Malam semakin larut, aku dan Gattan masih duduk bersama melihat jalanan yang semakin malam semakin membawaku ke suasana yang aku rindukan, yaitu suasana bersama Gattan di rumah.
Ingin sekali aku kembali ke masa itu, tapi rasanya sulit sekali menghapus jejak luka yang pernah Gattan gores di hati ini, aku memang harus bisa tegar menghadapi ini dengan kedewasaan, aku gak boleh mudah luluh lagi karena memang seharusnya kepercayaan ku terhadap Gattan itu sudah tidak ada.
"Kamu gak perlu mas, gak perlu bahas tentang rasa cinta karna tanpa kamu jelasin aku tau. Aku tau kedudukan aku di hati kamu seperti apa, dan kedudukan masa lalu kamu itu jauh lebih tinggi daripada aku" cetusku dengan nada jutek.
Gattan terdiam.
Aku melihat jam tanganku yang sudah menunjukan pukul sembilan malam, aku gak mau berlama-lama disini dengan Gattan. Kasian dia juga capek pulang kerja.
"Udah malam, aku pulang dulu ya.." kataku lalu beranjak meninggalkan Gattan.
"Tapikan kita belom selesai ngobrol Li.. lagian kenapa sih buru-buru banget? Mau ada acara lagi?"
"Enggak kok, cuma aku gak mau pulang terlalu malam takut ada yang mikir aku perempuan murahan"
"Siapa yang berani bilang kamu perempuan murahan? Kamu kan perginya sama suami kamu sendiri Lii..."
Padahal dulu kamu sendiri mas yang bilang, tapi kamu lupa omongan itu pernah sangat menyelekit di hati aku.
Aku berjalan meninggalkan Gattan tanpa menjawab lagi pertanyaannya.
"Li... tunggu, aku anter kamu pulang ya, kamu kapan mau pulang ke rumah kita?" Tanya Gattan yang terus membuntutiku.
Aku menggeleng dan langsung masuk ke dalam taksi online yang sudah aku pesan tadi.
Gattan berdiri melihat aku yang pergi meninggalkannya. Sebenernya aku nggak tega tapi aku mau menegaskan ke dia aku juga bisa bersikap tidak peduli sama dia.
****
Hari ini aku ada jadwal pemotretan dadakan, di temani Daffi yang hari ini libur kerja hanya karena ingin melihat pemotretan pertamaku.
Andai saja aku yang di kasih kesempatan sama tuhan buat bersanding dengan kamu Li, pasti sempurna hidup aku... kamu itu perempuan yang lugu dan mau belajar walaupun habis di hadang badai dan kamu masih tetep tersenyum dan berusaha buat nutupin luka kamu. Kata Daffi dalam hati.
"Lu kenapa? Kok ngeliatin gua begitu? Aneh ya pake baju ini?" Tanyaku kepada Daffi yang sedari tadi memperhatikanku.
"Lu cantik banget sih! Jadi kan gua terpesona" ledek Daffi.
"Alah bohong! Ih kenapa jujur!" Kataku sambil mengelus rambut Daffi yang setengah keriting.
Pemotretanku hari ini sangat sedikit karena pak Daniel masih belum memberikan aku banyak job dengan alasan istirahat.
"Nanti pulangnya kita jalan-jalan ya muterin kota" ajak Daffi sambil terus menatap dalam diriku.
"Kalo jalan capek gue gak mau!"
"Maunya naik apa? Mobil ? Motor? Atau gendong?"
"Naik karpet Aladin!"
Aku dan Daffi bercanda layaknya teman dekat sekali, tiba-tiba Gattan datang dari arah belakang yang membuatku terkejut. Ku alihkan mataku pura-pura tidak melihatnya.
Tiba-tiba aku ber-inisiatif buat Gattan cemburu, jujur ini bukan aku banget sebenarnya tapi untuk sesekali aku mau lihat apa dia cemburu atau enggak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomansaAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...