Setelah menutup toko aku diajak Daffi membeli kado untuk Dania. Sebenarnya aku tidak mau datang menjumpai teman-teman lamaku dengan mata sembab ini, dengan hati sedih ini. Namun aku juga mau melihat bagaimana Gattan memberi hadiahnya kepada Dania.
Aku memasuki mall dan mengikuti kemana Daffi akan mengajakku membelikan kado. Memakai kaca mata hitam saran Daffi supaya mataku tidak dipertontonkan banyak orang. Kita jalan layaknya seorang teman Daffi jalan sendiri dan aku hanya membuntutinya.
"Eh iya by the way kayanya gua gak pernah liat lu bawa hape? Mana hape lu?" Tanya Daffi sambil mengarahi jalanku.
Aku terdiam karena pengunjung mall kali ini benar-benar padat, aku tak mau menabrak orang-orang di mall ini.
"Aku gak punya hape.." singkatku.
Karena terlalu padatnya pengunjung mall, Daffi mengkode agar aku menggandeng tangannya, namun aku tidak mau dan aku menarik kemejanya saja tak sampai bersentuhan dengan kulit nya.
"Lu kenapasih? Kayaknya jijik banget sama gua?" Tanya Daffi lagi.
"Kemaren Gattan gandengan?".
"Iya".
"Yaudah, aku tak mau seperti Gattan. Aku bukan type perempuan yg suka berlenjehan ke laki-laki" jawabku tak berani menatap Daffi.
Daffi mengernyit heran "dia aja udah berlaku begitu sama kamu".
Aku memukul pundak Daffi, tidak terlalu keras tapi cukup mengagetkan Daffi. "Kenapasi Lily?".
Aku menunduk dan mendorong Daffi supaya kembali jalan. Dan aku membuntutinya.
Selang waktu, siang berganti malam. Aku tidak mendapati Gattan pulang kerumah, untung begitu aku bisa dijemput pergi oleh Daffi, aku bersiap dan bersolek di depan kaca riasku mengenakan dress berwarna biru dongker berbahan satin. Untuk body yang tidak terlalu tinggi sepertiku aku mengenakan heels berwarna coklat.
Aku tidak bisa dandan, lagian aku tak mau terlihat cantik di depan banyak orang. Aku hanya mau terlihat cantik di depan suamiku sendiri.
Pukul 19.20 Daffi sudah stand by di depan rumah tetanggaku, bukan di depan rumahku. Karena bahaya jika Dilah tau aku pergi dengan orang lain.
Setelah aku menghampiri laki-laki yang terus menemaniku seharian itu, dirinya memandangku heran, sambil terus memujiku. Rambut yang sudah susah payah aku keritingkan aku ikat jadi satu supaya tidak kusut. Kali ini aku di jemput naik mobil Daffi, karena dirinya tahu aku memakai dress dan akan sulit menggunakan motor vespanya.
"Kamu itu kalo ga dandan manis, tapi kalo dandan masyaallah cantiknya" puji Daffi terus menerus. Membuatku gugup dan terus mengelak pujiannya.
"Kenapa gak naik vespa?" Tanyaku mengalihkan pujiannya.
Daffi menyetir dengan tatapan yang sebentar-sebentar menengok ke arahku. Daffi memang laki-laki yang penyayang dan bertanggung jawab dia bukan orang yang dingin seperti Gattan. Bukan berarti aku memuji Daffi dan menjelekan suamiku sendiri. Aku hanya ingin memberitahu bagaimana sifat asli laki-laki yang ingin menjagaku penuh ini.
"Kalau naik motor pasti kamu susah duduknya, dan nanti rambut kamu kusut kaya layangan, aku kan pengertian cantik ku..." celetuk Daffi sambil tertawa menatapku yang sedari tadi fokus menatap jalanan.
Dari nada bicara Daffi memang selengean tapi sebenernya hatinya baik sekali.
"Nanti jalannya jauhan ya, jangan terlalu dekat banget. Soalnya takut Gattan berfikiran negatif" pintaku sambil memikirkan apa yang akan terjadi jika Gattan benar-benar melihatku berangkat bersama Daffi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomanceAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...