24

10.4K 469 104
                                    

"kamu fikir pergi dari rumah adalah cara menyelesaikan masalah? Justru kamu malah kabur dari masalah!!" Ketus Gattan sambil terus menatapku yang tak henti-henti menangis.

Aku tetap kekeh membereskan pakaianku ke koper. Berantakan biarkan saja, yang penting aku sudah menunjukan bahwa aku bukan hanya bisa menangis, tapi aku bisa meninggalkannya.

"Akuu lari dari masalah? Aku capek mas... Aku tidak pernah tahu seberapa besar perasaan kamu ke aku. Aku tidak tahu itu. Aku cuma mauu tolong belajar mencintai aku, hargai perasaan akuu.." kataku sambil menunjuk hatiku bahwa aku sangat terluka. Dan tidak bisa menahan sakit lagi.

Gattan mencoba mengalihkan tanganku dengan cara menggenggam erat tanganku yang terus menerus mengelak. Aku tidak mau kalah hanya dengan sikapnya akan terus berubah ubah. "Aku akan belajar mencintai kamu. Kasih aku waktu, aku gak bisa mencintai seseorang secepat ini" cetus Gattan.

Dillah mengintip di belakang pintu, menyaksikan aku yang keras kepala ingin pergi meninggalkan abangnya itu. Dan Gattan yang terus berusaha agar aku tidak meninggalkan rumah.

"Gimana kamu bisa mencintai aku kalau kamu sendiri, memperjuangkan orang lain!".

"Orang lain siapa?".

"Kenapa tanya aku, aku gak kenal" jawabku semakin ngawur.

Aku tidak bisa mengungkapkan ini, ini terlalu sulit apalagi kondisi aku yang semakin lemas kedinginan.

"Aku tau aku salah. Aku minta maaf, tapi aku juga sedang belajar mencintai kamu lii.. kasih aku waktu lagi, aku juga lagi berusaha buat cinta sama kamu!"Pintanya sambil memelukku dari belakang.

"Apa? Apa usaha kamu? Selama ini kamu cuekin aku, dingin ke aku, bahkan kamu marahin aku terus. Kalo kamu emang gak bisa cinta sama aku! Kamu ngomong ke aku!"

Aku merasa hangat ketika sudah berada di pelukannya, tangisanku mulai reda ketika sudah bersamanya. Apapun kata-kata manis yang keluar dari bibirnya benar-benar membuatku luluh, seperti sudah di jatuhkan ke dasar jurang lalu diangkat kembali menjadi pemilik semesta.

"Udah ya... Jangan ngambek lagi... Aku minta maaf, tolong mengerti karena keadaannya aku juga lagi belajar mencintai kamu" katanya dengan nada merayu.

Tuhan! Aku benar-benar luluh. Aku gak kuat. Aku mau dipeluknya mau di cium keningnya. Meski ini terdengar bodoh, aku barusan di kecewakan oleh lelaki yang memelukku ini. Tapi hanya dengan rayuan kecil saja aku terlena.

"Gimana kamu bisa belajar mencintai aku? Kalau kamu sendiri terus-terusan lari dan mencari kebahagiaan kamu sendiri. Bukan kebahagiaan bersama" cetusku terus mengotot.

Aku berbicara apa yang ada di otakku. Meski tidak singkron tapi aku berharap Gattan mengerti maksudnya.

"Yaudah yaudah, maafin aku yaa Li.. maafin aku lupa sama hari ulang tahun kamu" katanya begitu lembut. Yang sebenernya aku juga tidak tahu menau tentang asal kata itu. Entah tulus dari hati apakah hanya rayuan semata.

Aku pun terdiam, tubuhku kini benar-benar dingin. Aku tidak tahu apakah aku harus tetap pergi atau aku memaafkan laki-laki yang sudah menduakanku.

Gattan bangun untuk bersandar di depanku iya untuk menatap mataku yang banjir dengan air mata, bibirku yang mewek, dan pipiku yang merah karena menangis. Gattan memang laki-laki yang mudah sekali membuatku luluh. Dan aku adalah wanita bodohnya yang dengan gampang terlena.

"Selamat ulang tahun istriku... Maafin atas kesalahan aku hari ini ya Li.. aku tahu kamu sangat kecewa, tapi aku juga tahu kamu gak bisa marah lama-lama sama aku".

Ah apasi ini! Aku bingung aku harus bagaimana. Aku senang, aku kecewa, aku juga sedih, aku kesal, aku marah. Tapi bagaimana perasaanku campur aduk begini. Aku bahagia Gattan mengucapkan kata-kata ini. Meskipun sebenarnya udah berganti hari. Iya, sekarang pukul 00:16.

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang