55. Supriese

943 54 2
                                    

Mata Ara tertuju pada layar LD berwarna biru. Entah dari mana asalnya. Ia menatap wajah Sean disana.

Sean tersenyum cukup lama. Senyum yang mampu menyihir Ara. Tiba-tiba Ara sadar ketika Sean mulai memetik senar gitarnya.

Di ujung cerita ini
Di ujung kegelisahanmu
Kupandang tajam bola matamu
Cantik dengarkanlah aku

Ara tersenyum mendengar suara merdu Sean. Pria ini tidak pernah bernyanyi bahkan Ara tidak pernah membayangkan Sean--si pria dingin itu bisa bernyanyi.

Aku tak setampan Don Juan
Tak ada yang lebih dari cintaku
Tapi saat ini kutak ragu
Kusungguh memintamu

Ara semakin melebarkan senyumnya  seakan ia sedang membalas senyum Sean di layar proyektor itu. Tak lupa air mata Ara ikut merasakan bahagia yang hatinya rasakan.

Jadilah pasangan hidupku
Jadilah ibu dari anak-anakku
Membuka mata dan tertidur di sampingku

Ara menutup mulutnya. Apakah ini sebuah lamaran? Badannya bergetar hebat menahan isak yang tak mau ia keluarkan.

Ara kembali menatap wajah kesungguhan Sean. Bola mata Sean di vidio ini seperti tercipta untuk menatap netra Ara.

"Aku tak main-main."

Ara menoleh kebelakang, mencari suara yang sudah tidak lagi berasal dari proyektor. Sean berjalan dengan mic ditangan kanannya dan bunga di tangan kirinya. Lampu sorot mengikuti arah langkah Sean.

"Seperti lelaki yang lain,"lanjut Sean semakin mendekat. Ara berdiri dengan lunglai. Ia menangis sejadi-jadinya. Ia bahagia bahkan sangat.

"Satu yang kutahu--,"

Sean menjeda lagunya. Seakan musik berkompromi untuk diam.

"Kuingin melamarmu." Sean memberi Ara bunga. Ara tersenyum bahkan lebih terlihat seperti tertawa. Tapi matanya tidak ikut jenaka. Sedari tadi ia menangis,terlalu bahagia dengan apa yang Sean lakukan.

"Ara,malam ini aku ingin kita putus."

Deg

Bunga yang sudah sempurna Ara pegang jatuh begitu saja. Wajah Ara shock. Tubuhnya menegang. Mulut Ara terbuka sedikit.

"Aku ingin kita putus menjadi sepasang kekasih karna aku ingin menjadi sepasang suami istri."

Helaan lega keluar dari bibir Ara sebelum dirinya berhambur ke pelukan Sean. Ia memukul pelan punggung Sean. Meracu dengan tidak jelas. Tidak lama setelah adegan pelukan, lampu taman menyala.

Ara melepaskan pelukan dari tubuh Sean. Ia kembali menatap wajah tampan Sean yang sedang memakai kemeja biru tua yang senada dengan jasnya.

"Kamu belum terima jawaban aku,"ujar Sean mengudarakan tangannya ke wajah Ara. Ia menghapus air mata Ara yang masih basah.

"Ini kamu lamar aku make bunga doang?"kekeh Ara. Sean mengaduk tekuk lehernya yang tidak gatal.

"Jadi kamu gak nerima?"

"Kamu kurang romantis."

"Astaga Ara. Aku udah persiapin ini dan kamu bilang kurang romantis?"

"Tolong ya jangan rusak suasana."

Ara terkekeh. Sebenarnya ini banyak akal-akalan Ara untuk menghilangkan rasa malu dalam dirinya. Entah mengapa ia menjadi salah tingkah dengan apa yang Sean lakukan.

Sean menggenggam kedua tangan Ara. Ia menciumnya. Lalu pria itu berjongkok dan mengeluarkan sebuah kotak kecil.

"Will you be marry me,Hon?"

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang