38. Kakek

526 41 1
                                    

Ruang ini mendadak mencekam. Sea dan Iris lagi-lagi harus berhadapan dengan seseorang yang sudah sangat malas untuk mereka temui.

Pria tua itu berjalan dengan tongkat di tangan kirinya. Duduk dengan angku di sofa single depan mereka.

Prok prok prok.Ia bertepuk tangan. Ara menggenggam erat tangan Iris. Ia tidak akan bisa lupa dengan kejadian beberapa tahun yang lalu.

"Bagus!"ucap pria tua dengan nada yang tidak bersahabat.

"Kau sudah berani menunjukkan dirimu di hadapan Sean,"hardiknya tanpa basa basi. Matanya menajam menatap Ara yang sudah tertunduk sendu.

"Bukan Ara yang nemui dia tapi Tuhan yang menciptakan pertemuan mereka,"jawab Iris. Ia tau bahkan sangat hapal bagiamana tunduknya Ara dengan pria tua di hadapannya ini.

"Diam kau orang asing. Saya sedang berbicara pada wanita yang membunuh cucu saya."

"Dia bukan pembunuh. Dia cucu anda tuan Leonardo yang terhormat."

Iris tidak akan pernah diam. Itu lah yang akan selalu terjadi jika mereka kembali di pertemukan dengan secara paksa.

"Kau sudah ingin bahagia ternyata? Setelah kau membunuh kembaranmu dan kau ingin bersenang-senang setelahnya? Cih, hina sekali kau!"

"Cukup Tuan Leonardo. Gerangan apa anda memanggil kami? Bukankah jelas di perjanjian kita bahwa tidak ada tertulis bahwa jika Sean yang menemukan Ara maka tidak ada tentangan didalamnya?"

"Sekarang mengapa anda keberatan? Apa anda sedang tidak bahagia sampai anda mengurusi kebahagiaan orang lain? Waw terpuji sekali anda!"

Pranggg...

Leonardo membanting asbak dimeja menggunakan tongkatnya. Ara memejamkan matanya begitu pun dengan Ara.

"Jika saja kamu tidak menerima tawaran Clara untuk memberi organ tubuhnya maka semua tidak akan mungkin terjadi. Claraku pasti akan hidup sampai sekarang. AKU TIDAK AKAN SENDIRI!"bentak Leonardo.

"Sebenarnya saya sangat jijik harus mengatakan kenyataan ini. Kenyataan bahwa Ara pun cucu anda. Anda lah yang mengasingkan diri dari keluarga Ara. Anda yang menghilangkan kedarahdagingan antara kalian. Mengapa sekarang anda merasa anda lah pihak yang disakiti disini?"

"Diam kamu Iris. Tau apa kamu tentang saya?"

"Kak udah,"ujar Ara mengelus lengan Iris. Iris menatap Ara yang sedari tadi pandangannya ke bawah.

"Angkat kepalamu, mahkotamu bisa jatuh kalau kamu gitu terus,"bisik Iris mengusap punggung Ara.

"Saya tau banyak tentang anda tuan Leonardo. Anda adalah sahabat dari kakek saya. Anda tidak lupa bahwa kakek Wijaya lah yang membantu anda untuk membangun perusahaan anda,"ujar Iris dengan santainya. Tidak ada emosi di perkataannya.

"Tanpa campur tangan kakek saya, mungkin anda tidak bisa memiliki kekuasaan seperti ini."

Leonardo cukup terkejut ternyata wanita didepannya ini---

"Saya juga tau anda adalah teman yang baik untuk kakek. Tapi sebelum anda berambisi untuk menjadi penguasa terbesar di Asia."

"Awalnya saya tidak ingin menyampaikan ini namun saya rasa ada hal yang harus di luruskan disini karna pada dasarnya anda adalah orang baik."

Leonardo membuang mukanya kesembarang tempat. Ia tidak ingin luluh dengan cucu sahabatnya ini.

"Kakek selalu bilang ke saya bahwa didunia ini cinta adalah dasar untuk memulai sesuatu. Namun banyak yang tidak bisa membedakan mana ambisi dan mana cinta."

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang