Malam ini benar-benar suntuk, di kamar tamu yang polos dan tidak memberi kesan penghilang kejenuhan. Apa yang bisa ku lakukan selain memandangi baju-baju berantakan yang belum sempat ku gosok. Namun tidak ada niatan gosok. Aku memang bukan wanita yang rajin, sekalipun itu barang-barang milikku.
Gattan masih serius dengan laptopnya, mungkin banyak kerjaan sampai dia harus lembur di rumah begini. Rasa nggak tega terus-terus mendiang di kepalaku, selalu ingin memaafkannya tapi jika aku memaafkannya dengan mudah dia bisa melakukan hal itu lagi, karena dia menganggap enteng kemarahanku.
Tok!Tok!Tok!!
Suara ketukan pintu kamar tamu, siapa lagi kalau bukan Gattan. Aku membuka pintu walaupun wajahku masih sangat jutek melihatnya, tapi ini mungkin adalah cara baik agar aku bisa berbaikan dengannya, mungkin mengalah bukanlah kalah melainkan menang secara hakiki. Baiklah aku akan mengalah lagi...
"Ly... Kamu belum makan kan?" Tanyanya sambil tersenyum.
Senyuman itu benar-benar membuat ku tak bisa berkata kasar apalagi melepaskan pandanganku bibir manis itu.
"Gatau" Jawabku singkat dan menundukkan kepalaku agar tidak tersipu melihat senyuman yang jarang-jarang orang melihatnya. Termasuk aku.
"Kita makan di luar yuk, aku juga belom makan"
"Biasanya juga kamu sendiri? tumben ngajak aku? Mau ngerayu biar aku nggak marah ya?" Cetusku dengan lantang. Benar-benar kali ini rasanya bibir ini ingin terus nerocos padahal gak ada faedahnya bicara seperti itu dalam kondisi marah.
Dia menekuk kedalam kedua bibirnya tanda menyimpan senyumnya. "Ly... memangnya kalau ini adalah untuk merayu kamu, apakah kamu mau menolak?"
"Ya..., hemm.. enggak sih!" Jawabku, duh rasanya bibir ini tidak terkendali dan kalah dengan egoku sendiri.
Gattan tersenyum simpul saat mendengar kata terakhirku. Duh, kali ini Gattan benar-benar bikin aku jatuh dan nggak bisa melewatkan kesempatan yang akan ku sesali nantinya.
"Aku mandi dulu. Tunggu, nggak lama kok, awas aja di tinggal" Kataku lalu meninggalkannya. Berjalan ke kamar mandi.
Tapi sejujurnya aku merasa menjadi wanita yang sangat bodoh, benar-benar bodoh.
***
Kali ini dia benar-benar sangat sabar menunggu lamanya aku mandi. Biasanya dia protes seusai aku keluar dari kamar mandi. Kini dia hanya tersenyum sambil menonton tv.
Aku masih setia dengan style ku yang lama. Denim dan celana putih, aku memang bukan wanita feminim, tapi itu cita-citaku.
"Jadi nggak? Seruku dari belakang sofa dia menonton tv.
"Jadi lah..." Katanya lalu bangun dari duduk super wenak-nya. Kali ini dia menjawab dengan semangat, dan senyuman.
Kenapa setiap malam selalu macet? padahal kan ini sudah bukan jam pulang kerja, tapi wajar sih. Kan jalanan milik umum.
"Kita makan dimana ya?" Katanya sambil menyapu pandangan super membosankan 'macet'.
Aku melinguk menatapnya datar, lalu di tatap kembali dengan matanya yang sangat mempesona.
"Kalau kamu nggak ada niatan mau makan dimana, kenapa harus ngajak makan!"
"Bukan gitu sayang, aku cuma nanya.. siapa tau kamu nggak suka sama restoran pilihan aku" Ketusnya dengan lembut.

KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomanceAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...