Seminggu berlalu Gattan akan tetap menjadi Gattan. Tidak peduli dengan masalahnya denganku, meskipun berulang kali aku merasa tersakiti tapi Gattan berfikir aku baik-baik saja. Sekuat-kuatnya hati, jika terlalu biasa disakiti akan rapuh juga.
Jangan pernah menyepelekan apa yang terjadi dengan perasaan seseorang, karena dari situlah sebuah sikap bisa berubah. Aku lelah menjadi perempuan yang terlalu perduli dengannya, sudah berulang kali dan tidak ada harganya di matanya.
Baginya baiknya aku adalah memang sudah seharusnya terjadi, karena aku istrinya yang harus patuh dalam berbagai situasi.Oke, kembali lagi ke situasi! Sekarang keadaannya aku terluka. Luka ini berulang kali aku pendam, namun tidak akan pernah bisa redam. Ingin aku luahkan kepada Gattan. Karena bagaimanapun luka ini harus berlalu. Tidak boleh menjadi beban fikiranku.
Dan yang paling menonjol di hubungan pernikahan kita adalah, tidak adanya rasa cinta dalam diri Gattan untuk seorang Aldhisa Lily.
Apa yang bisa dilakukan olehku? Selain menatapi lukisan orang berkebun yang di pajang rapi di ruang tamu, setelah dilihat-lihat kenapa gak ada satu pun pigura foto bersama aku dan Gattan. Tidak ada satupun foto yang mengekspresikan kita berdua.
Aku menghampiri Gattan yang sedang duduk di teras balkon kamarku dengannya. Secangkir kopi hangat sudah kuseduhkan untukknya, ditemani ponsel yang tidak pernah lepas dari tangannya.
"Mas,.."
"Mas,.."
Gattan menoleh ke arahku tanpa senyuman manis sedikit pun. Padahal yang memanggilnya adalah istrinya yang akan selalu mencintai dan menemaninya dalam kondisi apapun.
"Mas, pengen deh rumah kita ada bingkai yang di dalamnya ada kita berdua!" Pintaku dengan nada menyarankan.
Gattan menggeleng tidak mau tau. Tanpa senyuman sedikitpun, dirinya lebih memilih kembali menatap ponselnya daripada menggubris saran dariku.
"Mas, foto dong di hape kamu! Kayanya kamu nggak pernah deh ngunggah foto aku" pintaku lagi.
Gattan menggeleng lagi, lalu tertawa setelah melihat pesan masuk di ponselnya. Nada pesan itu sering sekali terdengar setiap menitnya.
Gattan sangat cuek dan tidak mau mendengar bahkan setiap kata yang terucap di bibirku. Senyumnya melejit melihat ponselnya lalu saat membalikan raut wajahnya bibirnya sama sekali tidak memberiku notifikasi.
"Mas... Ayolah!" Pintaku memaksa.
"Lii! Bisa diem ga." Ketusnya.
"Kenapa sih kamu se ketus itu sama aku? Kamu malu ngakuin aku? Malu posting foto aku? Ya aku akuin aku gak cantik tapi kan".
"Tapi apa?".
"Tapi yaudahlah kalo kamu gak mau pun aku gak bisa maksa".
****Pagi ini aku tidak tahu mengapa Gattan berburu-buru sekali ingin pergi ke kantor. Tapi dari berita yang kubaca semalam di notifikasi handphonenya, Gattan ada dinas ke luar kota.
Mungkin karena itu Gattan berburu-buru pagi ini. Sarapan yang kubuat sudah pasti tidak akan dimakan olehnya, hanya dicicipi sedikit saja lalu pergi meninggalkan rumah. Aku tak mau banyak bicara lagi, karena celotahanku bisa merubah moodnya Gattan yang sedang baik pagi ini.
Karena tadi pagi dirinya tersenyum mencubit pipiku, singkatnya karena aku habis memarahi kucing peliharaan Dilah yang barusan dipindahkan oleh Dilah kerumah ini. Mungkin Gattan gemas dengan tingkah konyolku, dan mencubit pipiku.
![](https://img.wattpad.com/cover/144280645-288-k719319.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomanceAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...