal paha gue. Gimana gak mau nyeri kalau gue digempur lagi sehabis subuh sampai jam sembilan pagi. Tapi Felix maksa jalan-jalan sekalian nyari makan. Alhasil gue minta gendong dia kalau mau bareng gue jalan-jalan.
Anehnya, Felix mau.
Gue sih gak masalah. Setidaknya dia tanggung jawab. Memang seharusnya begitu.
"Felix, anjing." ucap gue di saat melihat anjing berlarian menuju bibir pantai. Begitu ombak datang, anjingnya kabur. Terus saja seperti itu.
Felixnya berhenti, "kamu ngatain saya anjing?" tanya ia ketus.
Gue langsung menunjuk anjing jenis Labrador Retriever berwarna coklat muda di depan sana.
"Itu anjing, kan, pak dokter?" tanya gue. Sedikit menyindir. Terdengar helaan nafas berat dari Felix. Gue tertawa dalam hati.
Felix kembali berjalan membawa gue di punggungnya. Di dalam keheningan saat berjalan ini, diam-diam gue menghirup bau badan Felix dan menyandarkan diri di bahunya. Gue berharapnya, ini bukan mimpi. Perhatian Felix itu bukan mimpi.
"Kita duduk di sini aja," sahut Felix sambil menunjuk tanah di bawah pohon. Ia lantas berjongkok. Gue pun turun dari punggungnya dan duduk di tanah.
Felix mendudukkan dirinya di samping gue. Sembari menghadap ke pantai, ia mengambil tangan gue lalu digenggamnya. Otomatis, gue menoleh menatapnya.
"Tumben pegang tangan," ucap gue. Aneh tau. Felix jadi romantis. Kalau biasanya duduk berdua saling jauh-jauhan dan tak lupa melengos.
"Memangnya kenapa? Kamu gak suka saya pegang?" tanya Felix balik. Gue memalingkan wajah. Bukannya tidak suka. Hanya aneh.
"Kamu aneh. Bikin gak nyaman." jujur gue.
"Saya tau. Tapi saya harus melakukan ini." jawabnya.
Mungkinkah dia terpaksa melakukannya? Secara ini bukan Felix yang gue kenal.
"Sejujurnya lebih mending kamu ceraikan aku secepat nya ketimbang kamu berlagak seperti ini. Aku...gak nyaman." sambar gue lekas.
Felix berbalik menghadap gue. Ia melepas tangan gue dan menangkup wajah gue. Asli, Felix ganteng.
"Sudah saya bilang, saya gak akan ceraikan kamu. Bukannya kamu harusnya merasa senang karena saya sudah berubah dan mulai memperhatikanmu?"
Dibanding senang malah aneh jatuhnya. Tiba-tiba banget sih. Siapa yang gak merasa aneh dan curiga?
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)
FanfictionBagi Felix, gue adalah nebula. Tidak terlihat. Sebagian scene dihapus untuk proses terbit