22. Sean si posesif

747 59 0
                                    

Hollaaaaaa
Don't forget enter vote and comment guyssss😍

***

Gemerlap lampu serta bau alkohol bercampur dengan semerbak asap rokok yang kini menyeruak bebas ke indra penciuman Ara. Beruntungnya Sean sudah was-was dan menyediakan masker untuk Ara, ia tau Ara membenci asap rokok. Berbanding terbalik dengan Sean yang  sudah akrab dengan dunia ini dan ini adalah pengalaman eksklusif untuk Ara.

"Sean? Itu minuman apa? Keren banget warnanya,"ucap Ara ke telinga Sean.

Sean memeluk pinggang Ara posesif, ia tidak ingin lengah "No alcohol!" Sean menekan kalimatnya. Ara mencebikkan bibirnya "Kan aku nanya itu minuman apa."

Sean tidak menggubrisnya, deguban DJ ikut menghentakkan deru jantung Ara dan menulikan telinganya. Mengapa banyak insan yang betah berada di tempat yang mirip dengan neraka ini?

Lihatlah wanita itu, berjoget-joget seperti tidak tau malu dengan baju yang kurang bahan. Apa mereka tidak memakai bra? Mengapa tidak terlihat talinya.

Ah sudahlah.

Ara penasaran, seperti apa rasanya alkohol. Kenapa mereka terlihat menikmati tegukan demi tegukan minuman haram itu?

Ara semakin ingin tau apa rasanya minuman warna-warni itu, apakah mirip dengan extrajoss, atau cococolla atau mirip dengan sprite. Seakan ada lampu yang menyala di kepala Ara, ide cerdik mulai muncul. Mungkin dengan duduk di bangku bertender, Sean akan lepas kendali memperhatikannya dan mempersilahkan Ara mencicip alkhol. Ara sedikit berlari namun Sean begitu sigap menjangkaunya.

"Gak ada minum Ra,"bisiknya menghentakkan tubuh Ara.

"Duduk doang,"kilah Ara

"Ra,"geram Sean. Kesabarannya benar-benar di uji.  Ara mengerucutkan bibirnya. Untuk apa ia kemari jika tidak bisa meneguk setetes alkohol?

Seorang pria memperhatikan dari jauh dan memberanikan diri untuk mendekati Ara.

"Hai gril, chesee?"ujarnya menyodorkan gelas berisi minuman bewarna biru.  Sean menarik pinggang Ara posesif dan semakin merapatkan tubuh Ara.

"Enggak, terimakasih." Itu bukan suaranya namun suara Sean. Sean menarik tubuh Ara untuk menjauh "Lepasin,"pekik Ara kala tangannya di tarik pria itu. Sean mencoba menetralkan amarahnya. Apa mau pria asing ini?  Sean mendekat, jika ia ikut menarik maka yang ada Ara akan menahan sakit akibat tarik menarik.

"Dia enggak nyaman bro sama lo, sini oper ke gue,"ujar pria itu dengan tangan yang masih menarik Ara.

"Gue tolak baik-baik, lo ngundang gue berbuat enggak baik,"desis Sean.

"Gue nawarin dia bukan lo, just happy,"jawab pria itu.

"Lepasin tangan lo dari tangan pacar gue atau--"

"Atau apa? Ha?"

Bugh

"Atau lo mati di tangan gue!" lanjut Sean.

Hari Ara menghangat, namun ia masih waras--bukan saatnya ia menikmati rona merah di wajahnya.

"Udah berapa kali lo pake cewek lo? Gilir ke gue sini,"ujar pria asing itu mencoba memancing amarah Sean.

Bugh

"Udah Sean,"lerai Ara.

"Sean!"pekik Ara namun Sean tidak mengubris. Ia menarik tangan Ara kasar dan menutupi tubuh Ara.

Bugh

"Itu buat lo yang ngundang gue buat beretikad buruk." Lawan Sean terkapar, mungkin efek alkhol atau memang ia tidak memiliki tenaga. Ara menarik pelan jaket Sean, ia bener-bener takut.

"Diam!"pekik Sean membentak Ara. Lagi ia melakukan aksinya

Bugh

"Buat lo yang udah ngotorin tangan cewek gue."

"Sean, stop!"panik Ara. Pasalnya pria ini sudah tergeletak, Ara tidak ingin masalah ini semakin runyam. Ara tidak ingin Sean berurusan dengan polisi. Dan kenapa di diskotik orang-orang tampak acuh dan enggan melerai.

Bugh
"Ini karna lo udah ngelecehin pacar gue."

Ara menarik tangan Sean menjauh, semua mata sudah berpusat pada mereka. Saat mereka sudah keluar dari tempat laknat tersebut, Sean menghentakkan tangan Ara kasar.  Ara merasakan deru nafas Sean yang tidak beraturan. Ara diam, Sean menghidupkan motornya.  Ara memilih untuk stuck di posisinya. Sean menatap Ara yang hanya berdiri kaku.

"Naik,"ujarnya dingin.

Ara menggeleng "Gak mau kalau kamu emosi gini."Ara mengigit bibirnya, kenapa mendadak ia memanggil Sean dengan sebutan kamu? Sean kembali turun, meletakkan kedua tangannya di atas bahu Ara.

"Naik."

"Iya tapi kamu lagi emosi."

"Jangan buat semua runyam dan naik!"titah Sean. Ara tak bergeming, ia tetap pada posisi awalnya. Sean menghela nafas kasar "naik atau aku tinggal?"

"Yaudah sana pergi!"ketus Ara. Sean turun, dia melepas helm dan mendekat pada Ara "Kenapa? Kamu senang di goda sama.pria sejenis tadi?" Tatapan Sean berubah menjadi sangat dingin.

"Se--an, bukan gitu,"

"Senang kamu jadi pusat perhatian? Ha!" Ara menutup matanya kala Sean mulai menaikkan suaranya satu oktaf. Sean berusaha keras untuk mengatur deru nafasnya. Mata Ara memerah, ia mengingit kuat-kuat bibirnya. Tatapan Ara tertuju pada kakinya sendiri, Sean tak bergeming ia menunggu apa yang wanita ini akan lakukan.

Sean yang tak tahan dengan isak yang sedari tadi Ara tahan---langsung merengkuh tubuh yang ketakutan itu. Sean sadar, tak seharunya ia meluapkan amarahnya.

"Jangan nangis." Sean mengusap punggung Ara.

"Kamu--hiks, kamu bentak aku." Ara memeluk tubuh tinggi Sean, ia menyembunyikannya wajahnya di dada bidang Sean.

"Maaf,"ujar Sean lirih. Sesekali ia mencium puncak kepala Ara. Ia salah dengan membentak wanitanya. Ini bukan salah Ara, yang patut disalahkan adalah para pria hidung belang di dalam sana.

"Ayo kamu mau kemana lagi?"tanya Sean dengan posisi yang masih memeluk Ara.

"Puncak tapi ngedaki, aku pengen,"ujar Ara melepaskan dekapan Sean.

"Tapi kita gak bisa sampai pas sunrise, gapapa kan?"

"Iya gapapa, kan bisa liat sunset."

"Yaudah naik."

Ara mengangguk dan ia naik memeluk pinggang Sean dan meletakkan kepalanya di sisi pundak kanan Sean "Nanti kalau Tuhan ubah takdir kita, aku gak akan datang ke diskotik lagi."

"Iya, memang seharusnya begitu,"jawab Sean.

"Kalau nanti Tuhan gak ubah takdirku, kamu janji ya jangan ke tempat ini." Sean memilih diam, ia membawa motor dan menebus gelapnya subuh. Dingin menusuk tubuhnya, belum lagi perkataan Ara mengundang tangis di sudut matanya.

Kamu harus tetap hidup,Ra. Demi aku,lirih Sean dalam hatinya. Ingin ia ucapkan ini ke telinga Ara namun Sean takut akan menambah beban pikiran Ara. Sean menggeleng, ia tak habis pikir gimana nanti hidupnya setelah wanita hebat ini pergi dari sisinya.


Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang