7

14.1K 603 50
                                    

Aku masih dalam keadaan yang sama, berdiam dan hanya bisa mengeluh. Lalu aku bisa apa selain menangis dan memikirkan kedepannya, aku dalam keadaan yang benar-benar bodoh, apa yang bakal terjadi kalau sampai mamahku tau' kalau Gattan lebih mencintai wanita lain dibanding anaknya, aku paham rasa cinta tidak bisa di paksa, seenggaknya hargailah perjuanganku berusaha membuatnya ada rasa untukku.

Aku mengambil sebuah kertas putih di lemari baju ku. Kertas yang ku simpan untuk jaga-jaga barangkali aku sedih dan butuh menyendiri. Tapi apa daya saat ini tiada yang mengerti kecuali selembar kertas dan pena hitam.

Tapi mana bisa berfikir bila Gattan terus memanggil-manggil namaku.

"Ly... aku berangkat kerja dulu, nanti kita omongin ini baik-baik nanti malam ya sayang"serunya setelah hening beberapa menit.

Mungkin ini ketiga kalinya dia panggil aku dengan panggilan sayang, ah! tapi apaansih masa kayak gini aja aku itung. Kok bisa-bisanya dia ninggalin aku dengan keadaan marah, yang ku takutkan dia bertemu Diana dan Diana bisa-bisa menceritakan hal yang membuat Gattan tidak menyukaiku. Ah...aku bingung!.

Beberapa menit kemudian aku hanya bisa terus memandangi foto-foto kenangan masa lalu yang Gattan sendiri belum tau kalau aku masih menyimpan foto bersama mantan pacarku dulu. Ini pure hanya menyimpan kenangan bukan ada maksud membuatnya cemburu, kalau ada pun aku senang dia cemburu, berarti dia punya rasa takut kehilanganku juga.

"Ly, aku berangkat" Suaranya di selingi suara hentakan sepatu.

Aku menaruh semua foto yang barusan ku pandangi satu-persatu semuanya membuat ku tak bisa lepas akan masa lalu yang membuat aku bangga dengan kenakalanku.
Aku takut dia hanya memancing supaya aku keluar kamar, jadi lebih baik aku mengintip. Satu langkahku keluar dari pintu, mengendap di belakang guci mawar yang besar. lalu aku mengambil langkah yang sangat bagus, mengumpat di pinggiran keranjang baju kotor, langkahku semoga tidak terdengar olehnya, aku pun tak lekas dari situ aku mengambil beberapa langkah untuk menghampiri pintu utama. Sebenernya sih rumit, tapi aku gengsi juga kalau ketahuan, yaudahlah lebih baik aku ke garasi untuk mengintip sedikit apa masih ada atau tidak mobilnya.

Terlihat hanya tersisa 2 mobil, berarti dia memang benar-benar sudah meninggalkan rumah. Kesempatan ini yang ku tunggu-tunggu sedari tadi agar aku bisa mandi, chatingan sama temen dan beranjak melupakan semuanya.

Aku bukan orang yang mau tenggelam lama-lama dalam keterpurukan, tapi mana ada wanita yang merasa biasa saat orang yang di cinta ingin di rebut oleh orang lain?. Begitu juga dengan aku, yang saat ini benar-benar mencintai Gattan tanpa pernah istirahat sedikitpun.

Rasanya jenuh kalau aku tidak mencari tempat-tempat untuk menyendiri, aku ingin teriak sekencang-kencangnya, meneteskan air mata sebanyak-banyaknya, memberi peluang hatiku untuk beristirahat dan tenang menerima semuanya. Aku mandi dan memakai dress biru laut dan tak lupa membawa diary favoriteku, yang isinya tak lain cerita kesedihanku.

Biarpun aku di izinkan mengendarai mobil Gattan, hanya saja niatan untuk menyetir sendiri tidak pernah terbesit di fikiranku, kecuali mendadak dan sangat penting.

setelah sampai di pantai yang jaraknya lumayan jauh, tapi aku tidak akan pernah menyesal kesini, karena yang ku cari bukan lagi berfoto selfie di indahnya pantai maupun mengambil sunset di pantai. Tapi bagaimana aku menghargai alam yang memang diciptakan tuhan, sungguh indah dan membuatku sangat terkesan.

Tempat favoriteku di pantai adalah pojok pantai, melewati bebatuan-bebatuan yang cukup besar, namun keindahannya tidak kalah dengan batu-batu kerikil jalanan. Aku menenteng-nenteng buku yang tak bisa lepas sedikitpun dari tetesan air mataku yang rasanya asin.

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang