Kangen aku ga?
Belanja di tukang sayur di kompleks bersama ibu-ibu adalah hal yang harus gue hindari, sebenarnya.
Bukannya gimana, gue gak enak sekaligus merasa takut. Mereka belum tau hubungan gue dengan Felix selama ini, walau mereka sering melihat gue masuk atau keluar rumah Felix. Pun gue jarang berinteraksi dengan mereka. Lalu gue tiba-tiba nimbrung dengan mereka—dengan ikut berbelanja. Takutnya mereka malah ngomong yang enggak-enggak.
Hari ini gue terpaksa belanja di tukang sayur itu karena bahan-bahan di rumah udah habis, dan Felix gak bisa mengantarkan gue ke supermarket untuk belanja. Dia ada shift pagi hari ini. Gue yang mau belanja sendiri, masih sedikit takut. Semenjak adanya thread yang menyertakan foto gue, gue jadi takut mau bepergian kemana-mana sendirian. Takut kena bacotan netizen maksudnya.
Kan lambenya netizen gitu. Ada yang salah dikit udah diomongi kesana kemari. Hal sepele itu bisa jadi besar dalam waktu singkat.
Ya kan?
Gue belanja ala kadarnya sekarang. Malah terkesan cepet-cepetan. Tanpa memilah terlebih dulu ataupun ikut nimbrung obrolan ibu-ibu di sekeliling gue. Gue ambil bahan yang sekiranya bisa gue masak nantinya. Gue mulai merasa aura-aura gak nyaman di sini. Manapula gue diapit enam ibu-ibu dan satu penjual sayurnya.
Sialnya, saat gue mau ambil seplastik terong, tangan seseorang ikut mengambilnya. Mau direlakan, sayang. Gue lagi ngidam terong balado. Gak direlakan, nanti kena julid.
"Bu, saya ambil ya?" tanya gue baik-baik. Si ibu malah menatap gue sinis. Bikin gue merinding dalam sekejap.
"Saya duluan yang ambil. Kamu ambil yang lain." katanya seraya menarik kresek isi terong hijau itu. Seketika terong tadi berpindah tangan ke tangannya.
Tadi tangan gue udah nyentuh duluan padahal. Satu detik lebih cepat dari si ibu ini.
"Emang gak ada lagi ya pak terongnya?" gue segera bertanya ke bapak penjualnya. Kali masih ada biar gak usah rebutan sama nih ibu.
Si bapak menggeleng, "gak ada bu. Tadi dibeli sama ibu-ibu kompleks sebelah,"
Dengan terpaksa, gue merelakan sekantung terong segar itu untuk si ibu tadi. Gue gak berkata apapun lagi. Gue beralih ambil seikat bayam dan sekantung tomat. Gak apa gak keturutan. Toh cuma mitos ngidam gak keturutan bisa bikin anaknya ileran.
"Mbak Ai ini siapanya mas Felix, ya?" tanya seorang ibu berkrudung hitam agak miring bagian depannya tiba-tiba, "Saya sering kelihatan mbak Ai masuk rumah mas Felix,"
Gue menoleh ke arahnya. Kalau gak salah nih ibu namanya bu Seulgi. Dia bu RT kompleks ini. Dulu gue pas pertama kali pindah, gue kenalan. Ramah sih orangnya. Murah senyum pula.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1/2] Nebula ✖ Lee Felix (Sudah Terbit)
FanfictionBagi Felix, gue adalah nebula. Tidak terlihat. Sebagian scene dihapus untuk proses terbit