"Perlahan, aku berharap aku Adalah Alasan mu untuk selalu tetap tersenyum"
Happy reading!!
Weekend.
Setelah Alesya kembali bersekolah, hari ini adalah hari dimana ia dan Ardhi harus menjadi saksi pilu berpisah nya kedua orang tua mereka.
Sungguh Alesya sama sekali tidak ingin menghadiri pengadilan tersebut. Ia tidak ingin melihat kedua orang tuanya bercerai.
Namun kini Alesya sudah cukup dewasa untuk berhak menjadi saksi keputusan Ana dan surya."Alesyaa.. ". Panggil ardhi seraya mengetuk pintu kamar milik Alesya.
Di dalam kamar, Alesya sedang tidak baik baik saja. Ia sedang menangis sejadi jadinya. Ia merengkuh dirinya sendiri saat ini. Alesya mendongak dan melihat ke arah pintu yang tertutup. Alesya menjawab panggilan ardhi.
"Apaa bang"."Ayo buruan, mamah sama abang nunggu di bawah yaa".
Alesya memejamkan matanya merasakan sakit yang begitu dalam. Namun ia berjanji pada dirinya sendiri. Ia tidak boleh terlihat lemah di hadapan siapapun. Terlebih lagi di hadapan Ana surya dan juga Ardhi.
"Iyaa".
Alesya langsung mengambil handuknya dan bergegas mandi.
Setelah cukup membersihkan diri, Alesya memakai kaos putih bertuliskan 'strong' yang di padukan dengan rok levis selutut miliknya. Ia membiarkan rambutnya tergerai.
Alesya menuju cermin untuk melihat pantulan dirinya.
"Sembab lagi". Gumam Alesya setelah melihat matanya yang kini sembab akibat menangis tdi.
Alesya melirik kacamata hitam di meja riasnya dan segera memakaikannya.
Sebelum ia bergegas turun ke bawah, ia menarik nafasnya panjang dan menghembuskannya dengar pasrah.
Ardhi melihat ke arah adik perempuannya itu yang kini sudah siap dengan semuanya.
Ardhi melirik ke arah Ana dan berganti melirik ke arah Alesya.
"Yaudah ayo".
Ardhi menyambar kunci mobil yang tergeletak di meja hadapannya.
Alesya dan ana mengekori Ardhi dari belakang dan memasuki mobil yang terparkir di depan pagar rumahnya.
Ardhi kembali melirik wajah Ana dari kaca mobil. Sebenarnya Ardhi juga siap tidak siap menyaksikan kedua orang tuanya bercerai. Namun karena penjelasan Surya sewaktu di rumah sakit, Ardhi jadi berfikir bahwa ia tidak boleh egois. Ia juga harus memikirkan kebahagiaan keduanya.
Selama di perjalanan, ketiga orang di dalam mobil itu tidak ada yang membuka suara. Keadaan hening saat ini. Alesya menyenderkan kepala dan melihat ke arah jalanan dari jendela kaca mobilnya. Sementara Ardhi tetap fokus menyetir.
Ana yang sedari tadi merasa canggung karena sikap dingin putrinya itu langsung berniat untuk menjelaskannya sekarang pada putrinya.
Ana membenarkan posisi duduknya dan kemudian beralih menatap lembut Alesya. Namun Alesya tetap memandang ke arah luar.
Ana meraih jari jemari Alesya dengan lembut. Tidak ada penolakaan saat ini dari Alesya.
Alesya menoleh dan melihat jari jemarinya yang kini sudah di genggam erat dengan Ana.
Ia menatap parau wajah ana.
Di balik kaca mata hitam yang Alesya pakai saat ini, mata Alesya berkaca kaca menahan tangis.
Hatinya teririrs melihat keadaan yang tidak pernah ia bayangkan sebelumnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/198542317-288-k604122.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alesya-Alvino [Completed]✔️
Novela JuvenilDua remaja yang memiliki sifat sangat berbanding terbalik. Sifat menyebalkan dan sifat dingin akan di persatukan di kisah ini. Karna tidak selama nya es batu akan tetap membeku.