42. Ara di usir

630 47 11
                                    

Jam sudah menunjukkan pukul lima subuh. Ara yang terbiasa bangun pagi pun langsung beranjak duduk. Ia melipat tangannya dan mengucapkan syukur untuk kesempatan menghirup nafas kehidupan.

Sejak kepergian Clara, Ara mencoba untuk lebih menghargai apa pun yang Tuhan beri padanya. Termasuk kesempatan hidup.

Ia menatap Sea yang masih nyaman dengan selimutnya. Lalu ia putuskan untuk beranjak dan turun ke dapur.

Ia tersenyum hangat menatap punggung Sherlly yang sudah berkutat dengan dapur. Mereka memiliki assiten rumah tangga namun untuk urusan dapur, Sherlly memilih untuk melakukannya sendiri. Ia tak ingin suami dan anak-anaknya nyaman dengan masakan orang lain.

"Pagi,Tante."

PRANG

"Aduh, maaf Tante. Tante kaget ya?"ujar Ara ikut menunduk merapihkan piring yang berhamburan.

"Aduh sayang. Tante kirain siapa. Udah biar Tante rapihin."

"Enggak usah tan,biar Ara aja."

"Baiklah, hati-hati sama belingnya."

"Iya,Tan."

"Kamu kenapa bangun sepagi ini?"

"Udah biasa,Tan,"ujarnya membuang pecahan beling ke tong sampah bawah wastafel.

"Kamu bener-bener idaman deh,"kekeh Sherlly.

"Mulai hari ini, kamu jangan panggil tante lagi tapi panggil mama. Biar sama kaya Sea dan Sean."

Ara terkejut menatap Sherlly yang tengah tersenyum tulus padanya "Tapi kan--,"

"Gak ada tapi-tapi an. Mama gak nerima penolakan."

Air mata Ara luruh. Ia tidak menyangka bahwa ia bisa diterima dengan baik oleh ibu dari pria yang sudah ia sakiti dengan tidak sengaja.

"Loh, kamu nangis? Kamu gak suka ya? Yaudah gapapa, panggil---,"

"Enggak ma, Ara suka,"potong Ara.

"Manisnya anak baru mama."

"Ada yang bisa Ara bantu ma?"

"Kamu siapin dua teh ya, sebentar lagi Papa sama Sean bakal turun. Letak aja di meja tv, nanti mereka bakal disana."

"Tapi,Ma---"

"Engh,nanti kalau Sean liat gimana,Ma?"

"Makanya kamu buatin sekarang, mumpung dia belum turun."

Maafin mama,Nak. Kalian perlu menyelesaikan masalah ini secepatnya,batin Sherlly.

Ara mengangguk paham. Ia segera menyeduh teh hijau lalu mengantarnya. Aroma teh menyeruak ke indra penciuman Ara. Ia tersenyum dan meletakkannya dengan pelan ke meja. Suara langkah kaki mulai mendekat, Ara berdoa dengan lirih semoga yang datang adalah Om William, bukan malah Sean.

"Silahkan minum teh nya Om,"ujar Sea membalikkan badannya. Matanya melotot kaget. Sean berdiri tegap di belakangnya.
Tak hanya Ara, Sean pun cukup kaget. Sherlly menatap dua insan yang tengah membeku itu dari arah dapur.

"Se--an,"ujar Ara menunduk.

"Ngapain?"

"Enghh--"

"Aku buat teh, iya buat teh,"ujar Ara dengan cepat.

"Ngapain lo disini?"

"Gak ada niat apa-apa. Aku cuma bantu Mama Sherlly, enghh--tante Sherlly maksudnya."

"Jangan sok akrab dengan keluarga gue. Pergi dengan kaki lo sendiri atau gue panggil satpam untuk buang sampah kaya lo?"

Ara menghela nafasnya "Sean, kamu harus dengerin dulu penjelasanku. Aku--,"

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang