Sudah sejam mereka tiba di Singapura. Sebenarnya saat ini Sea berniat untuk mencari Ara meski terdengar mustahil. Ia harus bergerak cepat sebelum Sean jatuh pada pelukan Laura.
"Sea?"
"Ada apa bang?"ujar Sea mengibaskan kakinya dikolam berenang hotel.
"Boleh abang nanya?"
"Apaan sih? Nanya ya nanya apa? Ada apa bang?"
Sean menghembuskan nafasnya "Kenapa kamu membenci Laura?"
"Sea gak benci cuma gak suka aja."
"Kenapa?"
"Ya gak tau, gak suka aja. Kenapa bahas dia sih?"
"Beri abang alasan untuk memaklumi ketidaksukaan kamu. Laura udah hadir setahun belakangan ini dalam hidup abang dan itu membuat abang terbiasa. Abang gak bisa mendadak benci Laura hanya karna kamu tidak suka dengan dia tanpa alasan."
Sea menghela nafas panjangnya. Ia memilih menidurkan kepalanya di paha Sean. Memejamkan matanya,mencoba membuka luka lama.
"Calvin kamu beneran gak bisa nunda kepergianmu? Besok aku ulangtahun loh."
"Maaf Sea. Aku gak bisa. Sedang urgent di Belanda. Maafin aku, aku pasti menghubungimu nanti."
"Yasudah. Hati-hati."
Sea murung sejak saat itu. Dan ditambah tidak ada ucapan selamat dari Calvin yang statusnya masih menjadi sepasang kekasih.
"Jangan cemberut!"
"Kak Rey, Calvin kemana ya?"
"Ya mana kakak tau!"
"Kenapa gak tau? Calvin kan sepupu kak Rey."
"Besok mau ikut ke Belanda? Sekalian nyari Calvin. Kak Rey juga mau ketemu sama pacar kak Rey. Mau buat supriese."
"Kak Rey beneran punya pacar? Awww--"ringis Sea.
"Sakit tau."
Sea mencebikkan bibirnya "Mau ikut atau tinggal?"
"Ongkos pesawat dari kak Rey kan?"kekeh Sea.
"Papa mu udah bangkrut?"
"Yahh--kak Rey kan tau rempongnya pamitan ke mama."
"Yaudah tapi kuanggap hutang."
"Dasar calon dokter pelit."
Saat itu Sea memang sudah menjalin hubungan dengan Calvin. Di mulai dari pertemuan yang tidak sengaja saat ia masih SMA. Diam-diam Sea menjalin hubungan jarak jauh dan Calvin lah alasannya untuk melanjutkan study di Singapura.
Dari Calvin pula ia mengenal Rey. Kakak tingkat yang tak lama lagi menyandang status dokter muda. Sudah pintar, kaya juga dan jangan lupa dengan ketampanan Rey.
Saat yang bersama Rey dan Sea mengalami patah yang sama.
"Laura--"ujar Rey menatap nanar tubuh yang sedang berpelukan tanpa busana ini.
"Kenapa nangis? Abang mau kamu cerita, bukan nangis,"ujar Sean menepuk pipi Sea.
"Laura mungkin gak kenal Sea. Tapi Sea kenal Laura lebih dari yang bang Sean tau. Laura izini abang untuk buka hati dan lupain kak Ara tapi jangan jatuh cinta dengan Laura. Percaya sama Sea, Laura itu jahat. Dia enggak sebaik yang abang kira. Dia gak semanja yang abang lihat. Dia licik!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara dan Sean
Romance(END) Bertemu dengan Sean yang notabenenya jutek, aneh, tidak bisa di tebak, kadang manis buat diabetes tapi tetap datar dan kalau bicara pedas--ngalahin sambalado masakan emak. Ara si wanita pecicilan, petakilan dengan suara toa-nya tidak pernah me...