32

8.9K 515 85
                                    

Setelah mendapat izin dari Gattan aku pun melamar pekerjaan yang jaraknya tidak jauh dari kantor Gattan, memang terlalu nekat sepertinya karena aku juga masih ingin tahu bagaimana Gattan dibelakang aku. Tepatnya bukan kantor besar seperti Gattan, tapi aku bekerja di butik yang sangat laris pengunjung. Butik tempat aku bekerja ini langganannya orang-orang berkelas, begitupun harga bajunya yang tidak main-main mahalnya.

Alasan aku masuk ke butik ini karena aku suka melihat baju-baju rancangan yang tersusun rapih. Dengan jahitan rapih dan mewah.
Dan yang ku dengar dari teman kampusku sering kali butik ini mengadakan fashion show yang mengundang beberapa orang berkelas atas sebagai tamunya.

Pagi ini di meja makan rumahku, aku yang keteteran menyiapkan sarapan untuk kita bertiga. Jujur ini sangat berat sebenarnya karena hari pertamaku bekerja dan aku tidak mau terlambat satu detik pun.

"Mas... Aku siapkan ya dasi sama sepatunya. Kamu makan aja" kataku sambil berjalan ke kamar mengambil dasi Gattan.

"Sama jas abu-abu Ly!".

Aku meletakkannya di atas kasur lengkap dengan semua lemburan dia semalam. Aku memang tidak pernah tahu apa saja yang menjadi kesukaannya, tapi aku tahu aku harus menjadi seperti apa sekarang, perempuan yang tidak terlalu banyak bertingkah dan tidak mudah terlena.

Mungkin harus seperti, Gattan bukanlah laki-laki yang harus aku paksa untuk mencintai ku selalu. Karena bagaimanapun cinta itu bukan paksaan. Dan aku berhenti untuk memaksanya untuk mencintaiku. Meskipun sangat berat melepas nya.

"Kamu kerja dimana?" Tanya Gattan melihat aku yang keteteran menyiapkan bekal pesanan Dilah kepadaku.

Iya, tumben sekali semalam Dilah meminta aku menyiapkan bekal pagi hari untuknya.

Dan Gattan tidak akan aku beritahu dimana tempat kerja aku. Karena aku juga sekaligus menjadi mata-mata Gattan. Aku ingin tahu dia makan siang dengan siapa, pulang dengan siapa dan siapa perempuan yang dimaksud Lussy.

"Aku kerja di kantor" singkatku lalu menyuap nasi dingin yang dari tadi aku tinggal-tinggal.

"Kantor mana?".

"Kepo banget bang, udah lah biarin aja dia mau kerja dimana. Kayanya peduli banget lu sekarang" ketus Dilah.

Setelah Gattan selesai makan, biasanya Gattan bermain handphone atau menyiapkan dokumen yang semalam dia kerjakan. Namun pagi ini dirinya diam dan merenung. Entah apa yang dia pikirkan.

"Ayo bareng" ajak Gattan melihatku yang sudah rapih dengan kemeja dan rok hitam pendekku. Layaknya seorang sekretaris dengan make up sederhana.

Lily benar-benar beda, kalau di lihat-lihat dia cantik juga, namun dirinya terlalu sederhana dibandingkan Diana. Mengapa sulit sekali menerima kenyataan bahwa Lily itu istriku, dan lebih memilih perempuan lain yang belum pernah mengetahui sisi burukku. Batin Gattan.

"Engga mas, aku udah pesen ojek online. Lagian kantor kita lawan arah, nanti yang ada kamu terlambat kalau nganter aku dulu" Kataku dengan nada menolak.

"Abang anter gua aja! Gua hari ini buru-buru banget mau bikin skripsi! Ayo bang jalan sekarang!" Pinta Dilah memaksa Gattan.

Tatapan mata Gattan seperti ingin mengajakku namun mendengar penolakan dariku, dirinya seperti merasa tidak terima harus mengantar Dilah.

"Iya mas, kamu antar Dilah aja. Lagian aku gak tega kalau harus cancel ojek onlinenya. Hati-hati mas" kataku lalu bersaliman dengan Gattan.

"Kamu hati-hati, kalau ada apa-apa kabarin aku" pesan Gattan lalu mencium keningku.

"Iya mas, kamu juga ya... kalau ada apa-apa kabarin aku".

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang