29

9.8K 493 96
                                    

Malam ini aku benar-benar bimbang harus bagaimana keputusanku, apa yang harus aku lakukan. Aku gak mungkin mengusir Lussy dari rumah ini, mau tinggal dimana dia, kalau dirumah mamah pasti gak akan mungkin, pasti mamah mikir kalau Lussy melakukan kesalahan yang besar di rumah ini.

Padahal semua hanya kesalah pahaman. Ah gimana ini, aku mending telepon Arya deh aku tanya solusinya siapa tahu dia punya solusi untuk ini. Karena dulu Lussy pernah tinggal di apartemen Arya bersama Aca. Barangkali Arya mau menampung Lussy untuk sementara.

Ah tapi untuk apa, aku harus bilang apa ke Lussy kalau dirinya harus ku oper sementara ke apartemen Arya.

Selang beberapa menit Lussy sampai dirumah, wajah murungnya sangat terlihat jelas dimataku. Bahkan dirinya langsung masuk ke kamar tanpa menyapaku yang berdiri tepat di depannya.

"Lus!"panggilku.

Lussy hanya menoleh tanpa memberikan sedikit pun jawaban kepadaku. Aku tahu dirinya pasti sangat kecewa ditambah lagi tadi pagi Gattan memaksaku mengusirnya.

"Kamu udah makan?" tanyaku dengan nada sangat rendah.

Dirinya hanya mengangguk tanpa memberikan sepatah katapun. Dan langsung bergegas masuk ke kamarnya.

Selang beberapa menit Gattan pulang, memang sangat tumben sekali Gattan pulang sore begini. Biasanya dia pulang larut malam.

"Gila emang kalo udah jadi atasan beda wibawanya, bukan kaya Gattan yang dulu lagi nih".

"Gimana nih kabar Vira? Vira lagi hamil kan?"Timpal Gattan

Gattan bicara dengan siapa? aku mendengar suara yang sepertinya aku sudah kenal lama. Aku menoleh ke jendela dan ternyata itu adalah bang Reno.

Bang Reno husein adalah temen smp Gattan yang kenal juga denganku, dirinya sering meledekku dulu. Meskipun dirinya selalu mengatakan bahwa aku tidak pernah pantas dengan Gattan. Ya itu aku ingat sekali, dia bilang di metro mini waktu pulang sekolah.

Bang Reno ini baik, ramah dan sama berprestasinya dengan Gattan. Namun bedanya Bang Reno itu standar kalau Gattan itu jauh melampaui standar dulu. Bang Reno ramah dengan semua adik kelas, dan Gattan hanya ramah kepada teman kelasnya, Gattan tidak pernah banyak bicara seperti biasanya.

Aku pernah musuhan dengan bang Reno dulu hanya hal kecil dan kesalah pahaman. Tapi dirinya tidak pernah menganggap serius, bahkan setelah kemarahan itu dia masih sempat meledekku yang tergila-gila akan Gattan.

Aku membukakan pintu untuk mereka. Aku sambut hangat dengan senyuman ternyata bang Reno juga membalas senyumanku.

"Lah Lily!" Cetusnya terkejut.

"Dilah udah pulang?" Tanya Gattan tanpa tersenyum kepadaku.

"Udah mas.." jawabku.

Sembari berjalan masuk Bang Reino seperti tidak percaya bahwa ini aku, Lily adik kelas ternyolot yang dia kenal.

"Mas?" Heran bang Reino.

"Kasih tau Li..."Suruh Gattan dengan nada bercanda.

Jujur aku senang Gattan mempublikasikan pernikahanku di depan mas Reino. "Aku udah nikah sama mas Gattan, heheh".

"Serius? Ah gila banget! impian lo terwujud Li? coba liat cincin nikahnya?".

Aku menunjukan jariku dengan cincin yang Gattan berikan di pernikahan.

"Kok' Lu gak make cincin Tan?" Tanya bang Reno kepada Gattan.

Aku terkejut heran dan langsung memfokuskan kearah tangan Gattan. Gattan pun menatapku yang mencari dimana letak cincin itu.

"Oh, gua taro di lemari biar gak hilang" simpul Gattan.

"Ah gua kira lo masih bujangan! Ternyata udah married! Gila sih ini nih si Lily, orang paling bawel paling banyak ngomong. Tapi baguslah lu sama dia. Lu mewujudkan cita-citanya menikah sama lu".

Gattan tersenyum paksa. Aku mengambilkan mereka berdua minum, teh hangat ku seduhkan, karena diluar mendung dan cuaca juga kurang baik akhir bulan ini.

Mengapa Gattan tidak memakai cincin pernikahan kita? Itu masih terngiang-ngiang di kepalaku, alasannya apa? Apakah Gattan benar-benar malu menikah denganku.

Ah sudahlah mungkin Gattan takut cincin itu hilang, lagi pula aku sudah memilikinya sekarang, tapi aku akan tetap menanyakan hal ini kepada Gattan nanti, setelah bang Reno pulang.

"Masa tamu spesial dikasih minum doang Li..beliin cemilan lah, nih" Ucap Gattan lalu memberikan uang kepadaku. Aku berjalan kaki sendirian menuju supermarket. Meninggalkan mereka ngobrol berdua.

Sudah lama sekali aku tidak bertemu dengan Bang Reno. Aku juga sudah lupa gimana wajahnya dulu waktu dirinya memberi jari tengah kepadaku dari lapangan.

Bang Reno sangat pandai agama, suaranya merdu, dan sering sekali menang lomba membaca qur'an suara merdu. Senyumnya manis, tinggi badannya berbeda dengan Gattan dia tidak terlalu tinggi seperti Gattan. Tapi dia juga gak kalah pandai memikat perempuan. Ya hampir sebelas dua belas sama Gattan. Bedanya Gattan cool dia ramah.

"Mimpi apa lo? Bisa nikah sama Lily?"tanya Reno.

"Ah! Pake nanya lo! Gua gak tau kalau ternyata nyokap gua kenal sama nyokapnya dia. Nah gua di jodohin sama dia, kata nyokap gua dia anaknya baik banget. Hahah padahal mah emang Lily nya aja biar nikah sama gua".

"Yaelah, Lily emang baik anaknya, gak aneh-aneh kok dia, tapi lu cinta gak sama dia?".

"Lucu pertanyaan lo! Gua udah mau tunangan tadinya, karena cewek gua yang dulu sering pake pakean seksi dan nyokap gua gak suka sama dia. Nyokap gua maksa banget biar gua nikah tuh ama dia. Kalo di tanya cinta si, engga gua gak pernah cinta. Cuma ada ketakutan dalam diri gua kalo dia pergi".

"Apaan?".

"Kalau sampai gua pisah dari Lily, nyokap gua ngancem yang enggak- enggak. Makanya bagaimanapun gua ngejalaninnya sekarang sama dia, yaudah, dia dia. Gua ya gua. Kita emang tinggal di satu rumah, tidur di satu kamar yang sama tapi gua masih sulit banget buat bisa ngegantiin seseorang yang udah lama di hati gua buat dia".

"Sumpah lu jahat banget. Dia tuh suka sama lu dari kelas 1 smp. Bayangin berapa tahun. Dan lu cuma pura-pura doang. Jangan gitu Tan. Hargai dia sebelum lu kehilangan dia beneran".

Gattan hanya menjawab dengan tawaan.

Selang beberapa menit mereka berbincang aku sampai dirumah. Bang Reno menatapku, aku bingung mengapa. Apa ada yang salah dari penampilanku.

"Ngobrol bareng sini Li..." Ajak bang Reno

Gattan memainkan handphone nya, dan bang Reno juga. Aku hanya duduk diam melihat mereka sibuk bermain handphone. Bukan karena aku tidak punya handphone, tapi karena aku sedang ada tamu, tidak enak rasanya jika yang punya rumah bermain handphone sendiri.

"Bang Ren... gimana sama Vira?" Tanyaku membuka obrolan.

Bang Reno menaruh handphonenya tersenyum melihatku yang menatap Gattan masih bermain handphone.

"Vira lagi hamil, udah 5 bulan. Udah gak bisa di tinggal lama-lama dia. Oh iya Tan! Gua mau cerita sama lu. Gua shock banget pas denger Vira hamil. Kaya anugerah banget gitu, dan waktu itu gua lagi pusing banget, banyak masalah. Eh pas denger Vira hamil. Kaya sekejap masalah gua hilang".

Gattan menaruh handphonenya dan mendengarkan cerita Bang Reno.

"Alhamdulillah banget dong.. tuhan adil banget bang" Timpalku.

"Eh by the way kapan nih Lily hamil? Biar nanti anak kita umurnya gak jauh bair bisa sekolah bareng".

"Insyaallah" jawabku. Karena memang Gattan sepertinya tidak mau menjawab pertanyaan ini.

Selang beberapa menit berbincang Bang Reno pamitan, dan aku kembali hening. Karena Gattan tidak mengajakku berbicara.

****

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang