27. Janji untuk menerima

562 40 0
                                    

Disinilah Sea dan Sean. Di sebuah gundukan tanah dengan bunga yang masih berwarna. Sean meletakkan buket bunga lily putih yang sengaja ia beli.

"Ra, maaf baru datang dan gak nepatin janji,"Sean mulai bersuara.

"Kamu apa kabar? Hehe." Siapapun yang mendengar pertanyaan ngawur Sean pasti akan merasakan betapa terpukulnya pria ini.

"Aku sehat,Ra. Gak usah khawatir. Aku bawain kamu Lyly nih, katanya Lyly melambangkan kesucian, kesetiaan, cinta dan kebahagiaan."

"Kamu udah bahagia ya disana? Pasti dong ya? Kan udah gak ngerasain sakit lagi. Aku senang kalau kamu bahagia,Ra."

"Halo kak,Ra. Kenalin aku Sea." Sea yang sudah tidak tahan jika harus mendengar ucapan abangnya memilih memotong kalimat Sean.

"Gue kagak lu kenal-kenalin, sibuk sendiri!"ketus Sea saat Sean menatapnya dengan tidak suka.

"Dia adikku,Ra. Mirip kamu--pecicilan, gak bisa diem, hyperaktif, selebo---"

"Cantik, manis, tulus, baik kaya kak Ra juga,"ujar Sea memotong kalimat Sean.

"Sea bawa bunga juga buat kakak. Bunga matahari. Menurut cerita yang Sea denger, kakak itu periang dan orang periang pasti suka dengan hal yang bewarna terang."

"Kak? Main ke mimpi bang Sean ya." Mata Sea mulai berkaca-kaca. Dia sendiri merasa aneh dengan perasaan sesak yang tiba-tiba datang menghujaninya.

"Bang Sean sayang kak Ara, kak Ara juga kan? Main ke mimpi abang dan ingetin dia buat terus melanjutkan hidupnya. Sea sayang banget sama abang, Sea terpukul kalau abang kaya gini hiks--Sea gak niat untuk buat bang Sean lupain kakak kok, trust me kak--kakak akan selalu di hati abang Sea."

Sea menghapus jejak airmatanya. Entah mengapa ia sangat melakoni adegan ini. Sean berjalan ke sisi kanan, ia merengkuh tubuh Sea yang sejak tadi menunduk menahan tangisnya.

"Ra? Aku janji bakal coba untuk terima takdir yang Tuhan tetapkan."

"Abang?"ujar Sea menatap iba Sean, ia memeluk tubuh rapuh itu. Sea tidak bermaksud ingin membuat Sean cepat-cepat lupa dengar sosok di balik makam ini tapi lebih dari itu, Sea pun tidak akan mungkin membiarkan abangnya terlalu lama dalam melakoni sebuah perpisahan.

"Kak Ara pasti cantik. Terimakasih ya kak Ra udah pernah jadi sosok berarti buat abang."

Sea menabur bunga di atas makam. Sean memilih diam.

"Kita doa ya bang." Sean mengangguk.

Tuhan, jika memang ini terjadi karna kehendaMu maka kuatkan hamba. Sesungguhnya hamba hanyalah debu yang tidak akan memiliki pijakan jika tidak denganmu. Jikapun hamba boleh berharap, izinkan hamba kembali di pertemukan pada Ara sekalipun di dimensi yang berbeda. Tempatkan Ara ke sisiMu, ke tempat yang indah, ke tempat yang seharusnya sesusai dengan kebaikannya, hamba ikhlas.

Air mata Sean kembali meluruh. Ia mencium batu nisan yang bertuliskan nama lengkap Ara. Sea mengusap pelan pundak Sean. Ini berat, sangat berat untuk Sean lalui tapi kehidupan harus tetap berlanjut.

"Kak Ra? Kita pamit ya. Kapan-kapan Sea main kesini lagi. Sea sayang kak Ra." Sea tersenyum tulus.

"Kita balik Ra, aku janji bakal lebih sering kesini."

Dengan langkah berat, Sean meninggalkan makam Ara dan tanpa mereka sadari ada siluet yang sedari tadi memperhatikan dengan tatapan yang sulit di artikan.

****
"Good evening epribadehhh,"pekik Sea yang baru saja turun dari motor sport Sean. Ia menggeleng dengan tingkah adikknya.

"Sea kamu itu udah kuliah, tingkah jangan kaya anak SMP. Kamu kira rumah ini hutan apa?"pekik Sherlly berkacak pinggang melihat tingkah bar-bar putrinya.

Ara dan SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang