Setelah turun dari taksi aku langsung bergegas masuk kedalam rumah, aku memang selalu terburu-buru apalagi soal Gattan. Aku memang terlalu menjaga perasaanya walaupun sebaliknya, dia selalu mengecewakanku. Tapi itu semua tidak membuatku lelah ataupun berhenti memperjuangkan cintanya. Justru menjadi alasan aku ingin terus berjuang hidup bersamanya.
"Assalamualaikum mas,.." Sapaku menghampiri Gattan yang sedang duduk santai di pinggiran kolam renang.
"Wa'alaikumsalam" Jawabnya tanpa menolehkan matanya ke arahku.
"Mas, kenapa nyuruh pulang cepet? kangen yaa?? hehe-" Kataku terlalu ge-er, sambil tertawa kecil mengubah suasana sunyi antara aku dan dia.
Matanya melinguk sedikit, menatapku sebentar lalu mengembalikan matanya kembali ke handphonenya.
"Apaansi?" Cetusnya lalu pergi meninggalkanku, dengan wajah sangat cuek dan dingin.
Entah kenapa dia begitu sensitif denganku, tanpa senyuman sedikit di bibirnya untukku. Padahal yang aku lakukan adalah memberi rasa supaya rumah tanggaku ini tidaklah hambar. Menangis hati ini, walaupun hanya di cuekin. Namun ini adalah perjuanganku, supaya di antara kita bisa saling bersama menaruh hati.
Aku meletakkan tubuhku di kursi rotan, sambil mengambil nafas panjang-panjang. Melihat Gattan sedang asyik dengan handphonenya jujur aku merasa sangat cemburu, bagaimana tidak? yang pacaran saja kadang bisa putus hanya karena handphone. Tapi aku tau aku bukan lagi pacaran, melainkan di status yang sakral. Dan aku paham tuhan sangat membenci perceraian. Maka selama aku mampu aku akan berjuang.
Gattan tertawa, tersenyum dengan handphonenya. entah apa sebenarnya yang membuat dia sebahagia ini. Selama hampir dua bulan saja dia belum pernah mengajakku ngobrol mesra dan lama.
Handphone Gattan berdering, nada dering telepon masuk. Gattan langsung memasang wajah sangat manis menjawab telepon. padahal bicara di telephone bukan bertatap langsung.
Gattan : "Iya mah, ada apa?"
M : "..."
Gattan : "Alhamdulilah Gattan sama Ily baik-baik aja, mamah sendiri sehat?"
M : "..."
Gattan : "Baiklah, nanti Gattan usahakan datang mah.."
M : "..."
Gattan : "Ada ko, baru aja pulang.. perlu Gattan panggilkan?"
M : "..."
Gattan : "Wa'alaikumsalam mah..."
Suara yang ku dengar kecil sehingga tidak bisa terlalu jelas mendengarnya. Setelah menutup telepon. Matanya mengedip lama, meletakan seluruh badannya di sofa empuk di depan tv.
Mas Gattan kenapa? ko lemes gitu ?
"Mas, tadi mamah yang telpon?" Tanyaku, dengan nada lembut membangunkannya.
Gattan hanya menelan ludah lalu mengangguk.
"Mas, mamah bilang apa?"
"Bisa nggak' nggak usah nanya terus!" Cetusnya sedikit kasar.
"Iyaa.. maaf mas. mau aku siapin makan atau susu atau mau kopi?" Tanyaku dengan senyuman hangat.
Kali ini wajah sok manisku benar-benar mirip pelayan restoran ternama, manisnya nggak nahan.
"Nggak! aku mau tidur, jadi tinggalkan aku sendiri" Gattan membentak, mengusirku. lalu melanjutkan tidurnya yang barusan ku ganggu.
Sebenarnya aku sudah sering di bentak seperti ini jadi nggak kaget kalau denger dia begini. Bahkan yang lebih kasar juga sering, tapi aku tau Allah tidak pernah tidur. Allah selalu menjanjikan pelangi setelah badai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Patung Bagimu
RomansaAku dijodohkan dengan pria idamanku di smp, namun rasa cintanya bukanlah untukku. Tapi aku mencintainya begitu lama, bahkan sampai saat ini. Aku memang orang yang keras kepala bahkan saat semua orang bicara bahwa 'lebih baik dicintai daripada menci...