Target?
Target, selalu ada dan ada. Akan selalu ada yang kita mau, jika salah satu terpenuhi masih banyak target yang harus di kejar untuk nafsu semata.
Tapi jika targetku dicintai olehmu.
Maka setelah itu terpenuhi, aku tidak akan mencari cinta lainnya. Hanya belajar mencari cara agar kamu mencintaiku seterusnya.Lampu-lampu gedung dan jalanan Jakarta sangat indah, apalagi berada di pusat kota. Seperti di background foto model ternama. Ditemani Gattan perjalanan kali ini terasa lebih senang.
Gelisah di hatiku sudah terobati walau dengan jemputan klasik tanpa ada unsur romantisnya sama sekali. Tapi sekecil apapun bentuk dia memperlakukan aku, akan sangat aku hargai di hatiku.
"Mas..."
Gattan hanya melinguk sebentar menyaut panggilanku. Wajahnya yang datar tanpa ekspresi terlihat lebih menawan, daripada harus judes dan nyuekin aku.
Tangan Gattan sudah sangat lincah dalam berkendara tidak seperti aku yang ugal-ugalan dan seenaknya jika menyetir. Dan itu membuat aku bangga, bisa duduk disampingnya menatap jalanan yang sama.
"Mas... Kita mau kemana?" Tanyaku sambil menatapnya.
Geram mulutku ingin terus nyerocos menanyakan tujuan, sekali saja tidak ada respon untukku. Ku putar tubuhku menghadap dia sambil menangkringkan kakiku di tempat dimana aku duduk. Menatap dengan fokus dia menyetir mobil.
"Mas Gattan..."
"Mas Gattan kok kalo diliat dari deket banget, jadi ganteng banget ya.. hemm" Cetusku sambil menaruh seluruh tatapanku di wajahnya.
Gattan meraih tanganku, sambil tersenyum simpul, Kita berpegangan tangan, tangannya hangat tidak terlalu dingin seperti aku terkena AC mobil.
Betapa bahagianya aku dengan perlakuan Gattan yang makin aneh tapi membuat aku tersenyum-senyum.
Raut wajahnya ku kira bete sebelumnya, tidak ada kemungkinan untuk ku ajak ngobrol. Ternyata salah, bisa berubah 180 derajat tersenyum walaupun hanya tersenyum simpul.
"Kitaa.. mau ke rumah"cetusnya singkat tanpa ekspresi.
Suaranya terdengar manja di telingaku, walaupun raut wajahnya masih mencerminkan kepribadiannya.
Tak lama perjalanan, setelah aku tidak memfokuskan mataku kepada jalanan, tiba-tiba aku sampai di sebuah cafe bernuansa modern, banyak tanaman hijau modern yang di pajang menghiasi beberapa furniturnya. Dari depan saja sudah menarik bagaimana jika masuk kedalam.
"Turun" singkatnya lalu mematikan mesin mobil.
Kenapa setiap perkataannya tidak pernah tersirat kata-kata romantis untukku. Selalu datar..cuek..dan singkat.
Kakiku melangkah turun, lalu berjalan masuk bersamanya. Tidak seperti pasangan romantis pada umumnya, yang kemana-mana selalu bergandengan tangan dengan senyum kebahagiaan.
Coba lihat aku, dia jalan sendiri aku hanya membuntutinya dengan perasaan takut tertinggal. Seharusnya aku bersyukur, karena ini pertama kalinya ada inisiatif menjemputku lalu mengajakku makan malam bersama.
"Pesen dulu, aku samain sama kamu aja. Tunggu disini, aku mau ketemu temen sebentar. Jangan kemana-mana!" Cetusnya lalu berjalan meninggalkanku.
Cafe seluas ini terbelah dua, hanya di batasi dengan dinding kaca berwarna silver seperti kaset. Tanpa aku ketahui ternyata disamping cafe ini ada cafe lain juga. Atau mungkin satu manajemen tapi berbeda interior.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomanceAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...