39

9.5K 558 77
                                    

Aku benar-benar tidak mengerti dengan apa yang di pikirkan oleh Gattan. Aku sadari aku memang tidak lebih cantik dari Diana, namun apa yang membuat dirinya mau menerima tawaran orang tuanya untuk menikahi ku dulu, kalau ujung-ujungnya kita sama-sama terluka.

Aku belum menganggap ini selesai, aku mau Diana tahu bahwa aku dan dia sama-sama perempuan. Yang mungkin semua bisa di bicarakan dengan bahasa manusia. Sebenernya apa yang ada di dalam pikirannya sampai hati merebut Gattan dariku.

Aku mau sendiri.

Aku tak mau bertemu siapa-siapa.

Termasuk Gattan.

Aku berjalan sendirian dari kantor, dan aku mau cepat-cepat sampai rumah dan meluahkan semuanya dengan tangisan. Mungkin itu akan lebih baik untukku.

Memang sebaiknya aku melepasmu nanti, demi kebahagiaan kita berdua, karena ternyata kebersamaan yang kita jalani hanya membuat kita sama-sama terluka sekarang. Ternyata apa yang adikku dan Daffi bilang benar, Gattan hanya mempermainkanku.

Mobil melaju dengan kencangnya, suara klakson bersautan di telingaku, namun semuanya terdenger angin bagiku. Semuanya kacau, semuanya tidak bisa mengerti perasaanku.

Aku mencoba mempertahankan semuanya, melewati berulang kali cobaan yang aku terima dengan lapang dada.

Kini jalur yang ku pilih adalah jalan yang biasanya sepi seperti perumahan yang belum selesai di bangun, dan masih banyak sekali pepohonan.

Mungkin memang tidak seharusnya aku lewat sini, namun kalau lewat jalan besar aku juga tidak bisa menyebrang.

Jadi apapun resikonya aku siap. Sudah buntu jalan pikiranku ini.

Sebenernya ini lebih tepatnya uji nyali, namun aku juga tidak tahu mengapa diriku memilih untuk melewati jalan ini.

Mobil yang berlalu lalang jarang sekali, motor pun tidak ada. Lampu jalanan yang sedikit membuat suasana semakin tidak karuan. Gelap dimana-mana.

Aku berjalan santai membawa beban pikiranku ini agar larut dalam kesunyian malam di jalan ini, aku tak mau di kejar anjing karena aku berlari.

Sebuah mobil berhenti tepat di depanku berjalan, aku melihatnya dan seorang laki-laki turun yang ternyata itu adalah Vino. Masih dengan pakaian kantornya, dirinya berjalan menghampiriku.

"Ayo ikut" Vino menarik tanganku dan memaksaku masuk kedalam mobil.

"Mau kemana? Aku gak mau!" Cetusku menolak sambil mencoba mempertahankan diri agar aku tidak di bawa oleh vino.

"Kita senang-senang!" Seru Vino tepat di telingaku.

Vino dengan kencangnya memaksaku untuk ikut dengannya, sikap kasarnya sekarang jelas terlihat di mataku, sejak pertama kali melihat laki-laki bejad rasanya dia bukan mencintaiku melainkan terbawa nafsu.

"Vino! Apaan sih! Gila lu tau gak! Gue istri temen lo sendiri! Lepas Vin Lepas".

"Lily sayang! Akuu bisa bahagiakan kamu melebihi si Gattan! Sekarang kita senang-senang sampai Gattan bisa ngasih kamu sepenuhnya ke aku!".

"Nggak! Gue gak mau! Akhhhh! Gilak lu Vin!" Tiba-tiba suara vespa datang dari arah belakang, dan itu Daffi.

Daffi langsung menendang perut Vino dan menarik ku dari eratnya tangan Vino. Vino terjatuh dan menyerang Daffi dengan pukulan, hingga memar pipi Daffi.

"Fii...".

"Mundur Ly... Ini urusan laki-laki!" Cetus Daffi mencegahku untuk tidak ikut campur.

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang