Pagi ini aku harus menemani Dilah kembali ke dokter karena demamnya semakin tinggi, mungkin aku harus izin dulu hari ini. Tidak mungkin aku meninggalkan Dilah di saat dirinya sedang sakit begini.
Gattan mengantarku ke dokter, aku memangku kepala Dilah yang hanya bisa rebahan di sofa mobil. Wajah letih lesunya membuatku merasa semakin tidak tega.
"Kak" panggil Dilah sambil melihatku yang sedang mengusap rambutnya
"Iyaa Dil?"
"Aku kan udah jahat sama kakak, udah kasar... Kenapa kakak masih mau baikin aku?" Tanya Dilah membuat Gattan menengok ke arah aku dan Dilah.
"Enggak kok, kamu gak jahat... Kamu cuma membela diri kamu. Mungkin selama ini kamu menganggap aku orang asing yang masuk kedalam kehidupan kamu dan mas Gattan".
Setelah sampai di rumah sakit Dillah menggenggam erat tanganku, gadis yang demam ini sangat cantik dengan rambut kuncir kuda. Wajahnya mirip sekali dengan Gattan.
Dari matanya, alisnya juga bibirnya. Postur tubuhnya juga hampir sama dengan Gattan. Namun bedanya Gattan lebih tinggi dan tinggi Dilah sama denganku.
"Kenapa Dil? Ko tegang?" Tanya Gattan melihat Dillah yang erat memegangi tanganku.
"Aku mau lebih deket sama kak Lily" Cetusnya lalu memelukku.
Tak lama beberapa saat setelah dia di periksa dokter, aku dan Dilah di ajak Gattan makan bersama di sebuah restoran kesukaan Dilah.
Jaraknya sangat dekat dengan rumah sakit, dan ini mungkin kali pertama aku makan di luar bersama suami dan adik iparku.
"Kak, aku selama ini gak pernah berbincang banyak sama kakak, aku ngerasa nyesel kak.. ternyata kakak sebaik ini, mau nyuapin aku, ngompres aku, nemenin aku ke dokter sampe kakak engga kerja, udah nolongin aku waktu Vino mabuk" Ujar Dilah sambil mengerat tanganku.
Gattan hanya tersenyum simpul kepadaku.
"Iya, gak mungkin kan aku diemin orang yang lagi sakit" jawabku datar.
"Aku mau ke kantor" Cetus Gattan lalu membayar semua makanan.
"Lah ko ke kantor? Kenapa ga libur aja sehari, kan mumpung kakak libur. Kalau bukan sekarang mau kapan lagi?" Cetus Dilah dengan nada melarang.
"Kapan lagi apanya? Hari sabtu-minggu kan bisa, banyak kerjaan di kantor" Ketus Gattan lalu meninggalkan cafe.
Gattan meninggalkan kita di meja cafe, memang sebenarnya apa yang membuat kantor lebih penting dari pada keluarga sedangkan hari itu dirinya asik berbelanja dengan Diana di mall. Apa mungkin ini ada hubungannya dengan Diana.
"Gattan kenapa sih aneh banget, sok sibuk! Kantor lebih penting dari pada adik dan istrinya!" Cetus Dilah kesal
Aku senang sekarang Dillah menganggap aku ini istri Gattan, daripada kemarin-marin dia hanya pikir aku orang jahat yang merebut Gattan dari masa lalunya.
Aku mengangguk sambil memegangi tangan Dilah yang sepertinya kesal dengan Gattan.
"Kita pulang naik apa?" Tanya Dilah dengan wajah pucatnya.
"Naik ojek mobil aja Dil... Pulang yuk, istirahat"
"Kak, aku mau bantu kakak biar si abang punya rasa lebih sama kakak..."
"Makasih ya Dil..."
"Sama-sama kakak sayang" Cetus Dillah sambil memeluk erat tubuhku.
****
Pagi ini aku melihat senyum ceria seorang Dilah. Senyumnya mengarah ke arahku sambil bertatap juga kepada Gattan yang sepertinya sedang banyak pikiran.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomanceAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...