50. Berdamai

863 57 0
                                    

"Kamu kenapa sih,Yang? Senyum-senyum sedari tadi?"

"Bayangin kotor nih,"ledek Sea.

"Yeee, kutil komodo."

"Lu upil dinasaurus."

Ara tidak ikut nimbrung. Ia sibuk memikirkan mungkinkah Sean membuka vidio yang ia beri atau malah membuangnya. Dibiarkan Randy dan Sea berdebat di belakang.

"Minggu depan kita otw Paris,Yang."

"Kamu waras kan?"tanya Citra mensiniskan bibirnya.

"Hahahah."

Sea tertawa. Terbahan hingga menepuk pahanya sendiri.

"Gilak,"ujar Sea.

"Enggak aku serius. Minggu depan kita berangkat,"ucap Randy penuh angkuh.

"Mending duitnya ditabung buat resepsi. Kamu niat nikahi aku gak sih?"

"Atuh sayang tenang aja. Liburan kali ini gak bakal nyentuh tabunganku."

"Loh, kok bisa?"tanya Sea dan Citra berbarengan.

"Yee kutil, kepo amat lu,"ujar Randy menjitak kepala Sea. Sea berdesis hingga mencubit paha Randy.

"Jangan bilang bang Randy jual narkoba."

Sea menunjuk wajah Randy dengan jari telunjuknya.

"Sekali lagi lu ngomong ngaco, gue buang lo di tol ni yee."

"Ughhh tatut,"ledek Sea. Randy mendengus.

"Ra? Are you okay?"tanya Citra.

"I'm fine,Cit."

"Nimbrung dong Ra, lu liat tuh, dua manusia idiot ini sibuk aja adu bacot,"ujar Citra.

"Gue ngantuk,Cit. Maaf ya, gue tidur dulu. Nanti bangunin."

"Hem. Iya deh, lu tidur aja dulu. Gapapa kok,"ujar Citra maklum.

Tidak ada lagi yang berbicara. Keadaan jalan pun cukup macet. Sea pun sama. Ia memilih menutup ponselnya. Sedangkan Citra menenggelamkan kepalanya di pundak Randy.

Ara yang duduk didepan bersama supir pun sebenarnya tidak tidur. Ia hanya memejamkan matanya. Tanpa sadar air matanya menetes lagi. Sengaja ia tidak bergerak, ia tidak mau tiga makhluk di belakang ini khawatir padanya.

Dilain mobil namun tetap dijalan yang sama. Tampak mobil Sean seperti mobil seorang presiden. Terdapat dua motor polisi yang bertugas untuk membuka jalan padanya. Beginilah enaknya menjadi orang kaya.

Didalam mobil Sean tampak gusar. Berulang kali ia memerintahkan supirnya untuk lebih mempercepat laju mobilnya.

"Shittt,"ujar Sean. Jam sudah menunjukkan pukul empat kurang lima. Dan sudah di jamin Ara sudah didalam. Sean berlari bak orang gila, namun ia di tahan dengan petugas Bandara.

"Tiketnya mana,Pak?"

Sean mencoba untuk sabar.

"Saya sedang tidak pergi. Saya ingin mencari seseorang. Tolong,Pak."

"Saya Sean. Ini kartu nama saya."

"Tapi pak tetap tidak bisa."

"Tapi ini penting. Saya tidak akan membuat keributan,"paksa Sean ingin tetap masuk.

"Ada apa ini?"ujar seorang petugas dari dalam.

"Loh pak Sean,"katanya lagi. Petugas yang baru datang itu terlihat shock. Bagaimana mungkin seorang CEO yang bahkan menanam saham di bandara ini datang dengan tampang yang tidak dikenali. Wajah babak belur, baju awut-awutan, dan dasi berantakan.

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang