46. Luara versus Dita

646 44 0
                                    

Sudah dua minggu Ara tidak lagi menunjukkan dirinya. Selama itu pula Dita rutin untuk mengantar makan siang kepada Sean.

Sejak pertemuan Randy dengan Ara di kafe, Randy memutuskan untuk memaafkan Ara. Terbukti dengan sehari setelah kejadian itu Randy menghubungi Ara hanya untuk mengatakan bahwa ia dipihaknya.

Ara sengaja tidak memberi alamat rumah Pak Parjo dan Bu Mirna kepada teman-temannya. Citra dan Sea pun memakluminya.

Lagi pula, Ara butuh waktu tenang. Waktu untuk dirinya sendiri. Nanti setelah ia kembali pulih dan menjadi lebih kuat lagi, maka disana perang akan dimulai.

"Sean? Ini makanan buat kamu."

"Makasih Dit. Tapi aku ada meeting setelah ini, mungkin akan kumakan selesai meeting."

"Oh gitu. Yaudah gapapa."

"Hello Sean,"pekik Laura yang baru saja pulang dari London.

Laura menatap sengit Dita "Kamu siapa?"

"Enghh--, aku Dita." Dita tersenyum.

"Siapa Sean?"

"Temen kuliah."

"Ada apa,Lau?"tanya Sean.

"Lo bisa keluar,"ujar Laura sinis.

"Laura,"tegur Sean.

"Ya kan aku mau ngomong privat sama kamu."

"Yaudah, aku pamit. Jangan lupa dimakan ya,Yan."

"Hati-hati,"ujar Sean datar.

"Dia siapa kamu?"

"Bukannya dia udah jawab?"

"Ya aku butuh jawaban dari kamu."

"Dia temen kuliahku Lau."

"Sean? Jangan mentang-mentang gue udah bilang kalau gue gak ada rasa sama lo terus lo mau pepet cewek lain ya!"

"Lo itu belum sembuh Sean. Jangan sok-sok an deh mau buka hati baru."

"Apaan sih,Lau. Gue gak ngerti."

"Itu Dita yang bareng sama lo di Sukabumi kan?"

"Kita ketemu gak sengaja,"ujar Sean jengah.

"Bodoh amat. Pokoknya gue gak suka ya lo deket-deket sama cewek lain."

"Dia temen gue astaga. Lebih baik lo keluar, gue mau meeting."

"Mau sampai kapan lo ngindarin Ara?"

Sean bungkam. Entah mengapa saat Sean pusing memikirkan Ara yang kembali hidup, Laura malah menjadi tujuannya untuk bercerita.

Disana Laura pun terbuka dengan apa yang terjadi padanya. Laura hanya ingin mengisi seorang penganti pria yang amat ia cintai.

Cerita Laura juga cukup rumit. Namun Sean memilih lebih aktif untuk menjadi pendengar.

"Mending lo pulang dari pada lo gue tendang!"

Laura terkekeh, andai dari dulu ia mendekati Sean karna murni untuk berteman mungkin mereka lebih mudah untuk akrabnya. Lihatlah, Sean bahkan sangat berani melucu dengan Laura.

"Mau dong di tendang hahaha."

Laura terkikik dan Sean menyatakan bahwa wanita didepannya ini gila.

"Jadi lo beneran gak ada perasaan apa-apa kan sama Dita?"

"Bisa di pertimbangkan,"ujar Sean ambigu.

Laura melongo "Eh kambeng. Gak ada yaa. Awas aja!"

"Lo kenapa kaya Sea gak suka dia?"

"Diem deh lo. Lo mah gak bakal bisa liat sisi negatifnya tuh perempuan."

"Terus lo positif gitu?"

"Maybe."

"Udah ah, batu lo mah. Mending gue hangout berburu diskon'an."

"Dari tadi kek,"ujar Sean malas.

"Yaudah makananya dari Dita mending lo kasih ke OB, nih gue bawain yang lebih mahal."

"Serah lo. Lo mau ngoceh disini atau pergi?"

"Iya ih bawel lo."

Laura pergi dan tak lupa ia mengusir Dita. Ia mengatakan bahwa Sean sangat sibuk dan sebagai wanita,Dita tidak boleh menganggunya.

"Emang lo siapa Sean?"

"Gue calon tunangannya Sean?"ujar Laura bersedakap dada.

"Lo pinter ngarang, kerja di agency penerbitan sono."

"Udah deh, Dita. Cewek model yang sering kena skandal kaya lo mending jauh-jauh dari hidup Sean."

"Jaga ya mulut lo!"

Dita mulai terpancing emosi. Ia menunjuk jarinya didepan mata Laura.

"Woy setan!"bentak Laura membuang kasar tangan Dita.

"Jauhin tangan laknat lo!"

"Dan denger ini baik-baik! Lo gak bakal bisa menangin hati Sean. Setelah lo permalukan Sean dengan menolak dia di tengah lapangan hanya karna dia make motor butut ke kampus dan sekarang setelah dia berdiri sukses lo datang dengan rasa tidak bersalah?"

"Gila ya. Gaji dengan cara berpakaian sexy masih kurang apa?"

"Noh dikantor bokap gue lagi nyari OB, ngelamar aja, gue bakal jamin lo di terima!"

Dita mengeram marah. Tangannya terkepal kuat. Laura tersenyum sinis melewati Dita yang berdecak kesal.

"Tunggu Laura,"panggil Dita memberhentikan pergerakan Laura.

"Kita bisa bersaing secara sehat."

Laura tertawa sinis.

"Hahah lo ngajak gue bersaing?"

"Demi what?"

"Hahahah."

"Ngaca!"

"Kenapa lo takut?"tanya Dita.

"Hahah gue bukan saingan lo. Saingan lo adalah orang yang masih di hati Sean sampai detik ini."

"Cewek yang ada di hati Sean tidak perlu bersaing dengan lo karna sejatinya Sean hanya untuk dia."

"Siapa?"

"Kepo lo kutil kuda,"kekeh Laura.

"Gini deh. Dari pada lo sakit terlalu dalam, mending dari sekarang lo mundur alon-alon. "

"Lo hanya akan ngabisin waktu lo dengan memperjuangkan orang yang gak pernah ngeliat lo."

"Gue udah ingetin sejauh ini. Kalau lo masih mau melangkah, silahlan untuk patah kesekian kalinya."

Dita terdiam. Siapa wantita yang Laura maksud. Dita tidak mengetahui kehidupan Sean setelah mereka lulus kuliah.



Holla
Karna part ini cuma 760 kata, maka aku bonusin dua chapter hari ini. Jangan lupa vote dan komentnya yaa.

See you💕



Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang