Sudah tiga hari aku dan Gattan saling diam. Alasanya karena aku kecewa dengan Gattan yang mabuk pada malam itu, dan aku tidak mau membuka obrolan.
Gattan pun begitu, dia juga gak mungkin mau memulai pembicaraan, karena sepertinya dia juga kecewa denganku. Aku juga tidak mau terus-terusan begini, aku harus membuka pembicaraan diantara kita berdua, mungkin lebih baik begitu.
Baik, nanti aku akan memulai pembicaraan dengan Gattan di rumah. Hanya karena masalah itu aku jadi gak fokus meeting tadi pagi, pasti nanti pak Daniel akan menegurku.
Semakin hari sikap pak Daniel semakin care menurutku, tapi yang aku pikirkan adalah sikap care yang melebihi antara bos dan karyawan. Aku merasa terlalu di prioritaskan, aku tidak mau itu karena pastinya akan membuat karyawan lain merasa iri padaku. Aku juga belum lama bekerja disini masa harus diperlakukan seperti itu.
Dari mulai hal kecil seperti bibir pucat juga di perhatikan oleh pak Daniel. Sampai-sampai mau mengajakku ke rumah sakit, padahal aku hanya lupa memakai lipstik.
Tiba-tiba orang yang ku pikirkan yaitu pak Daniel masuk ke dalam ruangan ku.
"Lily kamu kenapa tadi gak fokus?" Tanyanya lalu duduk di sofa tamu.
"Ha? Engga pak, cuma lagi banyak pikiran" Cetusku.
"Mikirin apa? Biasanya kalau perempuan lagi banyak pikiran maunya di ajak ke mall".
"Engga pak, saya bukan tipe orang yang ketika sedih minta ke mall" aku menolak, karena pastinya aku takut menambah masalah baru.
Pak Daniel tertawa lalu mengambilkan aku segelas teh hangat. Aku benar-benar tidak paham lagi dengan jalan pikiran laki-laki ini, apa alasan dia memberiku teh hangat? Sedangkan yang bosnya itu dia bukan aku.
"Daniel gak jelas" gerutuku lalu meneguk teh hangat buatan pak Daniel.
Pak Daniel menengok dan menatap ku sinis "kamu bilang apa? Gak jelas? Coba ulang" ujar Daniel memaksa.
"Engga pak, salah denger kali.."
"Oh, iya mungkin... tapi kalo ada masalah yang sekiranya butuh teman cerita bisa kok cerita ke saya" singkatnya lalu meninggalkan ruanganku.
Aku benar-benar gak asing dengan sikap pak Daniel sekarang, atau mungkin karena aku yang menghabiskan setengah hariku bersamanya di butik ini. Aku merasa perlahan-lahan bisa membiasakan diri untuk tidak memikirkan Gattan setiap waktunya.
Mungkin itu terbaik bagiku, juga Gattan. Namun aku akan menegaskan kembali kepada Gattan bagaimana perasaan dia kepadaku. Aku tidak mau menjadi istri cadangan, aku mau di prioritaskan.
Tiba-tiba Tyan masuk kedalam ruanganku, dengan nada ngos-ngosan "Di panggil pak Daniel yang tampan! Gatau dah disuruh ngapain".
"Serius Ti?"
"Eh! Gua ngos-ngosan disuruh dia manggil lo, masih mau bilang gue bercanda lagi.. buruan Ly, dia nungguin" Lantang Tyan lalu memaksaku menemui pak Daniel yang sudah berada di dalam mobil.
Aku menghampirinya dengan Tyan sambil sama-sama kebingungan apa yang mau pak Daniel perintahkan kepadaku.
"Ini pak, Aldhisya Lily Maurindu nya pak!" Seru Tyan di depan pak Daniel.
Pak Daniel tersenyum dan mengkode agar aku masuk ke dalam mobil dan mengikuti nya dan Tyan juga memaksaku.
"Mauranny bukan maurindu!"Cetusku membenarkan.
"Yee' Salah mulu gua!"
"Emang nama gua itu, bukan maurindu Ti.."
"Heleh sama aja! Mauranny kek! Maurindu kek! Mau ini mau itu sama aja. Mau mau juga!" Ledek Tyan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomansAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...