7.Jatuh hati.

840 98 16
                                    

Terimakasih untuk dukungan kalian.

6 hari, aku mendapatkan 112 viewers. Mungkin ini masih biasa aja tapi menurutku ini cukup menjadi perjalanan panjang cerita ini.

Dan aku minta tolong untuk pembaca goib ku, tekan juga tombol vote di pojok kiri. Bentuk bintang, vote kuanggap sebuah apresiasi. Semua orang butuh apresiasi bukan? Nah, aku pun butuh untuk menunjang cerita ini lebih jauh.

Dan yang sudah vote bahkan rajin koment, aku mencintai kalian 😭🌹

***

Ara terbangun dengan posisi yang sama, hanya saja tubuhnya di balut selimut merah. Ara menatap wajah damai Sean, dadanya bergemuruh.

"Sean?"panggil Ara, Sean menggeliat.

"Tangan lo gak pegal?" Sean hanya menggeleng,mengeratkan pelukannya.

"Badan lo dingin banget Cil,"serak Sean khas bangun tidur.

"Gue memang gini."

"Lo meriang?"tanyanya masih dengan mata yang terpejam.

"Enggak."

"Badan lo aneh, hangat banget padahal cuaca lagi dingin,"ujar Ara menempelkan telapak tangannya di tubuh Sean.

"Ini namanya normal, artinya gue bernyawa."

"Maksud lo gue udah meninggal gitu?"

"Lo yang bilang ya."

"Yaudah, lepasin gue mau mandi."

"Biarin gini dulu."

"Oke, tapi bagi hotspot,"ngotot Ara.

"Pakai aja, dari semalam udah gue nyalain."

Ara menyambar ponselnya, puluhan pesan dari Iris memenuhi handphonenya. Ara menepuk jidat dan bergegas duduk tanpa memperdulikan Sean. Ia mendial nomor Iris.

"Halo kak."

"Jelasin,"hardik Iris.

"Sinyal susah kak sumpah, ini aja minjem hotspot Sean, kakak tau kan kartuku Indosat."

"Tidur berdua?" Ara meringis, "eng-gak kak,"gagu Ara.

Sean membuka matanya "kalau gitu VC kakak!"titah Iris.

"Ara mau mandi dulu, nanti Ara vc, bye kak Iris."

"Take care of your feelings Ara, falling in love isn't that simple."

Bippp

Ara membeku, apakah ia sudah jatuh hati pada Sean? Rasa bersalah menjalari hatinya, ia sudah membohongi kakaknya.

Ara bergegas, membuka gorden, mempersilahkan cahaya menyelinap di ventilasi ruangan ini.

Ara kembali dengan celana pendek peachnya, jam masih menunjukkan pukul setengah tujuh pagi. Sean meringkuk sembari memeluk guling, Ara rasa ia pun kedinginan tapi anehnya badannya tetap hangat.

Ara menepuk pelan lengan Sean, berharap pria ini segera bangun dan mandi, sebab lapar sudah menerjang perut mungilnya.

"Sean? Ayo cari makan."

"Sean?"rengek Ara.

Ara beranjak ke atas kasur, memakai segala kebutuhan yang wanita sering gunakan, mengoles bodylotioan, menyemprot facemist, menabur bedak dan mepoles sedikit lipstik peach ke bibir ranumnya.

Ara menyisir rambutnya, Sean beranjak duduk. Ara diam, di biarkan Sean mengumpulkan nyawanya. Tak lama, Sean kembali menidurkan kepalanya di paha Ara.

"Berat bego,"ketus Ara. Sean tidak menggubris.

"Sean? Gue tempelin lipstik nih bibir lo ya!"ancam Ara.

Sean malah mengkaitkan tangannya di pinggang ramping Ara, dan menyembunyikan wajahnya di perut Ara.

Ara membuka lipstiknya sembari menahan tawa, di bukannya lipstik mate bewarna merah itu dan di arahkan ke wajah Sean.

Sean membuka matanya bulat sempurna, persis dengan film horor Indonesia dengan adegan kepala hantu memenuhi layar.

"Jangan macem-macem lo,"peringatan Sean.

Ara tidak memperdulikannya, ia mendekatkan lipstik itu ke bibir Sean, Sean menggeleng-geleng.

"Bocil.."pekik Sean kala satu coretan lipstik mengenai pipinya.

"Bhuahahahah, cakep bener Hahahah lucu." Ara tertawa. Ara kembali ingin menyerang Sean, bukannya menyerang ia malah di serang.

"Geli Sean, sumpah, Bhuahahah, geli ih, udahan, aduh, hahaha Sean,"ringis Ara di tengah tawanya. Sean tanpa ampun menggelitik perut Ara--salah satu kelemahannya.

"A-mpun, Sean, hahahha," tawa Ara menggelegar dengan tubuh yang mirip cacing kepanasan.

"Rasakan, hahahah,"kekeh Sean tak kalah lebar.

Wajah Ara memucat, ia benar-benar lemas, geli yang menggelitik hampir membuatnya ingin mati.

"Hiks, Sean, be-naran, lepasin, gue udah lem--as,"tatih Ara.

Sean menurutinya, menyunggingkan senyum devil "lemah lo,"ledek Sean sembari duduk.

Ara bangun, di tatapnya punggung Sean. Ia tersenyum licik, mengulum senyumnya.

"Lepasin Cil,"hardik Sean. Tak memperdulikan ancaman Sean, Ara terus menggelitiki punggung Sean. Seakan tidak takut dengan murkanya.

Sean sudah terkapar, Ara terus menyerangnya tanpa ampun. Dengan kekuatan penuh, Sean membalikkan tubuh Ara. Kini tangannya menopang agar tubuh Sean tidak menindih Ara. Sean tersenyum licik kala wajah Ara berubah menjadi merah padam.

"Se--an,lo mau apa?"gagu Ara.

Sean menikmati ketakutan yang terpampang di wajah Ara.

"Lo mau ap--a,"lirih Ara. Sean semakin mendekatkan wajahnya ke muka Ara "Sean? Jangan main-main!"

Dengan gerakan bak slow motion, Ara membayangkan Sean akan menciumnya. "Lo mau apa bego?"

"Buat anak!" Sean berdiri dan berlalu ke kamar mandi. Ara mengatur detak jantungnya.

"Bisa gagal jantung lama-lama gue," ucap Ara memegang dadanya. Ini benar-benar gila, Ara benar-benar sudah jatuh pada pesona Sean.

Udah klik tombol vote? Beneran udah? Coba chek lagi.

Huaaa, kalian pernah di posisi Ara? Wajar gak sih si Ara BAPER? Ya wajar lah ya, cewek kan kelemahannya di.manisin begitu. Sean memang kampret.

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang