13

11.1K 448 60
                                    

Setelah sujud aku selalu menyempatkan waktu untuk berdoa, Aku bersyukur karena aku diberikan mas Gattan, kenapa? Karena Gattan gak pernah main tangan sama sekali kepadaku, entah aku yang belum bisa mengenal dia atau dirinya yang terlalu menutup dirinya untukku.

Walaupun sebenarnya aku harus terluka batin menjalaninya, aku selalu berfikir inilah permulaan kisah cintaku yang tak seindah dongeng. Harus sakit hati bertubi-tubi menjalaninya.

Atau mungkin sebenarnya aku yang terlalu lemah, sehingga sifat yang begitu angkuh harus tenggelam dalam tangisanku.

Tak pernah ada yang mengira keajaiban itu akan datang kepada siapa dan kapan saja. Aku sendiri mengira ini semua adalah mimpi, mana mungkin aku menikah dengan seorang yang tidak pernah mencintaiku, tapi aku sangat menginginkannya. Dan aku bisa mendapatkannya.

Sedikit bercerita, dulu aku dan saudariku yang lain bisa bilang broken home. Sebenernya aku juga tidak mengerti apa arti broken home. Tapi setiap aku cerita ke temen-temen sekolahku, mereka selalu bilang "itu broken home Li..."

Apa itu broken home? Setelah menelusuri lebih dalam, aku paham. Meski tak bisa ku ceritakan lebih rinci.

"Kok bisa sih? Tapi lu gapapa kan?"
"Sabar ya ly.. semuanya akan berlalu"
"Berdoa aja ly, minta sama tuhan"
"Pasti ada hikmahnya kok"

Dulu aku tidak sejaya sekarang, bisa dibilang aku adalah orang sederhana. Ayahku hanya seorang supir pribadi. Mamahku hanya seorang ibu rumah tangga. Dulu gaji ayah perbulan masih satu jutaan. Ayahku KERAS.

KERAS FISIK maupun HATI.

Kakakku Neni tidak melanjutkan sekolahnya di tingkat universitas. Karena kekurangan biaya.

Mamah selalu minta kepada ayah untuk ikut bekerja membantu keuangan rumah. Memiliki anak empat yang usianya hanya berselisih satu tahun itu tidaklah mudah. Dan semuanya berjenis kelamin perempuan.

Bisa dibilang aku itu menuruni sifat keras ayah, aku sering sekali berantem sampai masuk ruang BK. Mungkin guru-guru bosan dan capek juga harus menangani kasusku. Kasus yang pada akhirnya ditutup karena tidak ada yang bertanggung jawab.

Yang pada akhirnya memberikan surat panggilan orang tua. Aku tidak berani memberikan surat ini ke mamah apalagi ayah. Karna jika sampai dia emosi benda apapun akan melayang ke tubuhku. Melayang dengan ringan tangan

"Mba, aku dapet surat panggilan mba.. aku takut mamah marah, mba aja ya yang jadi mamah boongan" pintaku ke kak Neni yang sedang merakit puzzle milik Lussy.

"Mba gak berani dek, kalo sampe ayah tau kamu berantem lagi pasti kamu dipukul pake gesper lho!"

"Makanya mba, bantuin aku! Kalo aku dimarahin mba pasti kena juga kan"

"Nanti kalo tiba-tiba ayah yang minta ngambil rapot kamu terus ngebahas ini ternyata kita ketahuan gimana ly?"

Dan semua itu benar-benar terjadi. Guruku menelepon ayah karena aku tidak memberikan surat panggilan itu untuk orang tua. Ayah datang ke sekolah dengan emosi melontarkan kata-kata kasar kepadaku saat guruku menjelaskan semuanya di ruang BK.

Mungkin aku sudah biasa, bahkan kadang kebun binatang pindah ke mulut ayah. Sepulang itu sebuah gesper di carik di punggungku. Sambil melotot meluahkan emosi kesalnya.

"Kamu itu perempuan, berantem-berantem biar apa? Kamu merasa hebat? Bisanya malu-maluin orang tua! Anj***"

Mamah selalu melindungi aku, sampai kadang mamah yang kena pukul. Bukan aku saja, lebih sering kakakku.

Kadang aku ingin pergi ingin menangis deras, ingin teriak sekencang-kencangnya. Bahkan sempat ingin bunuh diri. Aku capek, aku sedih harus merasakan ini semua. Dan lebih sedih kalau harus melihat mamah dan ayah beradu mulut, karna pada akhirnya mamah akan kena pukulan yang mamah sendiri pasti tidak bisa membela diri. Dan tidak akan selesai kalau bukan kita yang menyelesaikan. Sampai akhirnya aku pernah membenci seorang ayah hanya karena ringan tangannya. "Apa ayah yang baik mau menerima curhatan putrinya hanya ada di film? Cuma ada di story? Aku juga mau merasakannya. Aku ingin berada di pundak ayah, menangis menceritakan bagaimana hidupku yang sebenarnya tidak hanya terluka karena kasarnya seorang yang selalu aku bilang super hero. Aku juga ingin bercerita tentang sedihnya hatiku saat memulai masa remajaku"

Jika marah ayah tak pernah memandang siapa dia, kecuali Lussy. Jika Lussy yang meminta ayah untuk berhenti, maka ayah langsung memeluknya erat, menggendongnya, menciumnya

Hingga pada akhirnya berlalu, ayah adalah ayah. Bapak adalah bapak. Ibu adalah nomer satu. Jangan pernah beranggapan bahwa ayah adalah orang jahat yang hanya bisa menyakiti mamah. Karena sebenarnya kita sendiri takut untuk kehilangan sosok yang mencintai kita namun berbeda cara dia mengajarkan kita bagaimana kehidupan yang lebih buruk diluar sana.

Ayah baik, takut sekali kehilangan tapi saat ayah menghukumku aku sangat takut pukulan itu akan turun termurun kejiwaku. Yang nanti aku sendiri tak bisa mengontrol emosi ke anak aku.

Apa yang hari ini menyakitkan kita belum tentu akan menjadi musuh kita di masa depan. Ada banyak kebaikan yang kita sendiri tidak berani menggapainya. Sehingga kita beranggapan bahwa tuhan tidak adil.

Sejatinya perempuan adalah menjadi seorang ibu, yang juga membimbing anaknya menjadi baik dan lebih baik lagi. Begitu juga mamah, yang selalu membisikan banyak bumbu keharmonisan, kesabaran, dan kelembutan dalam mencintai seseorang.

"Jika dia begitu? Jangan dibalas begitu. Balaslah dengan senyuman. Karena mungkin dia hanya kehilangan kasih sayang yang menetap dalam dirinya"

"Yang mencintainya banyak? Tapi tuhan ngasih kesempatan untuk aku yang mendapatkannya"

Jangan bersedih hati, ketika kita kehilangan salah satu dari orang yang kita sayang, karena rasa sayang tuhan lebih besar daripada kita.

Dan kalau hari ini aku diberikan kesempatan untuk mencintai Gattan itu adalah hal yang sangat berharga untuk aku. Karena banyak diluar sana yang hanya bisa mencintai tanpa bisa memiliki. Meskipun kita semua sadari aku tidak lebih hanya istri rahasia.

****

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang