13. KEPO

663 66 5
                                    

Agustus tepat tanggal delapan belas. Sudah seminggu lebih Ara menghilang. Sumpah serapah yang Sean kirim pun tidak mendapatkan jawaban. Jangan kan dibalas, di baca saja tidak.

Sean tidak mengerti, mengapa ia mencari? Entah karena sumpah serapahnya belum tersampaikan atau  dirinya merasa tercampakakan atau titik terparahnya ia sudah paham arti sebuah kehadiran.

"Bolos terus,"sindir Randy datang dengan stelan kantoran.

Jam sepuluh, Sean memaksa Randy untuk menemuinya di kafe. Randy tentu senang, terlepas dari pekerjaan yang selalu menumpuk akibat misi Sean yang sampai detik ini belum tuntas juga.

"Kapan lo balik ke perusahaan?"

"Tahun depan."

"Udah ada titik terang?" Alis Sean bertaut.

"Itu si Ara, gak usah naif lo. Kecanduan akan hadirnya kan lo?"kekeh Randy.

Sean menatap jengah dengan kenarsisan Randy. Sebenarnya jika di lihat-lihat Randy lebih cocok di sandingkan dengan Ara daripada Citra.

"Kemarin Citra cerita tentang Ara."

Uhuk-uhuk..

"Hahah tubuh lo aja gak munafik, dia butuh kabar Ara hahah."

"Biasa aja, ini gue kesedak doang."

"Oh biasa aja?"goda Randy.

"Yaudah gak jadi cerita gue,"tengil Randy. Sean menajamkan matanya, membuat nyali siapa pun ciut.

"Santay mybro." Randy nyengir.

"Menurut postingan Ara, kayanya tuh anak lagi di Australia."

"Ngaco lo,"ujar Sean.

"Nah, awalnya gue juga sama kaya lo, gak nyangka. Seorang Ara ke Australia! Ini ibarat burung bisa berenang."

"Bukan gue mau remehin ekonomi dia, setau gue dari cerita Citra,sejak tiga tahun yang lalu, Ara itu ngangur."

Sean mencoba mencerna pembicaraan Randy.

"Nah, tapi jangan kan ke Australia, buat dia hidup itu gimana?" Sean membenarkan ucapan Randy. Setahunya, Ara adalah anak perantauan. Tinggal di kost-kostan dan dia pun tidak pernah tau Ara bekerja dimana.

"Mungkin gak sih kalau Ara melihara babi ngepet,argggh, sakit bego,"ringis Randy kala kaki kering nya di tendang lewat bawah meja oleh Sean.

"Ngaco lo,"ketus Sean.

"Ya mungkin aja. Terus duit dia dari mana coba?"

"Ngapain sih jadi omongin keuangan dia? Bukan urusan kita,"ujar Sean.

"Tapi gue aneh deh,"ucap Randy.

"Gue stalker Ig dia. Banyak foto Australia gitu. Tapi gak ada yang nunjukin wajah dia. Paling mentok-mentok, kaki, tangan kaya wanita sok selebgram pada umumnya."

"Ya bisa jadi itu cuma foto dari google." Sean mengeluarkan pendapatnya.

"Gak mungkin. Di highlight dia itu ada vidio durasi sepuluh detik-- bicara sambil nunjukin kota yang gue rasa gak ada di Indonesia."

"Mana? Coba lihat?" Sean antusias.

"Kenapa lo jadi kepo?" Randy mencoba menggoda Sean.

"Anying, Lo yang nyodorin padahal,"ketus Sean.

"Hahahah."

"Lo buka di ponsel lu aja, kuota gue sekarat."

Sean berdecak dan benar saja ada vidio yang ia tebak itu adalah Australia. Ia menscroll akun Ara--untungnya tidak private account. Hanya saja banyak komentar yang Ara nonaktifkan.
Sebenarnya siapa Ara?

"Lihat deh, quotesnya mantul banget." Randy menunjukkan sebuah laya ponselnya.

Agustus. Bulan yang manis. Bulan yang romantis. Bulan yang penuh tangis. -penatorehan.-

"Itu mah jiplak quotes orang kali dia, jelas-jelas ada penatorehan gitu."

"Nah, pas gue cari akun penatorehan gak nemu dan gak ada sama sekali."

"Ngapain musingin hal begini sih,"heran Sean.

"Lah, elu juga kebawa alur anjir."

Sean menscroll akun Ara. Matanya terusik dengan satu foto yang tak asing baginya.

@araaraDisukai oleh @anastia_simarmata dan 278 lainnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

@araara
Disukai oleh @anastia_simarmata dan 278 lainnya.
Curug itu berisik tapi ngusik.
Dia dingin tapi sejuk.
Ngangenin meski jutek.
Terimakasih sudah membawaku kesini Mr.Cabe🙆

"Sean tunggu yaelah," kesal Ara.

"Lelet lo kaya keong,"ketus Sean.

"Lo aja aneh, orang mah pemandangan kaya gini di abadikan, Lo malah gak nikmatin, jalan kaya mau meeting penting."

Sean tidak peduli ia tetap menanjak.

"Astaga, o em ji, ini air terjunnya bagus banget sumpah demi apa. Ini baru jarak segini tapi udah kerasa dinginnya, astaga." Ara berteriak antusias. Sean jengah, Ara terlalu berlebihan.

"Sean? Pinjem ponsel lo,"ujarnya

"Buat apa?"

"Lo iPhone kan? Kameranya pasti bagus. Gue mau foto,"ujar Ara.

"Alay lo."

"Gue kan gak selfie, foto alam doang,"ujar nya menerima ponsel Sean.

"Langsung gue kirim ke wa gue ya,"ucap Ara.

"Biar gue aja." Sean menarik ponselnya.

"Oh lupa, privat ya hahah, gue main air dulu."

Flashback off

Randy mengibaskan tangannya di depan Sean, ia membaca ajian mantra, takut temannya kesurupan. Bayangkan, seorang Sean senyum-senyum. Wajah datar berubah menjadi senyum tampak lebih mengerikan.

"Anjir, apaan sih Lo,"ketus Sean. Randy menyipratkan air mineral ke wajah tampan Sean.

"Lo yang apaan senyum-senyum gak jelas? Bayangin jorok kan lu?"

"Awwww,"ringis Randy.

"Gue laporin ke komnas HAM lo lama-lama deh,Sean tai." Randy mengusap kaki keringnya yang lagi-lagi di pijak sesuka hati oleh sahabat titisan dajjalnya ini.

"Lo harus berterimakasih sama gue. Gue sadari lo dari setan coba. Kalau Lo gak gue siram, bisa aja lo kesurapan dugong."

Sean acuh, ia memilih beranjak pergi dari kafe.

"Woy bangke,Lo dari tadi melamun sembari senyum-senyum, eh sialan,"teriak Randy.

"Woy, anjir. Sean tai!" Maki Randy. Semua mata memandang Randy, ia menggaruk tengkuk lehernya "Lah, ini siapa yang bayar?"

"Sialan si Sean, bangke. Tabungan buat nikahin Citra harus berkurang lagi."

"Nasib baik gak ada yang mesan makan, aman ya Tuhan."

Randy bermonolog. Untung Sean teman, jika musuh sudah di jadiin perkedel olehnya.



Holla udah lama banget ya gue sembunyikan Sean sama Ara hahhaha

Baiklah, ini aku update. Semoga mampu mengobati rindu. Aku tuh sibuk soalnya,.maafin ya❤️
Jangan lupa vote. Terimakasih banyak🌹

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang