Sudah sebulan penuh Ara bertugas menjadi sekretaris Sean. Namun tidak ada yang berubah dari hubungan mereka. Bahkan untuk berbincang pun bisa di hitung menggunakan jari.
Ara tidak pernah mendapat celah untuk menjelaskan apa yang terjadi. Dita selalu hadir ditengah jam makan siang. Bahkan ketika meeting dilakukan di luar kota pun, Dita akan selalu ikut. Hal itu membuat Ara semakin sulit untuk berbicara dari hati ke hati.
Hampir dua bulan dari hal yang di janjikan Iris. Ia tak berkunjung ke Indonesia. Meski pun Ara sudah menunjukkan bentuk amarahnya namun tetap saja Iris selalu bisa meluluhkan hatinya.
Berulang kali Sea dan Citra menyemangatinya. Begitu pun dengan Clara. Berulang kali pula Randy menawarkan diri untuk menjelaskan pada Sean apa yang terjadi namun Ara selalu mencegahnya. Ara tetap ngotot bahwa Sean hanya berhak tau dari dirinya.
Dan hari ini. Ara kembali menyerah. Mungkin sudah cukup untuk mendapatkan jawaban dari apa yang ia terka. Yakni;Sean sudah tak lagi mencintainya.
"Mungkin kakak harus berbuat nekat deh."
"Maksudnya?"tanya Ara.
"Mungkin terdengar seperti murahan , tapi bisa di coba. Kakak peluk abang dan jelasin."
Ara masih mengingat saran terkahir dari ratusan saran yang mereka suguhkan. Clara pernah memberinya masukan dengan membuat Sean cemburu. Berpura-pura dekat dengan pria suruhan Clara. Namun Ara sangat menentang saran bodoh itu.
"Pak? Saya ingin bicara."
"Silahkan."
"Tapi berdua. Bisa gak Bu Dita tinggalin saya dengan pak Sean?"
Kali ini Ara harus memberanikan dirinya.
"Siapa kamu yang berani atur saya?"ujar Sean.
"Sean, please."
"Your language." Sean menatap tajam Ara.
"Untuk hari ini aja,"mohon Ara.
"Kalau kamu mau bicara, bicara saja. Saya tidak akan menganggu,"ujar Dita.
"Setelah saya bicara, saya akan pergi dan tidak akan menganggu kalian lagi,"kata Ara.
Dita menatap Sean dan dengan anggukan kecil Sean menyuruh Dita untuk keluar.
Ara mengatur nafasnya yang sudah tidak beraturan."Setiap kali aku ingin berbicara, ada rasa takut yang kurasa."
"Bicaralah dengan sopan. Saya atasanmu,"ujar Sean.
"Tapi aku disini tidak sedang datang sebagai bawahan. Aku datang untuk menjelaskan kesalahpahaman."
"Tidak ada lagi yang harus kita bahas,"ujar Sean.
"Kamu benar. Tidak ada lagi yang layak untuk kita perbincangkan. Untuk itu saya tidak akan berbincang lagi."
"Saya ingin mengundurkan diri."
Suasana mencekam memeluk dua insan yang sibuk dengan isi dari pikirannya.
"Saya akan kembali ke Singapur sebab saya sudah kehilangan alasan untuk tetap tinggal di Indonesia."
"Ah iya, kamu tentu tidak akan peduli dengan alasanku,"ucap Ara dengan cepat.
"Ini."
Ara menyodorkan flashdisk bewarna orens didepan Sean.
"Setidaknya jika kamu benci dengan suaraku, penjelasanku, benci dengan menatapku, kamu boleh buka ini."
"Aku pamit ya. Semoga bahagia."
KAMU SEDANG MEMBACA
Ara dan Sean
Romance(END) Bertemu dengan Sean yang notabenenya jutek, aneh, tidak bisa di tebak, kadang manis buat diabetes tapi tetap datar dan kalau bicara pedas--ngalahin sambalado masakan emak. Ara si wanita pecicilan, petakilan dengan suara toa-nya tidak pernah me...