"Mama?"teriak Sea
"Please deh Ceya! Jangan teriak-teriak. Mama lagi di dapur."
Saling balas teriakan pun terjadi dirumah ini. Citra menggeleng menatap suara toa Sea. Ara menatap seorang wanita yang sudah tiga tahun tidak ia jumpai. Ia menggunakan celemek dapur namun kesan cantiknya tidak pernah pudar.
"Ini temen kamu?"
"Iya ma kenalin--"
"Loh?"kaget Sherlly. Ia menatap dengan tidak percaya, lalu menggeleng tidak mungkin. Dan terkahir, terdengar helaan nafas panjang dari Sherlly,seakan dia sudah yakin dengan apa yang ada didepannya ini adalah ketidakmungkinan.
"Saya Ara Tante." Ara tersenyum tulus. Sherlly kikuk. Ah mungkin ini hanya kebetulan saja.
"Eh--engh, Ara temen Sea kan ya? Yuk masuk-masuk."
"Kamu ini Sea, ajak masuk, ayo sini Citra juga sini,"ujar Sherlly nervous.
"Tante kelarin masakan dulu ya,"ujar Sherlly yang langsung menyelonong pergi.
"Kak? Mama udah pernah ketemu kak Ara belum sih? Kok kaya kaget gitu?"bisik Sea yang mendapat anggukan kepala dari Citra.
"Citra? Kamu bisa ke dapur gak,Nak? Bantuin Tante,"teriak Sherlly dari arah dapur. Ara paham, mungkin Sherlly ingin mengorek informasi mengenai dirinya.
"Biar gue aja ya,Cit,"ujar Ara.
"Oke, gue juga mau mandi."
"Mama baik kok kak,"ujar Sea menguatkan Ara.
"Iya. Kamu juga mandi gih,"ujar Ara.
"Caiyo kakak ipar,"kekeh Sea.
Ara berjalan santai namun ada rasa tidak yakin dalam dirinya. Beberapa kali ia menarik nafas kuat-kuat.
"Ada yang bisa saya bantu,Tan?"
"Eh--engh Ara. Citra kemana, Tante manggil Citra tadi."
"Citra lagi mandi,Tan. Ara aja yang bantu ya."
"Kamu istirahat aja pasti capek kan?" Sherlly berbicara tanpa menghentikan kegiatannya.
"Tante takut ya?"
"Maksudnya?"ujar Sherlly mencuci tangannya.
"Ini saya Tan. Ara. Tante gak ingat?"
"Kamu jangan becanda Ara itu--,"
"Itu bukan saya Tan. Itu kembaran saya Clara. Saya masih hidup,"ujar Ara. Sherlly menegang.
"Ceritanya panjang dan mungkin nanti Sea bisa ceritakan. Saya minta maaf pernah jadi alasan terlukanya putra tante--Sean. Maafin saya Tan, saya punya alasan yang kuat untuk melakukan itu."
"Tante boleh marah sama saya."
"Tante juga berhak buat benci saya."
Ara tersenyum meski matanya memerah dan siap menumpahkan tangisnya.
"Ara--engh,Ara bakal pergi kalau tante gak suka Ara disini." Sherlly menggeleng, ia memeluk Ara erat. Tangisnya tumpah. Bagaimana mungkin dia membenci wanita yang sudah menyelamatkan anaknya dari hubungan yang salah. Bagaimana mungkin dia tidak menyukai perempuan yang sudah mengubah putranya menjadi sosok yang lebih bewarna. Bagaimana mungkin dia mengusir sosok yang mampu membuat Sean lebih berekspresi dari sebelumnya.
"Tante gak marah sama kamu. Apapun alasannya, Tante percaya sama kamu."
"Hikss, maafin Ara tante. Semua di luar kendali Ara. Ara gak bisa milih apa apa hiks."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara dan Sean
Romansa(END) Bertemu dengan Sean yang notabenenya jutek, aneh, tidak bisa di tebak, kadang manis buat diabetes tapi tetap datar dan kalau bicara pedas--ngalahin sambalado masakan emak. Ara si wanita pecicilan, petakilan dengan suara toa-nya tidak pernah me...