16. Perhatian kecil

729 58 0
                                    

Setelah baku hantam yang terjadi di.kamar sebelah, Ara dan Citra sedang duduk melas di atas ranjang.

"Pindah aja sih,"keluh Citra berulang kali. Ara mengangguk mengiyakan. Ini bener-bener hotel ter freak yang pernah ada. Bagaimana mungkin orang asing mampu membobol password kamar hotel.

"Nangung Yang, besok juga kita udah pulang,"jawab Randy menyeruput kopinya. Ia duduk di sebelah Ara.

"Terus maksud lo, nunggu kita kehilangan perawan baru lo pindahin?"ketus Ara.

"Ya paling tidak kalian gak perawan di tangan kita--aw, iya Ra, ampun, hiss sakit anjuu,"ringis Randy saat Ara meninju lengannya.

"Goblok!"

"Lagian parno banget sih yailah, kita gak mungkin ngerusak kalian, secara kita sayang eh, gue sayang Citra maksdunya."

"Gue masih punya duit buat pindah hotel, Sean ayolah. Lu diem mulu, nafas lu bau?"ketus Ara. Sean tetap tidak bergeming. Ponsel lebih penting dari suara Ara.

"Berisik."

"Telinga lu bermasalah? Ini gak berisik tapi lagi berdiskusi."

Sean berjalan ke kasur yang kosong. Ia memilih merebahkan tubuhnya. Kantuk yang sempat tertunda ingin ia tuntaskan segera.

"Gue juga ngantuk,"lirih Citra.

"Apa? Lo mau ikutan ngantuk?" Sergap Ara menatap horor Randy.

"Hehe, ayang beb gue bocan, so you know what i mean babeh,"ujar Randy menyimpan gelasnya.

"Mesum, laknat."

Ara membiarkan mereka bertiga. Lebih baik ia mandi. Membuang segala hal yang mengganjal hatinya. Ia bersyukur Sean dan Randy datang tepat waktu tapi tetap saja hotel ini tidak aman untuk di huni. Ara mencoba maklum, mungkin saja duit Sean lagi tidak ada untuk membooking hotel mahal. Lagian gaya-gaya'an nolak uang Ara.

Ara keluar dengan handuk di kepalanya. Ia menatap malas Citra dan Randy yang sudah tertidur di ranjang yang sama. Tidak usah salah paham, meski pun Randy tidak punya otak tapi dia punya hati. Terlihat dari caranya menjaga Citra. Randy--Ara rasa ia pria yang mampu mengesampingkan nafsunya. Sudah berapa kali mereka terjebak di ranjang yang sama tapi ia tetap membuat batasan. Tidak pernah macam-macam, hanya satu macam, meluk tubuh Citra.

Ya--bodoh amatlah. Toh mereka berdua sudah dewasa. Tau mana batasan wajar dan tidak wajar untuk di lakukan.

Ara kembali menatap malas Sean yang tidur bak kapal pecah. Ia berada di tengah ranjang. Bagaimana bisa Ara tidur jika kasur di kuasai oleh Sean Tan. Ara menjemur handuk di tepi sofa. Ia pun mengantuk. Ditambah kesegaran yang ia dapatkan dari kamar mandi membuatnya semakin ingin masuk ke ruang mimpi.

Ara merapihkan bantal kecil, tidak peduli keadaan rambutnya yang basah. Ia mulai menutup pelan matanya. Lambat laun ia hanyut ke lautan mimpi.

***
"Bangunin Ara yailah,"ketus Randy. Sean tetap menggeleng, membiarkan Ara terus dalam dekapannya. Wajah pulas Ara membuat Sean tidak tega untuk meganggunya.

Lo cantik kalau gak berisik,batin Sean berbicara.

"Yaudah, gue sama Citra yang pergi!"

"Iya, hati-hati,"jawab Sean sepelan mungkin.

"Jangan buat ponakan dulu Yan, gue gak mau di langkahin!"

"Bangsat, pergi!" Sean mengeram.  Citra menggeleng "Gue titip Ara. Dia masih suci, jangan lempar ke dosa."

"Best couple!"ketus Sean. Randy cekikikan dan memutuskan untuk meninggalkan Ara dan Sean. Malam ini Randy ingin kencan tanpa harus di ganggu dua makhluk yang sedang berpelukan itu.

****

Ara menggeliat. Kini posisinya bertukar. Ara bangun dan Sean tertidur. Ara shock, posisinya sangat dekat dengan Sean. Seingatnya ia tertidur di sofa dan berkahir di dada bidang Sean.

"Yan?"lirih Ara. Sean mengerjap, alisnya bertaut seakan bertanya ada apa.

"Laper."

Sean menarik sudut bibirnya.
"Ya makan!"

Tai, mending lo tidur  deh Yan, lebih manis dari pada bangun gini,batin Ara.

"Makan sih makan, lepasin juga kali,"sindir Ara. Sean seolah sadar melepaskan tubuhnya menjauh dari Ara.

"Ngapain lo nempel kaya koala?"

"Dih, situ yang meluk, situ yang nuduh!" Ara tidak mau kalah.

"Lah, lu yang tiba-tiba tidur disini."

"Loh emang iya? Perasaan gue tidur di sofa dan gak mungkin gue ngelindur." Ara ingat, ia meletakkan handuk lalu tidur di sofa. Ara tidak mungkin berpindah dengan mata terpejam.

"Lu datang, ngelendot-ngelendot, nempel di dada gue kaya koala, bukan gue."

Sean berlalu. Setelah itu terdengar suara kran air. Ara tersenyum.

"Sean-Sean, lo kira gue gak ngerasa ada yang gendong gue? Lo sayang gue tapi gengsi nutupin segalanya,"Ara bergumam.

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang