Seorang resepsionis masuk dengan nampan berisi secangkir kopi dan teh panas. Ara keluar. Semerbak sabun menyeruak bercampur dengan aroma kopi kafein milik Sean.
Ara melihat Sean menyeruput kopi. Ia membuka roti yang tadi ia beli "Lambung lo nanti rusak, kasihan. Kafein gak baik buat lambung. Isi dulu nih,"ujarnya sembari menyodorkan sandwich pandan didepan Sean. Sean menerima tanpa bicara.
"Ini teh buat gue ya?"tanya Ara sembari mengeringkan rambutnya. Tak ada suara. Sean hanya mengangguk.
"Kenapa gak kopi?"tanya Ara lagi.
"Lo mau ngeronda?"jawab Sean dengan nada biasa.
"Lah itu elo minum kopi?"
"Beda."
"Iya'in."
"Mereka udah dimana?" Pembicaraan selalu di dominasi oleh Ara dan Ara harus selalu maklum, lawan bicaranya adalah orang aneh--jadi di wajarin saja.
"Bentar lagi." Ara ber-oh-ria. Di lilit handuk di kepalanya. Ara mengambil teh dan membawanya ke atas kasur. Di tutup kaki jenjang Ara dengan selimut hotel. Teh ia seruput sembari menyenderkan punggungnya dengan penyanggah bantal.
Sean sibuk dengan ponselnya. Tidak ada lagi yang bersuara. Hanya televisi yang berbicara, beradu dengan suara rinai hujan diluar sana.
Hotel ini cukup mewah meski tidak memiliki bintang lima. Jika hotel ini memiliki aplikasi di playstore, sudah di pastikan Ara akan memberi ulasan bintang lima.
Sean menatap tubuh kecil di atas bed cover yang sudah menutup mata dengan sempurna. Bukan mati, Ara hanya tertidur.
Sean beranjak dan membereskan cangkir teh di sebelah Ara. Lalu membenarkan posisi tidur wanita ini. Sean juga merapihkan selimut sehingga menutupi bagian dada Ara. Sean menatap wajah damai Ara, garis bibirnya melengkung.
Ting nong.
"Gila lo!"pekik Randy saat Sean baru saja membuka pintu. Citra masuk dan meletakkan dua goodiebag.
"Gak ada kerjaan lo ye, nyuruh-nyuruh gue selarut ini!"
"Suara kamu Yang, itu Ara lagi tidur,"tegur Citra.
Mata Randy langsung mengarah ke Ara, Sean acuh "Habis berapa ronde lu?"kekeh Randy.
"Sinting."
"Mana baju gue?"
"Noh, totalnya sejuta lima ratus. Harus di bayar cash dan detik ini juga,"tegas Randy. Sean memang gila, ia tidak mau mengenakan baju Randy atau Citra. Ia malah menyuruh dua sejoli itu membeli di pusat perbelanjaan atau toko-toko di sekitar jalan. Yang penting harus baju baru.
"Nanti gue transfer." Sean membuka goodie bag bewarna putih.
"Lo udah move on ya?"ledek Randy. Bukannya menjawab Sean malah masuk ke kamar mandi.
"Dasar datar!"kesal Randy.
"Jangan teriak-teriak Yang, nanti si Ara bangun."
"Beda ya perlakuan dia ke Ara." Senyum Randy memggembang.
"Lihat deh, kuramal Sean akan jatuh hati sama Ara,"ujar Citra percaya diri.
***
Subuh Ara terbangun. Panas dingin menjalar di tubuhnya. Ia sudah memprediksi ini. Ara menatap Citra memunggunginya. Dengan pelan Ara beranjak. Memesan grab car dan meninggalkan note kecil di cermin.
Dia tidak ingin Sean melihat lemahnya. Tak lupa Ara mengganti pakaian. Dan meletakkan uang lembar bewarna merah.
Sean, Randy,Citra makasih ya. Gue naik grab. Ada urusan.
Randy terkekeh geli melihat ekspresi Sean "wanjir, lo kaya laki-laki murahan fiks. Ditinggal di atas ranjang."
"Ambigu lo anjir,"ketus Sean. Sean meremas note kecil dan melemparkannya ke wajah pas-pasan Randy.
"Gila sih, Ara benar-benar anak ajib,"ledek Randy. Citra tertawa tanpa bicara. Ia merapihkan barang-barang mereka.
"Eh, hahahah wanjir parah,"tawa Citra tiba-tiba menggelar. Sean dan Randy menatap Citra.
"Bhuahahah." Bukannya menjawab Citra lanjut dengan tawa anehnya. Ia memegangi perutnya. Randy penasaran langsung mendekati Citra.
"Bhauahahah."
Randy melempar uang dua ratus ribu rupiah ke sebelah Sean "dia ninggalin uang juga hahaha, gila sih, fiks ini gila. Lo di bayar Sean? Hahahah seorang Sean, di bayar bocah ? Bhuahahah, ya ampun perutku." Mata Randy berair, menahan tawa. Tak ada bedanya dengan Citra.
"Sabar ya? Hahahahah,"ledek Citra menepuk pundak Sean.
Sean membanting pintu kamar mandi. Ara benar-benar sinting. Apa salahnya dia membangunkan mereka? Kalau begini Sean akan jadi bulan-bulanan.
Wajah Citra memerah. Ara benar-benar luar biasa.
Udah lama gak update.
Author benar-benar sibuk.Jangan lupa vote ya❤️
Bonus chapter.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara dan Sean
Romance(END) Bertemu dengan Sean yang notabenenya jutek, aneh, tidak bisa di tebak, kadang manis buat diabetes tapi tetap datar dan kalau bicara pedas--ngalahin sambalado masakan emak. Ara si wanita pecicilan, petakilan dengan suara toa-nya tidak pernah me...