45

11.4K 650 77
                                    

Aku meninggalkan rumah Gattan, Dilah mengira aku ingin pergi ke toilet seperti biasanya menangis di sana.

Aku berjalan ke luar komplek dan memberhentikan taksi, beberapa dari orang yang melihatku heran mengapa aku menangis.

Aku mengambil handphone ku lalu menelepon adikku.

Memanggil "Aca" namun tidak ada jawaban sama sekali. Aku berusaha lagi menelepon Lussy.

Beberapa saat baru terangkat oleh Lussy yang akhir akhir ini sering menginap di rumah Aca.

"Kenapa kak?"

"Gue mau kesitu, lu di rumah kan? Di rumah lu ada siapa?" Cetusku sambil menangis.

"Sendiri, tadi ada Naufal cuma baru pulang, kenapa nangis Li? Coba cerita"

"Luss nanti gue cerita, tapi sekarang gue mau kesana dulu. Ntar bayarin taksi ya, kalo gue gajian gue ganti pliss"

"Iya gampang"

Selang beberapa menit aku sampai di rumah Aca, rumah yang sudah di belikan oleh Naufal untuk nanti ketika mereka berdua sudah menikah.

Aca beruntung Naufal adalah laki-laki yang sangat bertanggung jawab. Masalah uang bukanlah menjadi panutan baginya, bahkan membelikan rumah untuk Aca yang belum sah menjadi istrinya saja dia mau.

Tapi mungkin setiap orang memiliki hal dan prinsip yang berbeda-beda. Dan seperti aku yang harus meluruskan niatku agar semuanya jelas, jika memang selama ini perpisahan yang Gattan mau maka aku akan menurutinya. Karna kebahagiaan dia jugalah kebahagiaan ku meski aku tidak punya alasan untuk ikut bahagia jika dia bersama orang lain.

Sebenarnya kalau ada orang bilang kebahagiaan dia adalah kebahagiaan ku meskipun dia bersama orang lain. Itu adalah pernyataan yang sangat bohong, bahagia itu disaat aku dan dia bisa bersama bukan di saat dia bersama orang lain menyatu di atas kesedihan aku.

Semua itu hanya ucapan penenang.

Setelah sampai dirumah Aca, Lussy membayarkan taksi yang barusan aku tumpangi dan Aca merangkulku mengajakku ke dalam rumaahnya.

"Liii... Kenapa kok nangis, sumpah mata lu bengkak banget asli. Eh tapi lu berubah! Lu cantik anjir sekarang.." Seru Aca sambil menatapku dari atas sampai bawah.

"Gue ngebongkar semua yang gue tau atas kelakuan Gattan di belakang gue... Gua takut Caa... Takut kehilangan apa yang selama ini gue perjuangain, lu tau sendiri gua suka sama dia dari kelas satu smp. Sampe sekarang gue gak pernah merasa berkurang rasa cintanya buat dia.." jawabku sambil menangis.

"Gini lho... Lu cinta sama Gattan! Lu sayang sama dia! Boleh kok lu tergila-gila sama dia. Gak ada yang ngelarang, tapi ingat hati dan tujuan hidupnya mungkin bukan buat lu. Banyak kok cowok di luar sana yang lebih-lebih baik, mapan, bahkan jauh dari kata berani selingkuh. Ya' emang sih buat mengenal orang baru itu sulit sekali. Tapi jangan paksakan hati Gattan terus... Jangan takut sendiri Li... Jangan dengerin orang yang bakal bilang lu emang gak pantes buat dapetin Gattan makanya lu sampe kehilangan dia, JANGAN!. Orang di luar sana mungkin hanya bisa mencaci tapi mereka nggak pernah ngerasain berada di posisi lu. Merasakan bagaimana manis pahitnya menjadi istri Gattan, jangan merasa gagal menjadi istrinya, karena mungkin orang yang bilang lu gagal itu belum tentu kuat berada di posisi lu"

"Tapi... Gua mau nunjukin bahwa Diana bukan perempuan baik-baik Caa!"

"Gak perlu Li.. Gattan memilih Diana, dia harus menanggung konsekuensinya. Kaya lu aja memilih Gattan, lu tanggung sendirikan gimana buruk baiknya Gattan"

"Gue emang akan kehilangan Gattan, tapi gua gamau liat Gattan sama orang lain yang pastinya akan nyakitin hati Gattan"

"Pala batu banget asli kakak gue. Yaudah deh nanti gua bantuin ngasi tau si abang Gattan gimana aslinya si Di..Di siapa itu?"

Aku Patung BagimuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang