Aku memilih lari daripada harus terus menangis di depan laki-laki itu. Laki-laki yang tidak pernah ada itikad baiknya, laki-laki yang dengan tega menyia-nyikan aku demi perempuan yang bahkan statusnya adalah skretarisnya.
Untuk apa status aku yang istri sahnya kalau ternyata menjadi sekretaris bisa dijadikan prioriotas. Untuk apa sebenernya status sakralku. Aku lelah untuk terus lari dari masalah seperti ini.
Terkadang menjadi baik saja aku tidak ada harganya bagaimana aku jahat.
Gattan terus mengejarku dan meninggalkan mobilnya di depan cafe tadi. Aku tidak peduli dengan kata maafnya. Aku seperti perempuan yang tidak memiliki harga diri sekarang, benar-benar merasa rendah diriku.
Aku ingin menangis tapi bukan di pertontonkan orang yang melintas seperti ini, aku tidak mau ada orang yang tau tangisanku dan aku tidak mau orang mengira Gattan jahat. Biarkan aku saja yang tau bagaimana dia dan sikapnya. Biar aku saja.
"Ly... Aku minta maaf, plis! Ini salahku, seharusnya aku nggak nganterin Diana tadi" Katanya terus mengejarku.
Air mata ini kenapa tidak bisa menuruti perintahku, tolong jangan turun di kondisi seperti ini agar aku terlihat tegar di depan laki-laki brengsek itu.
Aku berhenti untuk menyelesaikan masalahku dengannya, yang tak lama dihampirinya dan tangannya langsung menggenggam tanganku. Sangat erat. Terlihat rasa bersalah dari wajahnya tapi aku juga merasa tersakiti sekali dengan tingkahnya barusan.
"Itu urusan kamu! Aku gak mau ngelarang kamu sama Diana! Ini salah aku! Aku yang terlalu maksa buat di cintain kamu. Padahal aku tau endingnya bakalan begini tapi aku bodoh! Aku bodoh masih aja berharap sama perasaan kamu yang sebenernya gaakan pernah ada buat aku. Sekarang kalau kamu mau sama dia aku persilahkan!" Cetusku diiringi air mata derasku.
Gattan langsung memelukku kencang, dan mencium keningku. Aku terus berusaha melepas tangannya melepas pelukannya. Dan akan berusaha bisa melepas dirinya buat Diana.
"Ly... Tolong jangan ngomong gitu... Aku gak mau mama kecewa sama aku" Cetusnya sambil membelai rambutku.
Aku benar-benar lemas, seperti biasa jika aku menangis dadaku sesak, nafaspun susah ditambah Gattan yang memelukku erat seperti ini.
Aku mendorong Gattan dan memegang dadaku yang sesak, kakiku sudah susah berdiri, aku tidak peduli jalanan, aku jongkok sambil memegang erat tangan Gattan. Karena di posisi seperti ini aku kadang bisa tiba-tiba tidak sadarkan diri.
Gattan langsung mengbopongku ke mobil, wajahnya terlihat panik melihat aku yang sudah lemas begini. tangannya terus memegang erat tanganku. Tangan satunya memegang setir dan fokus melihat jalanan.
"Sesak nafasnya?".
"Udah jangan nangis lagi, maafin aku ya Li...".
"Kita kerumah sakit ya".
"Ly... Aku gak mau kamu kenapa-napa".
"Pegang tangan aku ya".
Aku benar-benar kehilangan napas saat ini, seperti jaringan telepon yang sering hilang-hilangan bgtu sesaknya.
Gattan masih saja memegang erat tanganku sesekali mencium tanganku.
Aku ingin sekali menarik tanganku memberitahu aku menolak di manja seperti ini. Karena pasti aku bakal luluh dengan sikapnya dia. Tapi aku gak kuat buat narik tanganku. Buat melihat jalanan saja aku sudah pusing sekali.
Entah kenapa aku jadi lemah begini, tapi aku takut tuhan mengambil nyawaku saat ini, aku masih mau bahagia. Meskipun ini doa-doaku ketika sedang terluka dengan Gattan tapi aku takut karena aku masih berharap bahagia meski tidak harus bersama Gattan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomanceAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...