36. Sean bertemu Ara

686 46 0
                                    

"Sean--?"

"Lu pembohong yang manis.*

Sean berdecih, dadanya sesak seakan ingin meledak "Alangkah lebih baiknya lu beneran mati."

Jleb.

"Abang!"pekik Sea.

Ara menangis semakin keras. Ia merasakan hatinya di tikam oleh bambu runcing.

"Abang jangan ngomong gitu."

"Dan kamu Sea? Kamu sudah tau semuanya dan kamu memilih diam? Ini arti dari pertanyaan pengandaian jika wanita di sebelahmu itu hidup? Dan baiklah, akan saya jawab bahwa saya tidak lagi menginginkan pembohong besar sepertinya."

Sea menggeleng. Tidak, Sean tidak boleh membenci Ara. Ia harus tau alasannya.

"Pulang atau kau kutinggal?"

Sea merasakan aura abangnya yang jauh dari kata biasa. Apa tadi? Kau? Saya? Sea benar-benar berada di zona tidak memungkinkan. Sean berjalan dengan nafas yang memburu.

"Kak Ara jangan masukin hati. Abang hanya belum tau alasan kak Ara melakukan ini. Kak Ara? Sea janji, akan selalu ada untuk kak Ara. Kak Ara semangat. Sea bakal datang ngunjungin."

Sea memeluk Ara kuat, entah bagaimana ia bisa langsung jatuh cinta pada wanita ini. Tolong jangan salah paham, Sea masih normal.

"Sea? Jangan paksa Sean menerima semuanya. Biarkan dia membenciku, ini hukuman untukku."

"Enggak kak. Kakak tau abang sedang pdkt sama cewek Belanda yang waw tapi sayang Sea gak suka,"ujar Sea. Tolong ingatkan pada Citra untuk memukul kepala Sea yang masih sempat-sempatnya mengompori Ara. Untuk apa Sea memberitahu semuanya, ini bukanlah saat yang tepat untuk mengungkapkannya.

"Sea? Yas kenapa?"

"Lelet lu bang kaya keong. Nih bawak kak Ara pulang."

"Ha?" Rey melongo "Gak usah mau akting, gak cocok, lu jadi dokter aja udah jangan sok-sok an mau ke entertainment. Yas Yas Yas, lu kata gue gak tau,"ketus Sea.

Rey meminta penjelasan pada Ara dan Ara mengangguk. Ia bernafas lega.

"Bang? Aku mau ke bang Sean dulu. Nanti kalau bang Sean pulang malam ini, dan Ara gak mau pulang, abang mau kan bayarin tiket Ara ke Indonesia?"kekeh Sea.

Rey mendelik.

Cup

Sea mencium pipi Rey, ingin rasanya ia membacok wanita lancang itu.

"Bye,"pekik Ara sebelum ia lari untuk menghindari amukan Rey.

"SEAAAAAA!"teriak Rey.

"Bhuahahhahah." Tawa Ara pecah, sungguh lucu wajah Rey saat ini.

"Anak itu gak berubah!"

"Dia lucu bang,"kekeh Ara. Rey mendengus, ia menenangkan pikirannya.

"Kamu gapapa ?" Ara mengangguk.

"Jadi dia Seanmu?" Lagi, Ara mengangguk.

Rey memilih mengatupkan mulutnya. Ia tak ingin kembali bertanya. Sampai tiba mereka di apartemen mereka tetap sibuk dengan pikirannya.

"Janji jangan kasih tau kak Iris ya bang Rey, please,"ujar Ara memohon.

Namun nasib baik tidak memihaknya karna Iris sudah mendengar semuanya. Dan siap-siap lah Ara masuk ke kamar yang akan berubah menjadi meja sidang. Ara akan kembali membuka luka lamanya. Dan Iris akan kembali sakit kepala memikirkan jalan keluar yang sudah dua tahun tak pernah ia temui.

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang