Jika menunggu adalah yang terbaik, saya rela melakukan nya..
Happy reading!!
❤
-●●●-
Suara Alarm yang tidak biasa di setel itu berdering panjang membangun kan sang pemilik kamar. Laki laki dengan kaos oblong serta celana pendek di atas selutut menyeringai dan langsung membuka mata nya perlahan.
Ia berdiam sebentar sambil masih merebahkan diri nya di atas kasur hingga kemudian ia menarik tubuh nya untuk duduk.
Sepagi ini,Alvin bangun? Tentu saja. Ia melakukan ini demi Alesya. Demi gadis nya yang tengah berjuang dalam keadaan koma saat ini.
Ia menyibakkan selimut tebal yang bergerumul tidak jelas kemudian pergi ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi, Alvin keluar kamar dan melangkah kan kaki nya ke kamar sarah. Pintu kamar sarah nampak tertutup. Mungkin wanita itu belum bangun.
Alvin mendorong pelan knop pintu kamar sarah. Mata nya celingak celinguk saat sama sekali tidak melihat sosok ibu nya di dalam.
"Mah".
Tidak ada jawaban. Seperti nya kamar Sarah saat ini nampak sepi. Tapi tunggu,Alvin mendengar seperti orang tengah memasak yang tentu nya dari arah dapur.
Dengan segera Alvin menutup kembali pintu kamar Sarah dan beranjak pergi ke dapur.
Dan benar saja, Sarah nampak sedang sibuk dengan beberapa lauk yang ia masak hari ini. Alvin sedikit bingung sampai mengernyit kan dahi nya. Untuk apa sarah masak sebanyak ini dan sepagi ini?.
"Mah".
Sarah yang tengah mengaduk kentang balado yang masih ada di atas wajan itu menoleh ke belakang.
"Eh? Tumben kamu udah bangun vin. Udah mandi lagi".
"Iya mah, mau ke rumah sakit". Jawab Alvin yang di balas senyuman oleh Sarah.
"Mamah ngapain masak banyakan, pagi pagi pulak".
"Mamah mau ke rumah sakit juga sekalian bawain makanan buat Tante Ana, om surya, sama Ardhi".
Alvin mengangguk paham. Ia kemudian beralih ke arah sofa dan menyenderkan bahu nya di sana.
Tiba tiba Alvin teringat dengan penyakit yang di derita Alesya. Kanker hati, Apa obat dari penyakit itu? Ingin sekali rasa nya Alvin yang menciptakan obat khusus untuk Alesya. Tapi tentu saja tidak mungkin. Jangan kan membuat ramuan obat, jika di tanya salah satu nama obat saja ia jarang tahu.
Alvin membuka layar handphone nya. Alvin mengetikkan "kanker hati" di salah satu situs web di handphone nya.
Alvin terus menscroll layar handphone nya. Beberapa mengenai kanker hati sekarang ia telah mengetahuinya.
Alvin semakin takut. Takut kehilangan Alesya.
"Vin, mamah bareng ya". Ucap sarah memecah lamunan Alvin.
Alvin mengangguk sementara sarah meletakkan beberapa bawaanya di atas meja.
"Sebentar mamah ambil tas dulu".
"Iya mah".
Setelah Sarah kembali, Mereka berdua bergegas ke mobil dan melenggang menuju rumah sakit.
Mereka berdua saat ini sudah sampai. Alvin dan Sarah berjalan beriringan menuju kamar Alesya.
Sesampai nya di sana, Di dalam sudah Ada Ana dan Ardhi. Surya sudah pelang sejak pagi pagi sekali tadi. Karena ia juga harus mengurus dirinya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Alesya-Alvino [Completed]✔️
Подростковая литератураDua remaja yang memiliki sifat sangat berbanding terbalik. Sifat menyebalkan dan sifat dingin akan di persatukan di kisah ini. Karna tidak selama nya es batu akan tetap membeku.