43

10.3K 619 80
                                    

Kalau kamu main terang-terangan sama aku, aku juga bisa mas terang-terangan. Tapi nanti kalau aku sudah berubah menjadi perempuan lain, menjadi pribadinya tidak memiliki rasa sabar seperti ini.

Tapi aku harap aku tidak berubah seperti itu, karena bisaku hanya mencintaimu. Meskipun begitu aku pun punya cara gimana menegaskan bahwa aku bisa berhenti berada di dekatmu bukan berhenti mencintaimu.

Sudah hampir dua minggu pak Daniel mengajakku ke salon dan masih tersisa 2 minggu lagi untuk acara fashion shownya. Tapi aku mana bisa fokus kalau Gattan terus-menerus membuatku merasa harus menyelesaikan masalah ini.

Menyelesaikan hubungan sakral ini.

Pak Daniel fokus dengan laptopnya sambil meneguk secangkir teh hangat, tepat di depan mataku laki-laki yang membiayaiku hingga diriku merasa lebih cantik dari sebelumnya. Mungkin orang cantik itu perlu usaha dan juga perlu uang.

Tapi sebenarnya aku tidak mau terlihat cantik hanya dari luarnya saja, aku mau cantik luar dalam. Untuk apa aku cantik jika masih tertanam rasa iri kepada wanita di luar sana.

Merasa cukup dan terus memperbaiki diri mungkin kuncinya, selalu menjadi pemikiran supaya otakku selalu berprasangka positif terhadap diri sendiri dan orang lain.

Andai laki-laki di depanku adalah Gattan, yang selalu memperlakukan aku seperti bidadari nya bukan seperti patung dan juga alarmnya.

"Li! Gimana? Udah terbiasa pakai gelang sebanyak itu?" Tanya pak Daniel.

Di acara fashion show aku harus memakai gelang yang seperti orang india pakai, gelang yang lumayan banyak dan pastinya berat.

Aku sebenarnya bukan perempuan yang suka memakai perhiasan, anting saja berulang kali hilang hingga merasa kesal telah membuang-buang uang. Apalagi gelang yang kerasa banget beratnya karna mungkin sebelumnya tanganku kosong tanpa perhiasan.

Tapi aku tidak mau pak Daniel kecewa dengan apa yang sudah dia perjuangkan selama ini, dari mulai perawatan ku, transportasi ku ke kantor supaya aku tidak naik kendaraan umum, kepedulian nya, dan mungkin uang yang sudah di keluarkannya itu sudah banyak sekali untukku, ditambah lagi aku punya jadwal mingguan program tubuh ideal dan pastinya itu bukan biaya yang murah.

Aku tidak mau laki-laki di depanku itu kecewa.

Tapi mengapa aku malah berfikir kalau semua yang aku terima dari pak Daniel ini seperti apa yang Diana terima dari Gattan.

"Pak, saya gak enak pak kalau harus terus-menerus di biayai oleh bapak. Saya gak mau di bilang pelakor. Yang makan dari uang hasil perselingkuhan laki-laki lain" Ujarku.

Pak Daniel tertawa-tawa mendengar perkataan ku.

"Lily... Lily... Hey! Kamu ini sama saya sedang tidak selingkuh. Lagian saya belum nikah dan kamu juga belum menikah. Dan kamu saya biayai untuk kepentingan bersama, termasuk kantor. Kalau modelnya cantik kaya kamu nanti di acara fashion show terus banyak peminat untuk butik kita kan menguntungkan bagi saya juga" Kata pak Daniel sambil menatapku pribadi.

Aku mengelak tatapan pak Daniel, aku menatapkan mataku kepada pelayan cafe yang sedang menyiapkan makanan untuk diantar.

"Pak... Saya sudah menikah"

"Ha?" Sontak pak Daniel.

"Lah kenapa pak?" Tanyaku sambil ikut terkejut karena pak Daniel mengagetkan suasana yang sedang biasa saja.

"Serius kamu? Siapa suami kamu? Kenapa kamu bekerja? Bukankah ini sudah tugas suami kamu? Apakah suami kamu tidak berkecukupan?" Tanya pak Daniel beruntun.

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang