"Ikut gue." Ucap Seseorang yang baru saja keluar dari Ruang PMR.
Maysa hanya mengangguk menurut saja pada ajakan seseorang kakak kelas yang sudah mendahuluinya.
Di awal perjalanan Maysa memang diam tapi jangan harap selanjutnya ia akan tetap diam.
"Ih kakak ko gak nyampe-nyampe kita mau k---"
Defan pun berhenti dan berbalik menatap Maysa. Untung tadi Maysa berada cukup jauh dari Defan jadi tidak tertabrak.
"Diem." Potong Defan cepat dengan muka datar dan dingin lalu berbalik dan melanjutkan langkahnya.
Maysa pun hanya diam dan mengangguk patuh lalu ia mengikuti Defan saja setelah Defan melanjutkan langkahnya.
Tak lama mereka berjalan akhirnya mereka sampai di sebuah gudang peralatan sekolah, dimana terlihat sangat berdebu sekali lantainya. Sepertinya penjaga sekolah beberapa hari ini belum membersihkan gudang ini.
"Bersihin gudang," Ucap Defan yang lebih tepatnya seperti perintah setelah mereka masuk di gudang peralatan sekolah itu.
"Hah?" Jawab Maysa nampak bingung akan ucapan Defan yang cepat dan suaranya kecil itu.
Defan Menghela nafasnya sedikit kasar.
"Ini hukuman buat lo, bersihin gudang." Ucapnya dingin seraya matanya melirik pojok gudang menuntun Maysa untuk ikut melirik itu juga.
Dan Maysa pun mengikuti arah lirikan Defan dan ternyata,
Sapu Lantai.
Itu artinya Defan menyuruh Maysa menyapu lantai gudang ini yang luasnya seperti lapangan.
"Nyapu gudang segede lapangan sepak bola ini?" Tanya Maysa memastikan tak percaya akan hukuman yang di berikan untuknya.
"Ya." Jawab Defan enteng masih dengan muka datarnya.
Akhirnya mau tak mau Maysa pun menurut dan mengambil sapu lantai lalu mulai menyapu.
Sedankan Defan, ia berdiri samping pintu gudang dan bermain ponselnya sambil sesekali melirik kerja Maysa.
15 Menit berlalu dan baru seperempat lantai gudang yang di sapu.
Maysa menghela nafasnya kasar sambil sesekali menghapus keringat yang sudah bercucuran akibat kelelahan.
Masih ingat Maysa tidak boleh melakukan hal-hal yang melelahkan?
Ya Maysa memang tidak boleh melakukan hal-hal yang melelahkan sekecil apapun karena dapat memacu kambuhnya penyakit yang ia idap.
Bahkan saat jam olahraga pun Maysa duduk di pinggir lapangan, karena keluarga Maysa sudah memberi tahu pihak sekolah agar anaknya tidak boleh terlalu capek.
Maysa terus saja menyapu lantai tanpa istirahat, padahal badannya sudah melemas sampai akhirnya ia menghentikan aktivitas menyapunya.
Defan yang baru saja mengalihkan pandangannya pada Maysa langsung menghampiri Maysa.
Mata Maysa sudah mulai berkunang-kunang, ia sudah mulai tak sanggup menahan bobot badannya sendiri.
"Lo kenapa?" Ucap Defan sedikit khawatir saat sudah berada di hadapan Maysa.
"Ng--" Ucap Maysa terpotong lantas karena ia sudah tidak kuat dan dia pun jatuhhh, tak sadarkan diri.
Secepat kilat Defan langsung sigap menangkap badan Maysa yang hampir terjatuh ke lantai.
Defan mengangkat Maysa ala bridal style dan tujuan Defan Sekarang adalah membawa Maysa ke UKS.
Setelah sampai di UKS Defan membaringkan Maysa di brangkar UKS dan mengambil bantal lalu bantalnya taruh di kaki Maysa, karena untuk orang yang pingsan kaki di haruskan yang lebih tinggi agar alirah darahnya lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Someone [Tamat]
Fiksi Remaja[BELUM REVISI] Bagaimana jadinya jika seseorang di masa lalu terus membayangi lalu kita bertemu lagi dengan orang yang hampir sama, membuat rasa lain tumbuh dalam sekejab mata namun berakhir rasa itu tumbuh sendiri tanpa adanya ikatan dengan masa la...