54. Jangan berbohong

16.4K 695 60
                                    

Butik hari ini padat jadwal pertemuan dengan klien. Ada juga yang baru melihat-melihat berbagai rancangan. Semua karyawan penuh pekerjaan, dan aku harus mengambil alih salah satu klien supaya satu persatu di layani dengan baik.

Dinda menghampiriku sambil memberikan papan jalan yang mencantumkan barang-barang yang harus di beli dan harus aku siapkan pengeluarannya.

"Ini udah persetujuan pak Daniel?" Tanyaku kepada Dinda.

"Pak Daniel sakit di rawat di rumah sakit Kamboja dan lu kesana gih mintain persetujuannya" ujar Dinda dengan wajah juteknya.

"gue kesana? Yang ada nanti malah ganggu istirahat pak Daniel" ujarku lalu meletakan papan jalan itu di meja.

Dinda menatapku tajam "ini perintah pak Daniel, dia nyuruh lu kesana. Tadinya gue yang mau kesana sekalian jenguk pak Daniel tapi dia maunya Elu! Udah gak usah nolak lagi. Barangnya di butuhin nanti sore" Cetus Dinda lalu beranjak meninggalkanku.

Mengapa harus aku sih? Dinda juga mau mengantarkan ini! Pak Daniel tuh maunya apa sih apa-apa serba aku. Tapi memang cuma pak Daniel bos yang pengertian, mau ngasih aku gaji duluan plus di kasih pinjaman uang.

Rumah sakit pak Daniel di rawat adalah rumah sakit Gattan di rawat juga. Mudah mudahan ada waktu luang supaya aku bisa melihat keadaan Gattan.

"Pak Daniel di rawat di kamar apa ya? Kenapasih Dinda gak ngasih tau sekalian tadi" Gumamku di depan pintu masuk rumah sakit.

Gak mungkin aku balik lagi ke butik, jaraknya kan jauh dari rumah sakit.

"Lily!" Teriak Reino melihatku yang sedang duduk di lobby.

"Oi? Bang Reno"

"Kok disini, Gattan udah sadar Li! Gak mau ketemu dia?" Tanya bang Reino kepadaku.

Ternyata Gattan sudah sadar, untung aku belum mengeceknya, kalau sampai dia lihat aku pasti dia males banget.

"Heh! Kok malah melamun..? Ini lagi istirahat atau izin?" Tanya bang Reino lagi.

"Engga kok, aku di suruh ke sini karna atasan aku lagi di rawat, ada barang yang harus dibeli dan harus minta persetujuan dia, jadi aku kesini mau minta tanda tangan dia. Aku seneng kalau Gattan sudah sadar, semoga keadaannya semakin membaik, dan aku gak akan lagi kok masuk kedalam kehidupannya, apalagi muncul di depan dia. Jadi aku melihat dia dari kejauhan aja" Ujarku.

Bang Reino bingung dengan perkataanku.

"Kirain mau ngecek Gattan, Li... apapun yang lu lakuin ini udah bener-bener baik banget menurut gua. Apalagi Gattan udah terlalu sering nyakitin lu. Seharusnya dia bisa bedain mana perempuan baik dengan buruk. Dan dia udah salah nyia-nyian lu"

"Iya bang makasih ya udah care sama aku, aku mau ke kamar pak Daniel dulu"

"Iyaaaaa Lii..."

Aku pun meninggalkan bang Reino, kamar Daniel di rawat ternyata hanya berselisih dua kamar dari kamar Gattan. Tepatnya Gattan kamar 13 dan Pak Daniel kamar 11.

Aku mengintip terlebih dahulu di kaca buram pintu kamar. Takutnya nanti malah ramai keluarganya pak Daniel.

Ternyata kamar sepi hanya ada pak Daniel yang sedang terlelap.

"Assalamualaikum?"

Pak Daniel masih tertidur, tangannya yang di infus membuatku ingat dengan tangan Gattan. Di kamar 13 ada orang yang aku cintai pun sama sedang di infus.

Aku gak mungkin membangunkan pak Daniel yang sedang beristirahat.

Lebih baik aku duduk di sofa menunggu pak Daniel bangun, kasian juga pasti pak Daniel kelelahan.

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang