Modus

14.1K 567 43
                                    

Aku sengaja tidak keluar dari ruang rias karena aku tidak mau menemui Gattan, aku mau Gattan pulang saja dari pada nanti aku harus bertatapan dan berbicara padanya. Karena aku ini rapuh bicara sedikit saja padanya aku akan menangis.

Selang waktu aku menunggu sampai fashion show pun kelar. Aku berharap di luar sudah tidak ada Gattan apalagi dia paling tidak suka menunggu.

Pak Daniel menghampiriku, dengan senyuman di bibirnya duduk di kursi berhadapan denganku.

"Gak sia-sia kamu hebat, saya salut sama kamu... terimakasih ya Lii.. sudah mau berjuang demi butik saya, kamu hebat bisa berjuang disaat banyak sekali masalah melanda hidup kamu. Tapi inilah titik di mana apa yang kamu tanam" ujar pak Daniel.

"Hadeuhh! Pak kalau mau berterima kasih ya jangan panjang-panjang. Singkat kata saya ngerti kok. Makasih juga pak Daniel udah baik banget sama saya".

"Biar ada basa-basinya Lii... biar bisa ngobrol banyak sama kamu" cetus pak Daniel sambil curi-curi pandang wajahku.

Aku tidak mengerti apa yang pak Daniel katakan yang jelas aku bingung mengapa pak Daniel bisa bicara seperti ini kepadaku.

"Lii... di depan ada yang nungguin kamu. Ganteng Lii!" Seru Crew yang sudah akrab denganku.

"Ha?"

Pasti mas Gattan, batinku.

"Yaudah biarin aja aku tidak mau menemui dia" ujarku.

"Kenapa Li? Bukankah kamu sama dia masih suami istri?" Tanya pak Daniel.

"Memang, tapi aku mau membiasakan diriku tanpa tau kabarnya, dan gak mau liat mukanya"

Maaf ya mas... aku melakukan ini karena aku tidak mau kamu memaksakan diri kamu untuk mencintaiku lagi.

Lussy meneleponku.

"Buruan gue tunggu di depan nih, pulang bareng kan! Apa lu masih ada kerjaan?" Tanya Lussy kepadaku.

"Iyaa. Bentar, tungguin!"

"Li? Boleh kalau saya aja yang antar kamu pulang?" Tanya pak Daniel dengan wajah melasnya.

Di luar pasti masih ada Gattan dia kan keras kepala, dia pasti masih menunggu aku sampai dapat jawaban dari aku. Apa sebaiknya aku pulang sama pak Daniel supaya Gattan berhenti menungguku. Lagian dia mau menjelaskan apa lagi, semua jelas sudah aku tidak pantas untuknya.

"Boleh pak"

"Tapi saya gak enak sama suami kamu?"

"Iya sama, saya juga gak enak sama dia. Tapi kan dia seenaknya sama saya"

"Saya gimana Li? Saya bingung"

"Yaudah lah pak pulang masing-masing saja"

Pak Daniel masih berfikir, bingung. Tapi terlukis jelas di wajahnya dia mau mengantarku pulang.

Aku keluar dari ruang rias, sekitar pukul 11 malam, aku mengajak Dian untuk pulang larut malam bersamaku agar aku bisa menghindari Gattan.

Ternyata Gattan ada di depan, dirinya menutup wajahnya dengan tangan sesekali, melawan ngantuknya dan masih disini menungguku.

Kalau aku pulang bersama pak Daniel pasti Gattaan akan mengira aku memiliki hubungan lebih dengannya padahal ada yang ingin aku bicarakan dengan pak Daniel tentang kerjaan.

Gattan melihatku keluar dari ruang ris, dan langsung mengejarku yang sengaja menghindarinya.

"Li?" Aku menabrak bang Reino.

"Lii plis jangan menghindar gini" ujar Gattan setelah mengejarku.

Aku terdiam bang Reino terus menatap aku yang bermimik cuek terhadap Gattan.

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang