Holla, Ara kambek. 🌺
Jangan lupa vote ya karna vote itu gratis. Buruan, tekan tombol votenya, sekarang, cepatan, di pojok kiri. 👏😂Ara mencoba menerka, apa yang hatinya kata. Fikirannya enggan berbicara namun berhasil menyekat kebingungan yang mendera.
"Cil?"teriak Sean membuyarkan lamunannya. Ara gelagap, menatap piring kosong Sean "buruan habisi,"lanjut Sean meneruskan film anime di ponselnya.
"Gue gak laper, lanjut aja yok,"ajak Ara.
"Kalo lo kelaparan tengah malam, jalan kaki lo."
"Iya."
"Banyak manusia malam ini gak bisa makan dan lo santainya buang makanan,"tegur Sean santai, matanya tetap terpatri di layar ponselnya.
Tanpa menjawab Ara menyendokkan nasi goreng yang sangat hambar bagi lidahnya.
"Sean? Ntar mampir ke Alfa atau gak Indomaret ya." Sean hanya mengangguk, memasukkan ponsel ke dalam tas ranselnya.
Merasa cukup dengan apa yang Ara butuhkan, mereka melanjutkan perjalanan.
Sean memarkirkan motor di tepi jalan besar, ia turun--tak lupa melepaskan helmnya. Tanpa bicara Sean berjalan ke pemuda yang duduk tidak jauh dari mereka. Ara mempercayai Sean mampu mengatur semuanya.
Tak lama Sean datang, mereka melaju tanpa suara, mengikuti pria yang sudah ada di depan.
Ara menerka bahwa pria ini adalah joki villa dan tebakan Ara tidak meleset, mereka berhenti di villa yang cukup bagus menurut Ara.
"Lo suka gak? Kalau gak nyari lagi,"tanya Sean.
"Gak ada kipasnya ya?"
"Bogor dingin, lo gak bakal butuh kipas."
"Yaudah mau."
"Lo masuk duluan, gue beresin akomodasi."
Ara mengangguk,dan merapihkan barang-barang mereka--lebih tepatnya barang-barang Ara.
Kamar ini cukup sederhana tapi tidak jelek juga, ada tv dan kamar mandi di dalamnya.
Ara lelah, tubuhnya seakan runtuh. Bagaimana tidak runtuh? Ara harus mengikuti lekuk tubuh motor Sean yang menuntutnya untuk menungging alias membungkuk.
"Sean?" Panggil Ara pelan, hanya ada jawaban gumaman dari luar.
Ara keluar "katanya temen lo mau nyusul, mana?"ujar Ara masih berdiri di depan pintu.
"Gak jadi,"ujar Sean memainkan ponselnya.
"Ha? Maksudnya? Ih apaan sih? Sean, serius,"gerutu Ara duduk di sebelah Sean.
Tidak ada jawaban, Ara kesal, ia menarik ponsel Sean "sopan dikit bisa?"hardik Sean.
"Lo juga gak sopan, orang ngomong lo cuekin." Ara mencebikkan bibirnya, dibiarkan ponsel itu di ambil ahli oleh sang empunya.
"Sean? Lo sewa berapa kamar?"
"Satu."
"Ha? Apa? Lo mabuk? Sean,astaga, kita? Tidur-satu ranjang, arghhh,"frustasi Ara.
"Lo apaan sih, berisik tau gak? Ini udah malam."
"Sean, perhatiin gue dulu,"ujar Ara lirih.
Sean berdecak, di tutup ponselnya, ia menatap Ara. Meski gelap, Ara masih mampu menatap bola mata tajam itu "sewa dua kamar please,"ujar Ara memohon.
"Abangnya udah pergi."
"Lo samperin lagi."
"Sakit lo,"decak Sean.
"Yaudah lo tidur di luar, titik,"final Ara.
"Gue yang bayar, harusnya lo tau diri,"hardik Sean.
Jleb.
Sean membungkam mulut Ara, Ara diam enggan untuk bergerak, bahkan takut jika suara nafasnya terdengar.
"Tidur aja di dalam, gak akan terjadi apa-apa. Jangan mikir terlalu jauh,"ujar Sean. Kali ini suaranya melembut seperti sedang membujuk balita agar meminum obat.
"Sean? Lo janji gak boleh berniat jahat. Gu----,"
"Iya janji. Masuk gih, di luar dingin,"potong Sean. Ara menatap mata Sean, mencari kebohongan di sana, namun hanya ada keseriusannya yang terpatri di wajahnya.
"Yaudah gue masuk." Sean mengangguk, Ara berlalu. Ara membersihkan dirinya dan bersiap untuk terlelap.
Ara menghidupkan TV untuk mengusir sunyi yang mengisi kamar ini. Kembali Ara mendengar suara game mobile legend, sudah di pastikan Sean kembali ke aktifitasnya. Ara tidak ambil pusing, ia memeluk guling dan menghadap ke kiri, tepat posisi tembok kamar ini.
Sebelah kanan Ara siapkan untuk Sean, Ara berdoa agar tidak ada kekhilafan yang terjadi. Biar bagaimana pun Sean tetaplah pria normal begitu juga dengan Ara.
Ara menyibakkan selimut ke tubuhnya, dingin Bogor memeluk tubuh mungilnya. Pelan namun pasti, kantuk menghantarkan Ara ke alam mimpi.
Jam update nya memang gak nentu tapi author maksimalkan untuk tiap hari update yaa 🌹
Jangan lupa vote
Thx u 🌺
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara dan Sean
Romance(END) Bertemu dengan Sean yang notabenenya jutek, aneh, tidak bisa di tebak, kadang manis buat diabetes tapi tetap datar dan kalau bicara pedas--ngalahin sambalado masakan emak. Ara si wanita pecicilan, petakilan dengan suara toa-nya tidak pernah me...