Jelaskan

8K 445 37
                                    

Setelah hampir setengah jam kita mutar mencari restoran yang sepi tapi hasilnya nihil akhirnya Gattan mengajakku ke rumah yang dulu kita tinggali bersama. Tekadku untuk tidak lalai lagi dalam ini, karena tujuanku membuat Gattan menyesal atas semua yang telah dia perbuat. Sebenarnya bagaimana cara membuat menyesalnya saja aku tidak tahu, tapi aku ingin sekali mendengar kata-kata menyesal yang keluar dari mulutnya.

"Aku gak mau masuk ke rumah itu" seruku.

Gattan mengernyitkan kedua alisnya bingung "kenapa?".

"Buat apa?"

"Maksud kamu buat apa? Ini kan rumah kita?"  Ucap Gattan dengan wajah bertanya-tanya.

Aku terdiam sejenak dan mengambil ponselku, Gattan sedari tadi hanya memandangiku menunggu jawaban.

Kamu fikir semua mudah akan kembali baik-baik saja setelah apa yang udah terjadi, perselingkuhan bukanlah hal sepele dan aku gak mau kamu terlalu menganggap aku sepele.

"Li?".

"Jawab pertanyaanku tadi"

"Yang mana?"

"Alasan kamu selingkuh, alasan kamu muji aku cantik, alasan kamu tidak datang tadi pagi ke rumah Aca!" Kataku dengan nada cepat dan tegas.

Gattan memegangi tanganku, dan kemudian aku tarik lagi tanganku.

"Yang berlalu gak usah di bahas lagi yaa, kita buka lembaran baru" Gattan melembutkan nada bicaranya dan mencoba membuat aku untuk tidak menatap sinis dirinya.

"Kamu bisa bilang yang berlalu gak perlu di bahas lagi, tapi itu semua penting bagi aku, aku mau tau kenapa mengapa? Kalau kamu gak mau jujur sama aku, maaf aku gak bisa buat memulai lembaran baru bersama kamu, bagiku perselingkuhan itu bukan hal yang sepele, itu adalah sebuah kesalahan besar. Kamu tau kalau sampai perempuan itu hamil dia mengandung anak kamu, tapi kamu gak mau tanggung jawab apakah itu gak mengorbankan perasaan dan kehadiran anak bayi yang tidak bersalah? Dan mengorbankan aku termasuknya" Celotehku dengan nada lirih dan mata berkaca-kaca.

Gattan meraih tanganku, "aku gak bisa Li.. aku gak bisa kasih tau alasannya sayang. Aku gak mau kamu jadi semakin membenci aku".

"Kenapa? Kenapa kamu gak mau aku semakin membenci kamu? Ini SALAH KAMU. Okey bukan sepenuhnya salah kamu, ada salah perempuan itu yang udah menggoda kamu, dan ada peluang dari aku karena kamu tidak memahami pernikahan kita, dan kamu tidak cinta aku. Sebenernya aku merasa jauh lebih minder lho... karena mungkin sebenernya penampilan aku juga tidak semenarik dia. Jadi wajar saja kalau kamu lebih memilih dia, Gattan.... -aku mencintai kamu tulus sepenuh hati aku, bahkan aku tidak sedikitpun memikirkan kekayaan kamu, kehidupan mewah bersama kamu. Bahkan kamu selingkuhin aku, ketus, cuek, tidak peduli sama aku' akupun masih cinta sama kamu- Masih berharap bahwa semuanya mimpi. Tapi kalau emang kamu tidak menginginkan aku dalam hidup kamu, aku bisa mundur aku bisa pergi dari kehidupan kamu. Aku sayang kamu dan aku gak mau menghalangi kebahagiaan kamu. Meskipun munafik bagi aku untuk terlihat bahagia melihat bahagia kamu bersama orang lain"

Kini air mataku tak bisa lagi aku kontrol, deras mengalir seperti hujan, hatiku serasa badai bicara langsung face to face dengan orang yang sangat aku cintai ini.

"Iya, aku salah besar Li... seharusnya aku tidak menyia-nyiakan perempuan seperti kamu. Aku salah udah berbuat seperti itu, maafin aku Li... aku sayang kamu sekarang, jujur aku merasa berat buat kehilangan kamu. Gak ada yang namanya bahagia bersama orang lain. Bahagia aku sama kamu"

Tuhan... apa aku sanggup untuk melanjutkan hidupku bersama dia? Apa aku harus mengganti dia dengan yang lain. Jujur aku juga gak bisa mengenal orang lain dengan mudahnya.

"Aku belum tau harus bagaimana? Aku belum bisa mengerti semuanya yang kamu bilang tadi. Aku yakin kamu juga tidak bisa dengan mudahnya melupakan dia. Dia yang kamu sayangi kamu rela-relakan sampai kamu nyakitin aku. Jujur aku gak bisa mengambil keputusan sekarang" ujarku di iringi air mata bercucuran.

Aku hanya perempuan biasa yang hanya bisanya menangis, membenci, marah, kecewa, kesal, sedih, senang, dan bukan perempuan yang bisa menyatukan perasaan sedih dan senang secara bersamaan.

Aku juga tidak pandai menutupi semua lukaku, bahkan aku malu sekarang menangis depan Gattan, depan laki-laki yang udah membuat aku menjadi sangat terpuruk, dan dia juga laki-laki yang sudah ku bela mati-matian bahagianya sehingga aku mengorbankan kebahagiaanku sendiri.

"Aku sekali lagi minta maaf sama kamu, aku mohon kamu jangan pernah tinggalin aku, jangan pernah berfikir sedikitpun untuk pergi dari hidupku"

"Tapi aku belum bisa menerima kenyataan yang terjadi kemarin, aku belum sanggup untuk semudah itu melupakannya, mas... aku menghargai kamu kenapa sih kenapa? Kenapa kamu gak pernah menghargai aku? Apa alasannya? Aku cuma pengen kamu kasih tau dengan detail apa?"

"Li... aku dulu emang tidak mencintai kamu sedikitpun dulu, aku juga gak terima dengan perjodohan kita waktu itu, tapi sekarang aku sadar aku udah menyia-nyiakan wanita terbaik pilihan mamah"

"SAMPAI SEKARANG? Jawab iya mas... biar aku hancur sekalian. Aku gak percaya kalau kamu udah mencintai aku. GAK MUNGKIN KAMU SEMUDAH ITU MENCINTAI AKU"

Gattan memegangi bahuku menarik tubuhku jatuh ke pelukannya, seringkali tanganku menolak, aku menjauhkan tubuhku agar tidak lagi jatuh kedalam pelukannya.

"Aku mau pulang" Pintaku.

"Ini rumah kita Li..."

"Antar aku pulang ke rumah Aca atau aku pulang sendiri!"

Gattan terdiam dan langsung menyalakan mobil, mengantarkan aku kerumah Aca.

Sepanjang perjalanan kita hanya saling diam, berulang kali Gattan menarik tanganku namun selalu ku tolak.

Kenapa lelaki dengan mudahnya meminta maaf dan wanita terlalu mudahnya memaafkan dan luluh. Padahal kalau di pikir kesalahan itu besar bukan kesalahan yang sepele apalagi kecil.

Perjalanan ke rumah Aca cukup jauh.

"Aku bilang pulang ke rumah Aca ngapain mampir kesini?"

Gattan memarkir mobilnya di depan sebuah restoran.

"Aku mau beli makan buat kamu, nanti kamu makan ya..."

"Gak perlu, ayo pulang aja!" Paksaku tanpa menoleh ke arah Gattan.

Gattan turun dari mobil tanpa mematikan mobil, memesan makanan dan menunggunya di dalam restoran, sedangkan aku terdiam di mobil tanpa sedikitpun ada niatan menghampiri Gattan.

Hampir lima belas menit Gattan akhirnya kembali ke dalam mobil dan membawa banyak makanan. Lalu melanjutkan perjalanan ke rumah Aca.

"Li... aku minta maaf ya, aku gak akan berhenti minta maaf sama kamu. Aku sayang kamu, tadi pagi aku bangun kesiangan dan harus buru-buru ke kantor jadi gak bisa nyamperin kamu dulu ke rumah Aca" cetus Gattan sambil sesekali mencuri perhatianku.

Setelah beberapa menit sampai di rumah Aca, aku langsung masuk ke dalam rumah tanpa mengakhiri pertemuanku dengan Gattan dengan sekedar basa-basi.

Aca yang kaget dengan langkahku yang terlalu cepat ingin masuk kamar langsung menghampiri Gattan.

"Nangis lagi?" Tanya Aca.

"Ca, tenangin dia ya... gua minta tolong dukungan lu. Gua gak mau kehilangan Lily... nih manti di makan ya, suruh dia makan. Kalau dia mau apa-apa bilang ke gua' tapi lu jangan bilang kalau lu mau bilang ke gua. Biar gua turutin diem-diem".

"Gua mau kok dukung, bantu lu. Tapi asalkan tolong jangan sakitin kakak gua lagi ya bang Gattan... yaudah nanti gua suruh dia makan, kemarin sih dia lagi pengen boneka teddy bear yang jumbo warna putih pita polkadot" ujar Aca.

Gattan mengangguk "yaudah, besok pulang kerja gua kabarin lagi".

"Oke, thanks ya makanannya... kebetulan laper sih gua".

****

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang