Sudah dua hari aku tidak bertemu Dilah alasannya karena sekarang aku malas melihat wajahnya yang tidak pernah menyukaiku. Jika baikku tidak di hargai maka aku memilih untuk tidak peduli sekalipun, meskipun itu sangat sulit aku lakukan.
Bersikap acuh bukan keahlian ku, dia adik iparku mana mungkin aku bisa tidak memperdulikannya. Tapi apapun alasannya semua itu sudah menjadi tekadku. Lagian juga selama ini aku terlalu nurut dengannya sehingga dirinya bersikap semena-mena denganku. Begitu juga dengan Gattan.
"Kamu kayanya minggu-minggu ini sibuk banget Ly? Ada apaan di kantor?" Tanya Gattan lalu meneguk segelas kopi.
Aku masih fokus kepada laptopku dan bahkan sampai tidak mendengar pertanyaan dari Gattan.
"Ly?" Panggilnya lagi lalu melihatku yang sedari tadi sedang menyalin buku.
Aku menengok dan ternyata Gattan sedang memperhatikanku, "kenapa mas?" Tanyaku lagi.
"Kamu lagi ngapain?".
"Aku dikasih buku sama bos, dan disuruh nyalin ke laptop terus kirim lewat email. Ribet banget kan dia mas" Gumamku lalu kembali mengetik.
Gattan lalu melepas pandangannya terhadap ku. "Bos nya ada masalah apa sama kamu? Sampe di bikin ribet kaya begini? Gak masuk akal sama bagian kamu Ly" cetus Gattan dengan nada datar.
Masalahnya kemaren, gara-gara mau mata-matain kamu! Dasar Gattan ngeselin! Kataku dalam hati.
"Coba sini liat hape kamu" pinta Gattan lalu mengambil paksa handphone ku yang tergeletak di atas buku.
Ketika Gattan meraih handphone, tanganku dengan sigap mengambilnya lagi, aku lupa menghapus chatting dengan Daffi.
Nanti yang ada malah Gattan yang menuduh aku yang selingkuh, karena setelah beberapa orang meyakini ku bahwa Gattan memang main belakang bersama orang lain. Kini rasanya mau tidak mau pernyataan bahwa Gattan selingkuh itu sudah tidak asing di hatiku. Dan aku gak mau Gattan malah memutar balikkan fakta, menuduh aku yang selingkuh untuk membela dirinya.
"Kenapa? Kamu membunyikan sesuatu? Hah?" Gattan mulai kesal dan sudah kembali ke raut wajahnya yang bete.
Aku tersenyum "kamu boleh liat hape aku, asal aku juga boleh liat hape kamu. Kita tukeran biar adil".
Gattan terdiam lalu mengganti channel TV. Aku melanjutkan mengetik. Aku tahu Gattan tidak akan menggubris omonganku yang mendesak dia.
"kan sekarang kita sama-sama kerja. Kalo misalnya kamu cuma chatting sama orang kantor itu wajar tapi kalo sama orang lain dan sampai mesra-mesraan itu di luar batas wajar. Sekarang kita barter, aku liat hape kamu dan kamu liat hape aku, sini hape kamu" Cetusku.
Aku sebenarnya tidak serius memberikan handphoneku dan mengecek handphone Gattan, karena konsekuensinya aku akan sakit hati pastinya. Dan Gattan juga gak akan memberikan aku melihat isi handphonenya.
"Kenapa jadi tukeran, aku yang mau liat handphone kamu".
"Ya sudah, gak adil dong kamu tau tentang handphone aku masa aku gak tahu tentang handphone kamu".
"Kamu itu kenapa sih Ly? Orang cuma liat doang aja sampai berbelit begini! Kamu ngumpetin sesuatu? Sekarang kamu beda gak kaya kamu yang nurut sama aku, dan itu pasti karena kamu KERJA!".
Lalu Gattan meninggalkanku dan masuk ke kamar. Dia mematikan lampu ruang keluarga, yang disitu masih ada aku sedang menyalin buku. Dari raut wajah Gattan memang menyebalkan, seperti orang ngambek.
"Mas... Ini tuh gak ada hubungannya sama kerjaan aku! Semua jelas karena perlakuan kamu ke aku. Kenapa sih pake di matiin segala lampunya aku kan lagi kerja" seruku lalu menyalakan lagi lampunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/144280645-288-k719319.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomanceAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...