"Sebuah keharusan"
Happy reading!!
❤
-●●●-
Hari ini mungkin Rita tidak akan membuka toko roti nya terlebih dahulu karena masih dalam keadaan berduka.
Bahkan wanita paruh baya itu masih suka menangis jika mengingat tentang Tania.
Rita duduk di bibir kasur sederhana nya sambil memandangi foto Tania. Air mata nya menetes ke foto gadis yang tengah tersenyum itu.
"Maafin mamah. Belum bisa bahagiain kamu Tania..". Ucap Rita dengan suara serak dan air mata yang sudah tidak dapat di tahan.
Rangga mengintip ibu nya dari celah pintu yang terbuka sedikit. Ia melihat iba Rita karena wajah wanita itu benar benar sembap seharian menangisi Tania.
Kemarin siang kondisi Tania tiba tiba tidak terkendali. Gadis itu benar benar tidak sadarkan diri. Bahkan alat alat rumah sakit sudah banyak yang menempel di tubuh nya untuk membantu gadis itu tetap bertahan. Namun takdir berkata Lain. Tuhan benar benar mengambil nyawa Tania siang itu.
Rangga ataupun Rita tidak memberi tahu Alvin dan keluarganya. Mereka berdua tidak berfikir lagi untuk kesana.
Flashback onn.
Setelah Alvin pergi, Rangga langsung memilih kembali ke ruang rawat Tania. Namun, belum sampai ruangan, ia sudah melihat Rita yang tengah menangis di depan ruangan Tania.
Rangga mengerut kan dahi nya dan kemudian berlari menghampiri Rita. Ia tidak perduli ia sudah menabrak beberapa orang saat berlari.
"Kenapa mah? Tania kenapa?". Tanya Rangga dengan raut wajah sangat panik.
Rita tidak menjawab. Ia malah menutup mulut nya sendiri karena lidah sudah terlalu kelu untuk berbicara.
Rangga duduk di samping rita dan membuat tubuh wanita itu menjadi menghadap nya.
"Mah, Tania kenapa?".
Rita menjatuh kan kepala nya menunduk dan menumpah kan air mata nya.
Rangga sudah bingung di sertai cemas yang luar biasa. Ia melihat ke dalam ruangan melalui kaca kecil yang memperlihatkan langsung keadaan di dalam ruangan.
Dapat rangga lihat Tania yang tengah berjuang di bantu dengan dokter dan para perawat.
Rangga membalikkan badan nya dan menatap Rita yang menunduk lemah.
Tubuh Rangga jatuh di dinding dingin rumah sakit ini. Kepala nya di benturkan ke tembok. Air mata nya sudah tidak tertahan.
Setelah beberapa menit, pintu ruangan terbuka. Dokter dan salah satu perawat keluar dengan ekspresi mengecewakan.
"Dok! Gimana adik saya?". Tanya Rangga yang sudah tidak sabar.
Dokter itu menghela napas nya pelan. Ia menatap Rangga dan Rita bergantian. Kepala nya menunduk sebentar sampai akhir nya menyampaikan pernyataan yang menyakit kan untuk Rita dan Rangga.
"Maaf,kami sudah melakukan yang terbaik". Ucap Dokter itu menjeda kalimat nya.
Rangga Dan Rita sudah frustasi dengan ucapan laki laki berjas putih itu.
"Namun tuhan berkehendak lain. Nyawa Tania tidak dapat tertolong". Lanjut Dokter dengan suara memelan di akhir kalimat.
Rita dan Rangga membulat kan mata nya lebar lebar. Rita menggeleng kuat dengan derai air mata yang sudah tumpah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alesya-Alvino [Completed]✔️
Teen FictionDua remaja yang memiliki sifat sangat berbanding terbalik. Sifat menyebalkan dan sifat dingin akan di persatukan di kisah ini. Karna tidak selama nya es batu akan tetap membeku.