53. Berubah

789 48 0
                                    

Sudah seminggu Sean berada di Jogjakarta. Entah apa yang sedang pria itu lakukan sehingga selama ini. Padahal sebelum berangkat Sean bilang cuma tiga hari saja.

Sebenarnya Ara sudah jenuh dengan rutinitasnya. Sean tidak mengizinkannya bekerja. Katanya ia hanya akan menghilangkan fokus pria itu. Sialan memang.

"Pasti mikirin abang kan?"tanya Sea.

"Iya nih,Ya. Nomornya gak bisa di hubungi."

Ara lesu. Sudah dua hari Sean bak di telan bumi. Biasanya akan ada pesan masuk meski pun hanya untuk mengingatkan Ara untuk makan, untuk beristirahat atau sekedar mengirim pesan bahwa ia merindukan Ara.

"Ini tuh alasan gak enaknya pacaran apalagi menikah sama bisnis man. Apa-apa kita bakal di duain sama berkas, meeting dan tetebengeknya."

"Sea nih ya kak, gak bakal mau deh nikah sama bisnis man." Bukannya menyiram kepala Ara yang sudah palang panas, Sea malah menyiramnya dengan bensin.

"Yaudah kamu nikah sama pengangguran. Biar di belai tiap hari, biar mati kelaparan,"celetuk Sherlly yang entah datang dari mana.

"Yee mama, kan bisa sama yang kerjaannya gak bisnis."

"Laki-laki bekerja bukan niat duain kita Sea. Mereka bekerja untuk menghidupi kita."

Ara menunduk, entah mengapa Sherlly seperti menyindir dirinya.

"Mama gak terima kayanya deh kalau kita ngomongin bisnis man, mentang-mentang suami mama kerjaannya gitu ya?"

"Dia papamu. Tanpa papamu mana mungkin kamu bisa sekolah, keluar negeri, fasilitas yang kamu miliki, emang kamu pikir dari siapa? Tuyul?"

"Mama ih ngegas mulu. Males ah."

"Kamu juga Ara. Jangan apa-apa manja. Sean juga sibuk karna bekerja. Bukan main-main. Kalau masih jadi pacar aja kamu udah semenuntut ini, gimana mau jadi istri Sean?"

Jleb

Jadi bener kalau sindiran ini di peruntukkan untuk dirinya.

"Iya,Ma. Maaf,"kikuk Ara.

"Kamu Sea naik ke atas. Belajar. Dan kamu silahkan pulang, ini sudah malam."

"Loh mama. Apa-apaan sih? Mama kenapa? Ke samber gledek?" Sea tidak terima. Kenapa mamanya jadi aneh begini. Atau jangan-jangan ini bukan ibunya.

"Yaudah aku pamit,Ma,Ya."

"Kakak tidur disini aja, gak usah dengerin mama,"ucap Sea menarik tangan Ara.

"Oh gitu. Kamu mau durhaka? Mau mama masukin ke rahim terus jadi janin terus mama gugurin?"

"Arghhh, serah mama deh!"

"Ayo Sea anter."

"Gak boleh nganter kak Ara?"tanya Sea saat ia melihat mamanya kembali ingin bicara.

"Udah,Ya. Minta maaf sama mama. Aku bisa pulang sendiri. Yaudah Ya,Ma. Ara pamit. Mama istirahat ya."

Ara mencium tangan Sherlly, beruntungnya Sherlly tidak menolaknya. Ara pergi dengan perasaan yang berantakan. Bagaimana perlakuan Sherlly yang nyatanya sudah berubah.

Lift apartemen terbuka. Tampak pria yang tak pernah Ara lihat sebelumnya ikut masuk. Hanya mereka berdua disini. Didalam lift ini.

"Hai,"sapanya.

Ara hanya menunduk.

"Lo penghuni baru ya? Satu floor? Di pintu nomor berapa?"tanyanya lagi.

"Lo bisu?"

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang